≡ ⸝⸝ 🍀₊ ❲ Leugen (Lie) II ❳

1.3K 142 4
                                    

HAECHAN X RENJUN
(( HAEREN//DONGREN//HYUCKREN ))

Perlombaan akan segera dimulai. Renjun mengengok kesana kemari mencari keberadaan orangtuanya. Meski kecil kemungkinan mereka hadir dalam acara kali ini. Ia hanya ingin diberikan semangat oleh mereka.

Renjun menghembuskan napasnya sebelum ia pergi untuk memulai kegiatan perlombaannya.

🦋

Setelah beberapa jam, akhirnya Renjun mendapatkan kabar jika dirinya memenangkan olimpiade. Renjun tersenyum menerima penghargaan yang diberikan. Setelahnya ia teringat harus pergi ke tempat Haechan. Ia mencoba menghubungi Haechan namun tak ada balasan sama sekali. Renjun memutuskan untuk segera pergi kesana dengan menggunakan mobil yang disediakan oleh sekolah.

Tak lupa ia membawa hadiah yang ia janjikan kepada Haechan. Ia membuka kotak yang ia bawa. Terdapat gelang couple yang sengaja ia beli khusus untuk mereka berdua. Karena gelang ini hanya ada beberapa buah saja didunia. Perjuangan Renjun untuk mendapatkan gelang ini cukup sulit. Beberapa kali ia ditolak dalam pembelian secara online dan akhirnya ia pergi ke tempatnya yang ada di pusat kota.

Beberapa menit kemudian ia sampai ditempat pertandingan. Ia segera masuk kedalam sana. Ternyata tim sekolah mereka masih bertanding. Saat Renjun bertanya kepada penonton disana, ternyata ini adalah pertandingan final.

Renjun tersenyum melihat Haechan yang sedang bermain disana. Ditambah keringat yang menambah kesan ketampanan seorang Lee Haechan.

🦋

Pertandingan selesai dan dimenangkan oleh sekolah mereka. Renjun dan yang lain bersorak gembira. Renjun segera berjalan menghampiri Haechan kebelakang lapangan tepatnya diarah toilet. Ia akan segera memberikan hadiah yang ia janjikan. Senyumannya tak hilang dari wajahnya. Ia juga ingin memberitahu jika dirinya juga memenangkan olimpiade kali ini.

Langkahnya berhenti dan tatapannya berubah. Senyuman indah itu luntur seketika melihat pemandangan didepannya. Dimana kekasihnya sedang bercumbu dengan seseorang yang ia juga kenal. Renjun memutuskan untuk berjalan berbalik dan pergi darisana melupakan tujuan awalnya memberikan hadiah kepada Haechan.

Ia ingin menangis namun tak bisa. Entah kenapa air matanya tak ingin keluar. Hanya rasa sesak didada yang ia rasakan. Renjun memutuskan menelepon supir dirumahnya untuk menjemputnya. Ia tak ingin berlama-lama disini.

Sambil menunggu ia mengirim pesan kepada Haechan.

'Maaf aku tidak bisa hadir dipertandinganmu. Akan aku berikan hadiah untukmu besok.'

🦋

Sampai dirumah ia segera mengunci dirinya dikamar. Ia membuka laci meja miliknya dan mengambil botol obat yang ia simpan. Sudah lama ia tak meminum itu. Tanpa berpikir panjang ia segera mengeluarkan beberapa butir obat dan menelannya tanpa air. Setelahnya ia menelungkupkan wajahnya dimeja belajar miliknya. Membiarkan rasa sakit itu menguasai tubuhnya. Ia kembali membuka ponselnya dan melihat pesan dari ayah dan ibunya. Ternyata mereka hanya bilang jika mereka sibuk dan tak ada waktu untuk hadir. Renjun menghembuskan napasnya berat lalu melemparkan ponselnya kesembarang arah.

Ia melemparkan vas bunga yang ada didepannya sehingga vas tersebut pecah. Raut wajahnya menandakan ia sedang emosi. Ia tak bisa mengontrol emosinya sekarang. Ia berjalan kearah cermin lalu memukul cermin itu dengan kuat menyebabkan cermin itu pecah dan tangan Renjun kini sudah dilumuri darah.

"Aku benci kalian!" ucapnya lirih lalu kembali berjalan kearah meja belajar dan berniat menulis. Mengabaikan rasa sakit ditangannya yang sudah berdarah. Ia hanya melakukan apa yang otaknya pikirkan.

🦋

Esoknya Haechan pergi sekolah seperti biasa. Namun ia heran kenapa bangku Renjun kosong.

'Apa dia tidak masuk?' batinnya.

Namun ia memilih untuk langsung duduk dibangkunya.

Pelajaran dimulai dan Renjun tak hadir. Haechan mencoba memberikan pesan kepada Renjun. Namun Renjun tak mengaktifkan ponselnya.

Setelah bel pulang sekolah, Haechan berjalan kearah kelas Mark. Ia berniat pulang bersama dengan Mark hari ini karena Renjun tak hadir. Namun seseorang menghentikan langkahnya.

"Ini ada titipan untukmu." kata orang itu. Haechan mengeryit.

"Dari siapa?" tanya Haechan.

"Buka saja sendiri. Sudah ya aku pergi dulu." katanya lalu pergi meninggalkan Haechan yang kini menggenggam kotak.

Ia memutuskan untuk membuka kotak tersebut. Ia melihat sepasang gelang disana. Dan ia juga tahu itu adalah gelang yang langka. Ia pun mengambil selembar kertas yang dilipat disana. Ia membaca kertas tersebut.

'Haechan-ah, ini hadiah yang aku janjikan untukmu. Selamat atas kemenanganmu. Mari kita akhiri hubungan ini. Kamu bisa berikan sebelah gelang ini untuk Mark sebagai permintaan terakhirku. Semoga kalian berdua bahagia selalu ya ^^'

Haechan terdiam. Ia merasakan sakit didadanya. Apakah ini? Renjun mengetahui hubungannya dengan Mark? Sejak kapan?

Ia memutuskan untuk pergi kerumah Renjun dan mengurungkan niatnya pergi bersama dengan Mark.

Namun saat sampai didepan rumah Renjun, ia diherankan dengan orang-orang yang memakai pakaian serba hitam. Ia juga melihat teman-teman kelasnya ada disana. Ia segera menghampiri temannya.

"Ada apa ini? Kenapa kalian disini?" tanya Haechan.

"Apa kau tidak membaca grup kelas?" tanya temannya.

Dengan segera ia membuka ponselnya dan membaca grup kelas.

'Anak-anak, kabar duka untuk kita semua. Salah satu teman kalian Huang Renjun telah meninggal dunia kemarin malam. Setelah kegiatan sekolah selesai, mari kita semua hadir kerumah Renjun untuk mengantarkannya keperistirahatan terakhirnya.'

Haechan masih mencoba mencerna apa yang terjadi. Ia menatap temannya yang kini sedang menatapnya juga.

"Aku melihat Renjun kemarin hadir dipertandingan. Dia pergi ketoilet dan kembali dengan tatapan yang kosong. Aku mencoba mencari tahu apa yang terjadi, tapi setelah aku melihat kau dan orang itu berciuman. Aku tahu apa yang membuat Renjun memilih pergi." katanya.

"Renjun meninggal karena overdosis obat. Dan ia juga menyayat urat nadinya. Ia memilih bunuh diri karena ia depresi. Orangtuanya sibuk dengan kerjaannya dan kekasihnya sibuk dengan selingkuhannya. Padahal Renjun lebih pantas mendapatkan orang yang lebih baik darimu. Tapi ia memilih untuk mengakhiri hidupnya." kata temannya itu. Dengan segera Haechan berlari masuk kedalam sana. Ia melihat ayah dan ibu Renjun yang tengah menangis disamping peti. Ada juga Xiaojun yang berdiri disamping sana berusaha tegar. Ia pun melihat Haechan. Ia dengan segera berjalan menghampiri Haechan.

"Kau mau melihat Renjun?" tanya Xiaojun. Haechan mengangguk dengan air mata yang sudah menggenang dipelupuk matanya.

"Pergilah, lihatlah dia untuk terakhir kalinya. Jangan lupa minta maaf kepadanya." kata Xiaojun. Haechan mengangguk lalu berjalan kearah peti. Ia melihat disana ada Renjun yang terbaring dan menutup matanya. Wajahnya yang memang pucat kini bertambah pucat.

'Renjunnie, maafkan aku. Aku salah karena telah menduakanmu. Maafkan aku karena egois. Maaf telah menyakitimu dan menjadi alasanmu untuk mengakhiri hidupmu. Maafkan atas semua yang aku lakukan. Kau memenangkan olimpiademu kan? Selamat ya.. Maaf aku tidak bisa hadir dan malah membuatmu sakit. Sekarang kau memilih untuk pergi dan menghilangkan rasa sakit itu dengan tak ingin bertemu denganku. Maafkan aku Renjun. Kau boleh membenciku.' batinnya.

Haechan membuka kotak yang diberikan oleh Renjun. Ia lalu mengeluarkan satu gelang dan memasangkannya ditangan dingin milik Renjun.

'Maaf aku tak bisa memenuhi permintaan terakhirmu. Aku ingin kau memakai gelang ini sebagai tanda maafku. Terima kasih atas hadiahnya. Aku menyayangimu'

TAMAT

THE SADNESS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang