Bagian 9☔

8.1K 462 14
                                    

Gavin menyeringai dan tersenyum aneh setelah membalaskan pesan singkat dari Laras istrinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gavin menyeringai dan tersenyum aneh setelah membalaskan pesan singkat dari Laras istrinya.

"Ada apa?" tanya Ando, pria dengan tubuh tinggi tegap tak beda jauh dari Gavin.

Bedanya pria itu tampak lebih dewasa dan karismatik ketimbang Gavin. Kalau masalah ketampanan, Gavin keluar sebagai pemenang beda tipis.

Pria itu adalah rekan bisnis yang kerap kali berurusan dengannya, sebelum kemudian mereka menjadi teman sampai sekarang.

"Istriku, dia sudah membaca isi perjanjian pernikahan yang kami sepakati, tidak ada perceraian atau jika berani pihak yang ingin cerai harus membayarkan denda sejumlah yang aku yakini jika Laras tidak akan mampu menyanggupinya," jelas Gavin santai.

Ando mengangguk paham, kemudian membuang nafas kasar teringat akan sesuatu. "Bagaimana dengan Raya? Bukankah saat itu kau menyukainya dan aku dengar kabarnya saat ini jika tidak salah bukannya dia sudah dalam proses perceraian dengan suaminya?"

Gavin seketika terdiam kaku sebelum kemudian membuang nafasnya dengan kasar.

"Itulah alasannya aku tidak akan pernah menceraikan Laras. Aku tidak ingin terayu mengikuti hatiku untuk kembali padanya. Sesuatu yang pergi tanpa menoleh kebelakang bukannya itu tak patut diperjuangkan? Raya sendirilah yang memilih meninggalkanku, tetapi sayangnya Aku tidak akan pernah menjadi bodoh lagi hanya karena sebuah perasaan dan aku tidak akan pernah kembali kepadanya!" tegas Gavin dengan serius.

Ando kembali mengangguk paham dan mendukung keputusan Gavin.

"Aku harap kau memegang kata-kata ini. Jangan pernah menolehkan kepalamu kebelakang, apapun yang yang terjadi."

"Ya, tentu saja."

🌂🌂🌂


Laras terdiam duduk di sofa yang menghadap pintu. Gadis itu menatap sinis dengan tajamnya begitu Gavin dari luar masuk lewat pintu yang diawasinya.

"Kamu kenapa?" tanya Gavin menghampiri Laras dan langsung duduk disampingnya.

Pria itu bersandar pada sandaran sofa kemudian mengalihkan pandangannya untuk mengamati Laras. "Kamu marah karena surat perjanjian nikah itu?"

Laras menggeleng cepat enggan menjawab dengan suara dan masih terlihat mengerucut menahan amarah.

"Jika bukan hal itu, kamu marahnya kenapa?" tanya Gavin datar.

Laras mendengus sambil membulatkan kedua bola matanya menatap tajam Gavin.

"Karena isinya!" Laras berteriak keras melampiaskan amarahnya. "Bagaimana bisa berubah begitu?"

Gavin menyeringai. "Tidak ada yang berubah, isinya sama. Kamu saja yang tidak membacanya," jelasnya sambil mengangkat bahunya acuh.

"Tapi Bapak yan--"

Trapped In Marriage [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang