≡ ⸝⸝ 🍀₊ ❲ Perfect ❳

1.5K 160 4
                                    

RENJUN X CHENJI (CHENLE JISUNG)
BROTHERSHIP

Pagi-pagi sekali Chenle sudah bangun dari tidurnya. Ia segera mandi dan bersiap berangkat kuliah karena ia ada kelas pagi. Ia melihat adiknya masih tidur nyenyak. Ia menarik selimut sang adik.

"Bangun Jisung! Kau ada kelas pagi jika kau lupa!" teriak Chenle. Jisung pun bangun dan duduk. Matanya masih tertutup pertanda ia masih mengantuk.

"Cepat mandi setelah itu sarapan." kata Chenle. Jisung hanya mengangguk. Chenle memilih keluar dari kamar dan berjalan kearah dapur. Disana sudah tersedia beberapa makanan.

"Ck, masih pagi sudah pergi saja." kata Chenle. Ia mengambil note yang berada diatas meja itu lalu membacanya.

'Ini sarapan untuk adik-adik kakak. Jangan lupa dimakan ya! Kakak harus berangkat ke kantor pagi karena banyak hal yang harus dilakukan. Maafkan kakak karena tidak memiliki waktu bersama kalian. Kakak harap kalian tidak marah ya? Jaga kesehatan kalian.'

Setelah membacanya Chenle meremas note tersebut lalu membuangnya ke tong sampah. Ia memilih memasak ramen daripada harus makan masakan kakaknya yang sok sibuk itu. Bahkan melihat kakaknya pulang saja hanya sekali dua kali dalam seminggu.

"Kau masak apa kak?" tanya Jisung yang telah selesai dengan acara mandinya.

"Ramen." balas Chenle.

"Orang itu sudah pergi lagi?" tanya Jisung. Chenle menjawab dengan deheman.

"Sepenting apa sih pekerjaannya sampai tak memiliki waktu? Gila kerja." kata Jisung.

"Biarkan saja, kantornya sudah menjadi rumah baginya. Mungkin dia sudah malas untuk memberikan perhatian kepada kita." kata Chenle.

"Kau tak mau makan masakan ini?" tanya Jisung menatap makanan diatas meja.

"Tidak, lagipula sudah dingin. Tak akan enak." balas Chenle. Jisung mengangguk dan meminta kepada Chenle untuk memasakkannya ramen juga.

Pria dengan perawakan mungil itu tersenyum tipis mendengar percakapan kedua orang yang ada dirumah itu. Ia menutup matanya sejenak. Semenjak perusahaan ini diserahkan kepadanya, ia menjadi super sibuk mengatur semuanya. Kakeknya memaksanya untuk kerja dengan benar tanpa bermalas-malasan. Membuat waktunya lebih sering dihabiskan dikantor. Setetes air mata keluar dari manik indahnya.

"Maafkan Kakak.."

Ceklek

Pintu terbuka dan menampakkan Yangyang. Ia adalah asisten Renjun diperusahaan ini.

"Jun ini ada berkas yang harus kau check- kau menangis?" ucap Yangyang. Renjun dengan segera menghapus jejak air matanya. Ia menatap Yangyang lalu tersenyum. Yangyang berjalan menghampiri Renjun lalu meletakkan tumpukan kertas itu diatas meja Renjun.

"Apa karena adikmu lagi?" tanya Yangyang sambik menekankan kata 'lagi'. Renjun hanya mengangguk.

"Dasar anak-anak itu. Mereka tak tahu apa-apa tapi membencimu karena alasan sibukmu. Mereka tidak tahu jika-"

"Sudahlah Yangyang, tak perlu dipikirkan. Suatu saat mereka berdua akan mengerti." potong Renjun.

"Sampai kapan Jun? Sudah 4 tahun semenjak kau memegang perusahaan ini dan sudah 4 tahun pula mereka benci padamu." kata Yangyang.

"Itu memang salahku. Aku tak memiliki banyak waktu bersama mereka. Mereka juga ingin merasakan kasih sayang dariku yang merupakan kakak mereka." kata Renjun.

"Kau selalu memberikan kasih sayang pada mereka Jun. Kau selalu menyempatkan waktu untuk memasak untuk mereka tapi mereka tak menyentuh makanan yang kau berikan. Kau selalu menyempatkan waktu pergi ke kamar mereka saat pulang kerja memastikan mereka sudah tidur atau belum. Dan kau selalu memantau mereka darisini. Mereka saja yang tak menyadari itu." kata Yangyang.

"Mereka masih remaja. Belum tahu tekanan yang aku alami dalam dunia yang kejam ini. Biarkan ini mengalir sendiri." kata Renjun. Yangyang merasa kesal dengan Renjun yang selalu membiarkan hal ini.

