Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Renjun menghirup udara malam hari di balkon rumahnya. Menikmati malam yang begitu tenang baginya. Lalu dirinya menatap keatas, terdapat bintang yang bersinar terang menghiasi langit malam. Ia menyunggingkan senyuman manisnya.
Ia berjalan menuju kursi yang tersedia disana lalu mendudukinya. Menyesap secangkir teh yang tadi ia buat.
"Kak." Sebuah panggilan mengalihkan atensinya. Ia pun menoleh kearah sampingnya.
"Loh, Injun kenapa keluar? Disini dingin, nanti kamu sakit. Ayo masuk kedalam." ucap Renjun pada kembarannya itu. Injun menggeleng.
"Injun bosan didalam. Injun ingin diluar saja." balasnya. Renjun menghembuskan nafasnya lalu melepaskan jaket yang ia pakai dan memakaikannya ditubuh Injun.
"Jangan lama-lama diluar okay?" perintah Renjun. Injun hanya mengangguk lalu duduk dikursi samping Renjun.
"Eum Kak. Hubunganmu dengan Jeno bagaimana?" tanya Injun.
"Oh itu. Kami berdua baik-baik saja. Meski beberapa kali bertengkar tapi kami selalu baikan." jawab Renjun. Injun mengangguk.
"Tapi dia agak berbeda sedikit. Entahlah, mungkin hanya perasaanku saja." lanjut Renjun.
"Kakak besok sesudah kuliah langsung pergi ke tempat kerja kakak?" tanya Injun. Renjun mengangguk. Bagaimanapun ia harus mencukupi kehidupan dirinya dan Injun setiap hari. Kedua orangtuanya telah tiada. Jadilah Renjun yang menanggung beban keluarga. Bagaimana dengan Injun? Ah kembarannya itu mudah lelah dan sakit. Jadi Renjun meminta kembarannya untuk tetap dirumah selama ia bekerja.
"Injun jaga diri baik-baik dirumah ya." kata Renjun. Injun tersenyum dan mengangguk patuh.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Esoknya, Renjun pergi ke kampus dijemput oleh kekasihnya Jeno. Jeno ini sudah 4 tahun menjadi kekasihnya. Dan ia bersyukur memiliki orang yang menyayanginya.
