≡ ⸝⸝ 🍀₊ ❲ Ayúdame ❳

870 78 8
                                    

Lorong sekolah sepi karena kebanyakan anak sekolah sudah pulang. Namun suara gaduh masih terdengar di lorong dekat dengan gudang penyimpanan alat olahraga. Suara tersebut berasal dari beberapa anak sekolah yang sedang melakukan aksinya membully seorang pria kecil bernama Huang Renjun. Pria yang merupakan siswa pindahan dari Jilin, China.

Tak ada yang bisa dilakukan Renjun selain melindungi kepala dan perutnya agar para siswa itu tidak menendang area itu karena bisa jadi cedera parah.

"Yah, Huang Renjun. Jangan lupa kerjakan tugasku dan nanti malam harus selesai. Aku akan membawa tugasku nanti malam di tempat biasa." kata pria itu. Renjun hanya mengangguk.

Setelah itu mereka pergi meninggalkan Renjun yang masih duduk bersandar di tembok. Ia menyeka darah disudut bibirnya. Ia lalu melihat jam tangannya yang sedikit retak kacanya. Ia mencoba menekan tombol di samping jam tersebut. Jam tersebut menyambung ke jam lainnya. Karena ini merupakan jam couple. Jangan tanya Renjun memiliki kekasih atau tidak. Karena nyatanya jam itu adalah pemberian dari sahabatnya. Sahabatnya bilang jika ada apa-apa tekan saja tombol itu karena akan langsung nyambung ke jam yang dimiliki sahabatnya.

Namun 1 jam menunggu tak ada tanda-tanda sahabatnya akan datang. Renjun pun menghembuskan napasnya dan berdiri dengan susah payah. Ia berjalan tertatih sambil menggendong tas sekolahnya. Tak ada yang bisa di harapkan dari sahabatnya sekarang ini. Karena sahabatnya itu sudah memiliki sahabat lain yang jauh lebih baik dari dirinya (mungkin).

Sahabatnya itu adalah Haechan. Pria bermarga Lee yang menyambut dirinya ketika baru pertama kali merantau ke sini. Pria baik yang menolongnya ketika hampir tenggelam di saat liburan di pantai. Dan pria baik yang memberinya jam ini. Itulah pikirnya. Yang Renjun pikirkan tentang Haechan hanyalah kebaikannya. Sampai akhirnya Haechan mulai mengacuhkannya karena memilih berteman dengan yang lain.

🍂

Begitu sampai di apartemen kecil miliknya, ia segera membersihkan dirinya dan mengobati luka-luka ditubuhnya akibat pukulan dan tendangan dari anak-anak yang membullynya.

Setelah itu ia segera mengerjakan tugas yang diberikan salah satu anak pembully yang bernama Hyunjin. Ia harus segera menyelesaikan tugas ini karena jam 9 malam harus diantar ke lapangan basket tempat biasa.

Perutnya keroncongan karena lapar. Tapi ia tak punya makanan lain selain mie instan saja. Semua uang yang ia kumpulkan habis diminta oleh anak-anak berandalan itu. Kadang Renjun ingin menyerah dan ikut ibu nya yang telah tiada. Tapi ia selalu ingat perkataan Haechan yang menyemangatinya.

Tepat pukul 8.30, Renjun menyelesaikan tugas milik Hyunjin. Ia pun bergegas keluar dari apartemennya menuju ke tempat lapang basket dengan berjalan kaki. Letaknya tak cukup jauh. Hanya 10 menit berjalan kaki.

Renjun dapat melihat Hyunjin dan juga temannya Felix sudah menunggunya disana. Ia pun bergegas menghampiri.

"Ini tugasnya." ucap Renjun.

"Bagus. Kali ini aku tak akan memukulmu karena ini masih di ranah publik. Jadi kau selamat." kata Hyunjin. Setelahnya kedua pria itu pun pergi.

Renjun menatap kepergian kedua pria itu. Renjun menghembuskan napasnya lalu berjalan kearah bola basket yang ada disana. Ia berniat bermain bola basket sendiri. Keringat bercucuran ia biarkan begitu saja. Rasa sakitnya ia abaikan.