"Baiklah Tuan Renjun yang baik, sekarang cepat check laporan ini dan tanda tangani. Dan 1 jam dari sekarang ada rapat dengan perusahaan lain yang menawarkan diri untuk melakukan kerja sama. Selamat bekerja Tuan." kata Yangyang lalu melenggang pergi dari ruangan Renjun sambil menggerutu. Renjun hanya terkekeh melihat tingkah Yangyang. Setelahnya ia menghembuskan napasnya berat dan mulai mengecek laporan yang ada dihadapannya.

Chenle dan Jisung pulang kerumah pada pukul 4 sore. Mereka heran kenapa mobil kakaknya terparkir rapih digarasi rumah. Apa kakak mereka sudah pulang?

Mereka pun masuk. Dan benar saja, Renjun sedang duduk disofa menunggu mereka. Begitu pandangan Renjun mengarah kearah dua adiknya itu. Renjun tersenyum.

"Sudah pulang? Mau kakak masakkan?" tanya Renjun. Chenle dan Jisung saling menatap.

"Kenapa kau pulang? Bosan dengan kertas-kertas diperusahaan?" tanya Jisung. Renjun menggigit bibir bawahnya.

"Hari ini urusan kakak sudah selesai di perusahaan. Semuanya sudah kakak tanda tangani. Jadi kakak bisa pulang cepat. Apa kalian tidak merindukan kakak hm?" ucap Renjun.

"Tidak, kami sudah terbiasa tanpa kehadiranmu." ucap Chenle lalu melenggang pergi menuju kamarnya. Jisung sempat melirik Renjun sebelum akhirnya ia mengikuti Chenle.

Renjun menunduk menahan emosi yang bisa keluar kapan saja. Ia harus terima konsekuensi ini. Dimana ia memiliki tanggung jawab yang besar. Tanggung jawab perusahaan dan tanggung jawab kedua adiknya. Jika saja kedua orangtuanya masih ada, mungkin semuanya tak akan seperti ini. Ia harus bekerja dengan keras agar perusahaan terus berkembang, namun disisi lain ia juga harus menjaga kedua adiknya itu. Jika bisa memilih, Renjun tak ingin perusahaan itu jatuh padanya. Sangat berat untuk Renjun. Sampai semua beban yang ia pikul rasanya sudah terlalu berat. Tidur tak cukup, makan pun sedikit.

Renjun menghembuskan kembali napasnya. Ia berdiri lalu berjalan kearah dapur untuk memasak. Ia akan memasak makan malam untuk kedua adiknya itu meski ia tahu masakannya tak akan tersentuh sama sekali oleh kedua adiknya.

Setelah selesai dengan kegiatan masaknya, ia melihat Jisung berjalan kearah dapur.

"Jisung, kemari makan dulu. Kakak sudah memasak untuk kalian." kata Renjun. Jisung hanya menatap datar.

"Aku bisa memesan makanan cepat saji." kata Jisung. Renjun tersenyum.

"Setidaknya duduklah disini dan makanlah masakan kakak meski cuma sedikit. Kakak akan senang jika kau mau memakan masakan kakak." kata Renjun.

"Merepotkan." kata Jisung lalu duduk dibangku. Renjun tersenyum lalu menyendokkan nasi dan beberapa lauk untuk Jisung.

"Dimana Chenle?" tanya Renjun.

"Bermain game." balas Jisung. Renjun mengangguk lalu menyiapkan makanan untuk Chenle juga.

"Kakak akan ke kamar Chenle untuk memberi makan malam dulu. Kau bisa makan sekarang Jisung. Selamat makan." kata Renjun lalu pergi dengan nampan yang ada nasi dan minuman untuk Chenle. Jisung menatap makanan didepannya. Karena ia lapar akhirnya ia menyendokkan makanan itu ke mulutnya. Renjun yang melihat itu tersenyum senang sebelum akhirnya kembali melanjutkan perjalanannya ke kamar Chenle.

"Chenle ini makan malammu." ucap Renjun setelah masuk ke kamar Chenle. Ia menyimpan nampan itu dimeja. Ia dapat melihat Chenle yang asik dengan kegiatan bermain game nya.

"Chenle makan dulu. Nanti kau sakit." kata Renjun.

"Berisik. Bukan urusanmu. Pergilah aku sedang sibuk." kata Chenle.

"Ah iya. Kakak harap kau mau makan masakan Kakak ya. Jangan sampai kau sakit. Dan jangan tidur terlalu malam. Kakak keluar dulu." kata Renjun lalu keluar dari kamar Chenle. Renjun kembali kearah dapur lalu mencuci tangannya. Jisung yang masih disana memperhatikan gerak-gerik kakaknya.

"Kakak ke kamar dulu ya Jisung. Ada laporan yang harus kakak cek kembali. Kau makanlah yang banyak. Jika sudah selesai, kau bisa biarkan piring kotormu disitu. Nanti akan kakak cuci." kata Renjun lalu pergi meninggalkan Jisung. Jisung dapat melihat mata Renjun yang memerah seperti hendak menangis.

'Kenapa dia?'


To Be Continue...

Menemani malming😃

THE SADNESS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang