Laras sudah berada rumah setelah diantar pulang oleh salah satu kenalannya yang dihubungi dan diminta tolong untuknya agar mengantarkannya pulang. Entahlah apa yang dipikirkan olehnya saat itu, sampai bisa-bisanya ia berpikir dan bahkan kabur dari Gavin.Perubahan Gavin yang sudah bisa menjadi pria manis dan terlihat begitu memujanya di tiap kali bersama membuat Laras waspada. Tentu saja, sebab penyebab Gavin berubah begitu adalah tubuhnya yang tak mengenakan sehelai benang pun membuat jiwa kucing dalam dirinya bangkit dan hendaknya berniat dengan semangat untuk menelan ikan yang pernah dihidangkan tanpa sengaja.
Laras meraih air dingin dalam lemari pendingin dan meneguk dengan kasar. "Ini tidak bisa dibiarkan, atau jika tidak aku bisa kehilangan kegadisanku serentak dengan berlanjutnya tumbuh janin yang membuatku hamil," dumel Laras membayang dengan ngeri.
Tidak. Laras bukannya tak suka menjadi istri dan seorang ibu, tapi dia belum siap. Semuanya terlalu mendadak, terlalu cepat sampai tak memberikannya kesempatan untuk menyiapkan diri.
Lagipula diusianya yang masih terbilang muda, ini adalah adalah saatnya dirinya merintis karier dan mewujudkan mimpinya dan bukannya menjadi istri apalagi menjadi seorang ibu di waktu yang dekat.
Meski pun memang benar jika sisinya sebagai wanita yang sensitif dengan perasaannya, membutuhkan seorang pria untuk memberikannya bahu sebagai sandarannya. Namun dalam hal itu yang Laras butuhkan adalah status pacar dan bukannya seorang suami.
Bunyi dering ponsel menyadarkannya. Laras menoleh dan meraih ponselnya lalu menjawab panggilan telepon yang ada.
"Kamu di mana Laras?" tanya Diana ibu mertuanya yang ternyata adalah orang yang menghubunginya. "Gavin mengamuk di butik dan mencari mu," jelas Diana melanjutkan.
Laras menghela nafas, sebenarnya dia tak ingin menjawab pertanyaan ibu mertuanya itu. Namun dia terlalu sungkan.
"Saya ada di rumah, Bu," jelasnya dengan formal membuat Diana berdecak.
"Kita nggak lagi sedang membicarakan pekerjaan Laras, jadi berhenti memanggilku dengan formal. Mama. Mulai hari ini jika tidak sedang di tempat kerja panggil aku sebagaimana Gavin memanggilku. Mama bukan ibu!" perintah Diana yang tak bisa ditolak Laras.
"Baiklah kamu tidak perlu kembali kemari dan beberapa minggu mendatang kamu tidak perlu datang kerja, sebab pernikahan ulang kalian tinggal sebentar lagi."
Laras tak langsung setuju dan hendak menolak halus. "Tapi bu-Ma...."
"Sudahlah Laras, tidak ada tapi-tapi. Siapkan saja dirimu dan untuk masalah pakaian pengantin yang sedang kamu rancang, staf lain akan lanjut mengerjakannya dan menggantikan mu."
Laras menghela nafas, ternyata begini menjadi menantu dari atasan. Mau menolak tegas, tapi rasanya sungkan.
"Satu lagi, dua atau tiga hari lagi kamu dan Gavin boleh kemari mengurus pakaian pengantin yang kalian berdua inginkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped In Marriage [The End]
Teen FictionGavin pernah merutuki bahwa mana ada lelaki manapun yang mau dengan perempuan bodoh seperti Laras, namun siapa yang menyangka justru Gavin sendirilah yang menikahinya. "Dasar gadis bodoh, tidak satu pekerjaan pun becus kamu lakukan!! Masakanmu keas...