Aku berjalan dibawah gelapnya malam. Dengan hoodie berwarna dark blue yang aku kenakan dan juga celana jeans ku. Ku masukkan kedua tanganku kedalam saku hoodie. Menatap jalanan malam yang sepi, sendirian tanpa ada orang yang lalu lalang disini. Aku menatap ke langit malam. Tak ada bintang disana. Langit malam hanya terlihat gelap dan mendung. Hari ini sama seperti hari biasanya.
Suram
Aku kini bak bintang yang telah kehilangan cahayanya. Hari-hariku terasa berat. Sudah berapa lama aku seperti ini? Hm, mungkin kurang lebih sudah 2 bulan. 2 bulan semenjak dia mengakhiri hubungan ini. Dia yang memilih untuk pergi meninggalkanku dengan kesuraman ini. Aku terlalu jatuh padanya yang terlalu sempurna untuk aku miliki.
Dia adalah Na Jaemin. Sosok yang aku banggakan selama beberapa tahun ini. Dia adalah cahaya yang telah menghidupkan kembali diriku yang terlanjur berada dalam kegelapan. Dia adalah sumber kebahagiaan.
'Ren, mari kita akhiri hubungan ini.'
Kalimat itu kembali tetrngian dipikiranku. Kalimat yang sama sekali tak ingin aku dengar darinya.
'Kenapa Jaem?'
'Aku sudah menemukan wanita pilihanku Ren. Aku akan segera bertunangan dengannya.'
Aku menutup mataku ketika bayang-bayang itu terlintas. Hal yang membuatku jatuh. Sesak di dadaku kembali terasa. Berat untuk menerima kenyataan ini. Apalagi ketika seseorang yang engkau sayangi memilih orang lain untuk melangkah ke jenjang berikutnya.
"Jaem, salahkah aku jika masih mencintaimu sampai sekarang?"
Besok malamnya. Renjun kembali ke club malam tempat ia menenangkan pikirannya. Ia hanya minum disana dan selalu menolak ajakan para pria hidung belang untuk melakukan sesuatu yang memuaskan hasrat mereka.
"Ren, cukup. Jangan minum banyak-banyak." suara Yangyang sahabat Renjun terdengar. Yangyang menatap khawatir Renjun yang terlalu banyak meminum alkohol malam ini. Tapi Renjun cukup kuat. Buktinya Renjun masih terjaga atas kesadarannya.
Renjun hanya menatap sekilas Yangyang lalu kembali meminum minuman beralkohol tersebut. Yangyang menatap sedih Renjun. Sudah beberapa bulan ini Renjun kehilangan semangatnya hanya karena orang bernama Jaemin itu.
"Yang.. Aku jahat ya?" tanya Renjun.
"Tidak sama sekali Ren. Kau anak baik. Sangat baik." kata Yangyang.
"Tapi kenapa orang yang aku sayang semuanya pergi ninggalin aku? Kenapa yang?" ucap Renjun dengan mata sedikit berkaca-kaca. Yangyang yang melihatnya langsung menggelengkan kepalanya.
"Ren, masih ada aku disini. Aku sahabatmu sekaligus keluargamu. Anggaplah aku saudaramu. Bagi keluh kesahmu padaku. Jangan sedih ya? Jangan dipendam sendiri." tutur Yangyang. Renjun tersenyum tipis.
"Terima kasih yang." kata Renjun.
Pandangan Renjun teralihkan pada sosok yang sedang berdansa. Sosok yang ia kenal.
'Jaemin..'
Ya, dia adalah Jaemin. Sedang berdansa bersama dengan seorang wanita yang ia tau bahwa wanita itu adalah tunangan Jaemin. Mereka begitu romantis. Bahkan sesekali Jaemin mengecup bibir wanita itu.
'Secret love song pantas untuk suasana kali ini..' batin Renjun.
Kenapa Renjun mengatakan itu? Karena selama ia berpacaran dengan Jaemin. Tak seorangpun tau hubungan mereka kecuali Yangyang dan beberapa orang teman Jaemin.
Renjun masih menatap Jaemin dalam diam. Sampai tatapan mereka beradu. Jaemin sedikit terkejut dengan keberadaan Renjun disana. Dan ia melihat Renjun tersenyum padanya. Senyum yang berbeda. Tentu saja itu senyum kesedihan.
Jaemin melihat Renjun beranjak pergi dari tempat itu. Dan seorang pria yang ia ketahui bernama Yangyang itu mengejar Renjun.
"Em, aku akan kembali. Aku ke kamar mandi dulu ya." pamit Jaemin pada tunangannya. Wanita itu tersenyum lalu mengangguk. Jaemin segera pergi untuk mengejar Renjun. Entah mengapa hatinya sakit melihat senyuman itu. Sakit sekali ketika yang membuatnya seperti itu adalah dirinya.
Ia bersembunyi dibalik tembok. Ia mendengar tangisan kecil keluar dari bibir mungil Renjun.
"Kamu tau Yang? Ketika aku ingin memeluknya untuk terakhir kali. Ia pergi meninggalkanku begitu saja. Sebenarnya aku salah apa? Kenapa aku tidak bisa seperti wanita itu? Wanita yang menjadi tunangannya. Kenapa?"
"Ah.. aku tahu, itu karena aku laki-laki. Tak pantas jika seorang pengusaha menikah dengan laki-laki. Mustahil. Dan hanya mimpiku saja."
Jaemin mendengarkan isi hati si mungil yang memang tertuju untuknya. Setiap kata yang dilontarkan begitu menusuk.
'Aku takut dengan pendapat orang-orang Ren...' batin Jaemin.
Tak terdengar kembali lontaran kalimat dari Renjun. Sampai ia terkejut mendapati seseorang yang tengah berada dipikirannya berada dihadapannya dengan mata yang sembab. Ia kembali tersenyum.
"Hay Jaem. Sudah lama tidak bertemu denganmu. Apa kabar?" tanya Renjun.
"Em h-hai juga. Aku baik Ren. Bagaimana denganmu?" ucap Jaemin dengan sedikit kaku.
"Kau bisa melihat sendiri keadaanku Jaem. Dan mungkin kau sudah mendengar apa yang aku katakan tadi. Jadi aku tak perlu menjelaskannya padamu." ucap Renjun. Jaemin menatap Renjun.
"Ren, maaf. Aku tidak bermak-"
"Sttt sudahlah Jaem. Aku sudah lelah berjuang agar kau kembali kepadaku. Tadinya aku sangat berharap kau kembali untukku. Tapi saat aku melihatmu begitu mesra kepada tunanganmu, aku mengurungkan niatku. Aku juga ingin seperti wanita itu Jaem. Dibanggakan didepan umum, dipeluk, dirangkul, aku juga ingin seperti itu. Aku lelah. Aku lelah berpura-pura baik jika tak sengaja bertemu denganmu. Aku lelah menahan cemburu padahal kau terang-terangan telah mengakhiri hubungan ini. Aku lelah Jaem."
"Jadi sekarang, aku mundur ya Jaem. Meski kau memang tak menyuruhku untuk maju. Tapi aku menyerah. Aku tak sebanding dengan orang yang kau sayangi Jaem."
"Aku doakan yang terbaik untukmu dan tunanganmu. Semoga kalian bisa terus bersama dan saling menjaga. Bahagia terus ya Jaem? Jika mau menikah, jangan lupa undang aku ya?"
Setelah mengatakan itu, Renjun pergi berlalu meninggalkan Jaemin. Disusul Yangyang yang sempat sekilas menatap Jaemin.
"Ternyata aku egois. Aku mementingkan pendapat orang lain tanpa memikirkan perasaan Renjun. Dan sekarang? Aku benar-benar kehilangan dia. Beginikah akhirnya?"
"Sad ending..."
SAD ENDING (( Jaemren ))
TAMATSelanjutnya mau cast siapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SADNESS
Ngẫu nhiênKumpulan sad/angst story about Huang Renjun and other cast Happy reading!