ADELA KHAERA ✓

3K 145 31
                                    


Gadis dengan sedikit rambut berwarna ungu itu menuruni satu demi satu anak tangga.Gadis yang baru memberi warna ungu di rambutnya itu berhenti lalu menarik sudut bibirnya membentuk senyuman muak. Mengingat perdebatan kemarin bersama perempuan yang tak lain adalah Mamanya sendiri membuat gadis itu hanya di liputi emosi jika mengingatnya.

Adela Khaera nama gadis itu. Gadis itu langsung pergi tanpa sarapan pagi dan membwa uang jajan, bahkan gadis itu tidak menghiraukan panggilan orang tua dan Kakaknya yang terus memanggilnya.

"Dek!" teriak Dean. Kakak dari Adela

"Ya ampun anak itu," Herman menghela nafas berat lalu di tatapanya istrinya yang memandang punggung Adela yang sudah tidak terlihat.

"Ma, Mama ada masalah apa lagi sama Adela?" Tanya Herman pada istrinya.

"Maaf Pa. Mama kamarin marahin Adela karena warnain rambutnya," ucap Sintia.

"Dan Mama gunain kata-kata itu lagi dan buat anak kita down lagi ?" Tanya Herman lagi.

Sintia mengangguk pelan. Herman memejamkan matanya sejenak karena pusing memikirkan pertengkaran yang tidak ada habisnya antara Ibu dan Anak itu.

" Ma, papa kan sudah bilang, kontrol emosi Mama. Jika seperti ini anak itu akan berfikir jika kamu gak sayang sama dia Ma," Pungkas Herman.

"Maaf Pa," Sintia hanya menunduk menyesal.


•••

Adela yang ingin memasuki mobilnya berhenti lalu menatap benci orang yang berjalan memasuki rumahnya.

"Gue benci sama lo," Setelah mengatakan itu Adela memasuki mobilnya lalu menjalankannya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Orang itu mengernyit bingung karena langsung mendapatkan perkataan benci dari teman kecilnya sendiri.

"Eh Fikar."

Fikar menoleh mendengar suara yang sudah amat ia kenali.

"Tante maaf ganggu. Ini Bunda bawain kue buat Tante," Ucap Fikar tersenyum memeperlihatkan lesung pipinya.

"Wah makasih banyak ya Fikar, " Ujar Sintia berterimakasih.

"Sama-sama tante, "

"Eh tante lupa. Adela sudah pergi ya?" Tanya Sintia.

"Iya, baru aja Tante," jawab Fikar.

"Ya...Tante terlambat dong, padahal Tante mau kasi dia bekal. Soalnya dia belum sarapan, mana dia gak bawa uang jajan lagi. Takutnya Mag dia kambuh," Papar Sintia khawatir.

"Biar Fikar aja yang kasi sama Adela Tante," Fikar menawarkan dirinya.

"Emang kamu gak keberatan Nak?"

Fikar terkekeh," sama sekali tidak Tante."

"Mqkasih yaa nak karena sering bantuin Tante."

"Iya sama-sama Tante."

Sekarang Fkar sudah tahu penyebab mengapa gadis itu pergi tanpa sarapan dan melontarkan kata benci padanya. Dan penyebabnya tidak jauh-jauh seperti hari-hari sebelumnya.




•••

Sebagai ketua osis, Fikar menjalankan tugasnya setiap hari dengan memeriksa Atribut semua siswa dengan berdiri di pintu masuk gedung sekolah.

Fikar tersenyum tipis mendapati perempuan yang sudah ia tunggu sejak tadi yang berjalan bersama dua sahabatnya.

Sedangkan perempuan yang di tunggu Fikar menurun lengkungan bibirnya karena melihat orang yang sangat amat ia benci tengah berdiri dengan gagahnya.

11/12Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang