RENJUN X CHENJI (CHENLE JISUNG)
BROTHERSHIP
☁Renjun masuk kedalam kamarnya lalu mengunci kamarnya. Ia lalu duduk dimeja kerjanya dan menyalakan laptop dihadapannya. Ia membuka file dan melihat foto-foto dirinya bersama kedua adiknya itu. Dimana ia belum mengenal kejamnya dunia. Ia tersenyum kala mengingat kenangan masalalu dimana para adiknya begitu manja padanya.
Ia menghembuskan napasnya lalu membuka file yang dikirimkan Yangyang padanya. Dimana laporan keuangan ada yang ganjil. Renjun memijat pelipisnya. Bahkan disaat ia bisa pulang awal, ada saja yang mengganggu. Ia membaca deretan angka dan kata dengan seksama.
"Ada saja yang melakukan korupsi." ujar Renjun. Sudah kesekian kalinya ia mendapat laporan ada yang melakukan penggelapan uang perusahaan. Renjun menyibakkan rambutnya kebelakang. Ia memilih pergi keluar sebentar mencari udara segar.
Renjun berjalan menuju kamar adiknya memastikan mereka sudah tidur atau belum. Senyuman mengembang kala ia melihat kedua adiknya sudah tidur lelap. Ia pun menghampiri mereka dan menyelimuti mereka.
"Maaf ya jika kakak tak memberikan perhatian seperti dulu. Kakak sangat ingin melakukan itu, tapi kakak tidak bisa. Suatu saat kalian akan mengerti dengan sendirinya." ucap Renjun pelan lalu mengecup kening kedua adiknya dengan sayang.
"Selamat tidur adik-adik kesayanganku."
☁
Kini yang Renjun lakukan adalah membereskan piring yang tadi digunakan Jisung. Tak lupa mencuci piringnya. Setelah itu ia memilih untuk pergi kekamarnya. Ia membuka lemari dikamarnya dan mengeluarkan sebotol minuman beralkohol darisana. Renjun kembali duduk dengan tenang didepan laptopnya. Mengecek dan melacak siapa yang telah melakukan penggelapan dana perusahaan. Padahal baru tadi ia bisa bekerja sama dengan investor baru.
Renjun menegak minuman beralkoholnya. Mengabaikan rasa lapar. Berkali-kali Renjun menggelengkan kepalanya agar ia tak tertidur. Bagaimanapun ia harus menyeselsaikan masalah ini dengan cepat.
☁
Paginya Renjun sudah bersiap dengan jas kerjanya. Ia juga sudah memasak untuk kedua adiknya. Kantung matanya terlihat jelas. Ia sedikit mabuk semalam namun ia bisa berhasil mengontrolnya.
Renjun berjalan hendak keluar dari rumah. Namun langkahnya terhenti ketika mendengar suara Chenle.
"Kau masih mau bekerja?" tanya Chenle. Renjun berbalik lalu mengangguk.
"Kau mau bekerja disaat Jisung sedang demam? Kakak macam apa kau ini?"
Renjun terdiam sebelum akhirnya berjalan kembali ke kamar Jisung. Ia menatap Jisung yang masih tertidur namun keringat bercucuran. Renjun mengecek suhu tubuh Jisung. Panas, itulah yang Renjun rasakan. Ia berjalan kearah dapur tanpa menyadari jika Chenle memperhatikan gerak-geriknya.
Renjun kembali ke kamar Jisung dengan satu wadah air hangat dan juga handuk kecil untuk mengompres Jisung. Ponselnya terus bergetar menandakan ada yang meneleponnya. Renjun tak mempedulikan itu, ia memilih untuk menjaga adiknya terlebih dahulu.
"Jisung, makan dulu ya? Kakak masak bubur untukmu." kata Renjun. Jisung membuka matanya lalu menatap Renjun.
"Kakak suapi okay?" ucapnya. Jisung hanya mengangguk. Renjun tersenyum lalu menyendokkan bubur itu dan mengarahkannya ke mulut Jisung. Jisung memakan bubur itu dengan perlahan. Hal itu berlangsung hingga beberapa puluh menit.
☁
Siang harinya, Renjun masih berjaga disamping Jisung. Dan Chenle memilih duduk disofa sambil bermain game. Renjun memutuskan untuk mengecek ponselnya yang terus bergetar daritadi. Sudah ia duga bahwa yang menelepon dan memberikan pesan adalah Yangyang dan juga Kakek.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SADNESS
RandomKumpulan sad/angst story about Huang Renjun and other cast Happy reading!