MALU-MALU TAI KUCING ✓

885 89 30
                                    

Note

Mau bilang sama kalian ,tolong di vote dan komen ya. Aku lihat-lihat banyak yang baca cuman baca doang gak ninggalin vote ataupun komentar. Vote kalian sangat berarti buat aku, karena artinya tulisan aku disukai sama kalian dan komentar kalian juga sangat aku butuhkan supaya aku bisa tahu letak kesalahan aku, dan bagaimana respon kalian sama cerita aku ini. Jadi tolong ya, di vote dan tinggalin komentar kalian. Aku tahu itu hak kalian, tapi gimanapun aku seorang penulis yang baru banyak belajar jadi komentar ataupun vote kalian bisa menambah semangat aku buat nulis. Makasih kalian yang sudah menyempatkan membaca ini.

Selamat membaca




•••
Adela duduk di meja dengan diam. Jika bukan perutnya yang terus meronta-ronta meminta makan,adela mana mungkin turun untuk makan malam apalagi masalahnya masih belum kelar dengan Sintia.

"Adela mau sayur tumis?" Tanya Sintia berbasa-basi.

Adela menggeleng dan tetap fokus memakan makanan yang ada di piringnya.

"Sayur tumisnya enak loh sayang,abang kamu aja nambah," ucap Sintia namun tak di respons Adela.

Herman melirik putrinya lalu memberi intruksi pada istrinya agar jangan menganggu adela. Sintia tidak mendengar intruksi suaminya dan tetap mengajak Adela berbicara.

"Adela mau ayamnya lagi?. Biar mama ambilkan yah,"

Adela lagi-lagi tidak merespons sedangkan sintia sudah menaruh ayam pada piring Adela.

Sintia tersenyum tipis begitu juga dengan Herman dan Dean karena merasa Adela sudah tidak menolak apapun dari Sintia .

"Adela untuk masalah kem---"

Adela membanting sendok yang ia pegang hingga menimbulkan bunyi membuat Sintia berhenti berbicara.

Adela menatap Sintia "Mama yang bilang sendiri jangan berbicara ketika di meja makan. Kenapa sekarang mama sendiri yang lakuin itu," sungutnya sarkas .

Dean memegang bahu adiknya.
"Dek mama gak bermaksud kayak begitu," ucap dean menenangkan.

"Gak bermakasud kayak gimana bang?. Dulu waktu Adela terus bicara di meja makan mama langsung marahin Adela, sekarang kenapa mama sendiri yang lakuin apa yang seharusnya tidak di lakuin," Papar Adela begitu tajam.

"Nak mama cuman pengen masalah kita selesai. Itu aja"

Adela tersenyum muak. "Gak di selesaikan pun mama pasti tetap lakuin itu. Adela sudah tahu sifat mama," kata Adela lalu melenggang pergi dari sana.

"Adela nak,kamu mau kemana" teriak Herman tetapi Adela tidak menghiraukan teriakan Herman.

"Maaf pa" Sinta menunduk menyesal

"Ma. Papa kan sudah bilang biarin Adela tenang dulu. Tapi kenapa mama gak dengarin papa"

"Mama cuman pengen masalah mama sama Adela cepat selesai pa" Balas Sintia.

Herman menghembuskan nafas lelahnya. "Ma. Kamu tahu sendiri Adela seperti apa. Mama yang selalu memperlakukan Adela dengan keras maka inilah hasil dari perlakuan mama"

Sintia menatap Herman,tidak suka karena selalu di salahkan.

"Limpahin semua masalah ini sama mama aja. Mama memang selalu salah. Kenapa selalu Adela yang jadi bahan pertengkaran kita," desisnya ikut tersulut emosi.

"Ma!! " Tegur Dean karena sintia tidak semestinya berbicara seperti itu

"Lihat,kan, selalu Adela yang kamu salahin. Papa cuman mengingatkan Mama. Papa sebagai kepala keluarga disini punya kewajiban membimbing kalian," jelas herman lalu pergi dari sana

11/12Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang