030.

946 67 0
                                    

Rumah bukan lagi tempat yang nyaman, bukan juga tempat pemberi cinta dan kebahagiaan, melainkan rumah adalah tempat dimana asalnya air mata -Arga Fortunio Reynaldi
.
.

Happy Reading 🤎

*****

Hari pun sudah berganti dengan malam.
Aletta sejak tadi mondar-mandir karena menunggu kabar dari Arga yang tak kunjung ia terima. Aletta takut terjadi apa-apa padanya, pada Chiko dan Yoga juga pastinya.

"Arga baik-baik aja kan?" gumam Aletta dengan terus menggenggam ponselnya.

Aletta sudah mencoba menanyakan nya pada Haykal, Gio, dan juga Alvaro. Tapi mereka bertiga sama seperti Aletta yang belum tahu bagaimana kabar teman-temannya itu.

"Gue kerumah nya aja kali ya? Gue inget jalan nya ini". Aletta jadi berfikir apa sebaiknya dia kerumah Arga saja, daripada dirinya dibuat menunggu yang tidak pasti.

Enggan menunggu lebih lama lagi, akhirnya Aletta putuskan saja untuk benar-benar pergi kerumah Arga.

Sangking khawatir nya Aletta, ia sampai tidak memperdulikan outfitnya, dia pergi mengenakan baju tidur dan ditambah jaket sebagai luaran agar tak kedinginan.

Aletta sudah izin pada Mamah Kinan untuk pergi kerumah Arga. Ia pergi dengan mengendarai mobilnya Mamah Kinan. Awalnya Mamah Kinan sempat melarang, tapi karena melihat Aletta yang khawatir akhirnya di izinkan. Kebetulan Ega juga belum pulang dari kantor jadi tidak bisa mengantarkan Aletta.

*****

Malam ini Arga baru sampai dirumahnya.
Ia sempat mampir kerumah Om Danu, terlebih dahulu. Om Danu ini adalah adik dari Bunda Arga, Om Danu lah yang selama ini membantu biaya sehari-hari Arga.

Semenjak Ayah nya pergi ntah kemana, Ayah Arga seakan lepas tanggung jawab atas dirinya dan Bunda.

Ketika Arga sudah membuka pintu rumahnya, ia terkejut karena semua lampu nya menyala.

Seingat Arga sebelum ia berangkat sekolah dirinya sudah mematikan semua lampu. Memang biasanya dirumah ini ada Bi Ana tapi beliau sedang pulang kampung karena anaknya sakit, jadi tidak mungkin ada orang dirumah.

"Kok lampunya bisa nyala?" gumam Arga saat memasuki rumahnya.

Baru berjalan beberapa langkah, langkahnya seketika berhenti. Kedua bola mata Arga terbelalak melihat seseorang yang kini sudah berdiri dihadapannya. Seseorang yang amat Arga benci dan tidak diharapkan kembali kehadirannya.

"Ayah?"

"Iya. Ini Ayah, nak"

Laki-laki paruh baya yang mulai timbul keriput di wajah nya itu tersenyum ke arah Arga.

Dia Surya, Ayah kandung Arga.

Surya kemudian melentangkan kedua tangannya kearah Arga. "Peluk Ayah, nak. Ayah kangen kamu" ujarnya.

Setetes air mata berhasil lolos dan membasahi pipi Arga. Tapi ia dengan cepat menyeka nya.

"Anda rupanya masih ingat saya?" tandas Arga menatap tajam pada pria yang memanggil dirinya Ayah nya itu.

"Ayah gak akan mungkin lupain kamu, Arga" balas pria itu.

"Cihhh!" Arga berdecih mendengar penuturan Surya. "Kalau gak lupa selama ini kemana? Pergi gitu aja, lepas tangan soal saya dan Bunda."

ARGALETTA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang