Dua orang pria berlari disepanjang koridor sekolah. Tak peduli jika mereka berdua menabrak beberapa orang disana. Tujuan mereka kini adalah lapangan. Setelah sampai, mereka berdua segera menghampiri Soobin dan adik kesayangan mereka.
Haechan menatap kearah para murid yang ada dilapangan yang tak lain adalah teman sekelas adiknya.
"Siapapun yang berani melukai adikku, tak akan kubiarkan. Kalian, dan khususnya yang membully adikku, bersiaplah untuk angkat kaki dari sini. Aku tak segan melaporkan kalian kepada kepala sekolah ataupun kepolisian." ujar Haechan dengan lantang sambil menunjuk murid-murid didepannya.
"Biarkan mereka bernapas dulu untuk sekarang Chan. Kita urus adik kita dulu." kata Mark lalu menggendong tubuh mungil Renjun. Haechan mengangguk lalu kembali menatap para anak kelas itu.
"Tunggu saja." kata Haechan sebelum akhirnya pergi menyusul Mark yang sudah pergi terlebih dahulu.
"Syukurlah kalian membawa adik kalian tepat waktu." ucap sang dokter yang baru saja menangani Renjun.
"Kenapa Renjun bisa seperti ini?" tanya Haechan.
"Kelainan jantung." ucap sang dokter lalu menjelaskan tentang hal tersebut. Ia menjelaskannya secara rinci pada Mark dan Haechan.
"Tuhan masih berbaik hati pada adik kalian. Dan adik kalian sangat kuat bisa bertahan. Tolong jaga adik kalian baik-baik ya?"
Setelah mendengarkan penjelasan sang dokter, Mark dan Haechan diperbolehkan masuk. Ternyata Renjun sudah siuman. Renjun menoleh kearah Mark dan Haechan yang datang menghampirinya.
"Ada yang sakit?" tanya Mark. Renjun menggeleng.
"Mau makan?" kali ini Haechan yang bertanya. Sama seperti sebelumnya, Renjun hanya bisa menggeleng.
"Kak.." ucap Renjun pelan karena tubuhnya masih lemas. Mengeluarkan suara pun sulit.
"Kenapa hm?" tanya Mark.
"Aku tidak mau sekolah lagi." kata Renjun. Mark dan Haechan saling bertatapan.
"Kenapa? Apa karena mereka jahat sama kamu?" tanya Haechan. Renjun mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SADNESS
Ngẫu nhiênKumpulan sad/angst story about Huang Renjun and other cast Happy reading!