"Renjun-ah."

Suara yang ia kenal terdengar ditelinganya. Ia pun menoleh dan mendapati Haechan disana.

"Kenapa kau bermain basket malam-malam begini?" katanya. Renjun hanya diam dan membiarkan Haechan berjalan menghampirinya.

Haechan dapat melihat luka-luka baru diwajah pemuda Huang tersebut.

"Kamu kemana?" hanya itu pertanyaan yang muncul dari mulut Renjun.

"Kapan?" tanya Haechan balik.

"Sepulang sekolah." balas Renjun.

"Ah, aku pergi kerja kelompok dengan Mark dan yang lain. Apa kau menghubungiku?" tanya Haechan. Renjun mengangguk.

"Ahh maaf Renjun. Aku meninggalkan jam tanganku di kamar mandi karena takut mati. Maaf ya? Mau ice cream? Aku belikan sekalian mengobati luka mu." kata Haechan. Renjun hanya menggeleng.

"Aku ingin pulang saja. Aku lelah ingin tidur." balas Renjun.

"Tapi lukamu bisa infeksi. Ah Hyunjin sialan akan aku balas kau nanti." kata Haechan kesal.

"Tak perlu. Aku bisa sendiri." kata Renjun. Haechan menggeleng lalu berjongkok membelakangi Renjun dan menyuruhnya naik ke punggungnya.

"Cepat naik. Akan aku antar kau pulang. Maafkan aku karena tidak menolongmu tadi." kata Haechan. Renjun hanya mengikuti perintah Haechan menaiki punggungnya. Haechan bangkit sambil menggendong tubuh mungil Renjun.

"Kau semakin ringan saja. Apa kau sudah makan?" tanya Haechan. Renjun hanya menggeleng.

"Haih, makan dulu baru tidur. Akan aku belikan kau makan." kata Haechan. Tak ada suara dari Renjun.

Perlakuan Haechan yang seperti inilah yang membuat Renjun bertahan sampai sekarang. Ia merasa aman jika didekat Haechan. Namun ia juga tak bisa terus mengandalkan pria itu.

"Haechan-ah.."

"Hmm?"

"Besok pakai jam itu ya."

"Pasti akan aku gunakan."

'Setidaknya, kau adalah alasanku untuk tetap bertahan sampai saat ini.'

🍂

Besoknya setelah pulang sekolah, Renjun kembali diseret oleh Hyunjin ke lorong gudang. Tubuh mungilnya terdorong keras ke arah tembok sampai ia meringis kesakitan.

"Kau ini bagaimana?! Tugasku salah 3 kau lihat?! Kau sengaja ya mau menurunkan nilaiku huh?!" kata Hyunjin.

"Ma-af.. Tapi aku sudah berusaha mengerjakan tugasmu.." kata Renjun.

Byurrrr

1 ember air dari kolam ikan disekolah ditumpahkan ke tubuh Renjun. Renjun hanya bisa menunduk karena melawan pun tak ada gunanya. Guru-guru bahkan murid disini tutup mata akan hal pembullyan karena si pembully adalah anak dari orang yang memiliki hubungan kerjasama dengan sekolah ini.

Hyunjin mencengkram dagu Renjun dengan cukup kuat.

"Dengar ya Huang. Temanmu tak akan membantumu. Dia sibuk dengan orang lain dan tak mempedulikanmu lagi. Kau terlalu lemah jadi temanmu malas untuk terus melindungi orang lemah sepertimu. Maka dari itu, jangan berharap lebih dari temanmu." kata Hyunjin lalu setelahnya memukul wajah Renjun dengan keras sampai pemuda Huang itu tersungkur jatuh. Hyunjin menginjak kaki Renjun dengan cukup kuat sampai pemuda Huang itu meringis kesakitan. Hyunjin berjongkok lalu menatap Renjun.

"Lain kali, kerjakan tugasku dengan benar. Jika tidak..." ucap Hyunjin lalu mengeluarkan cutter dari saku celananya.

"Aku akan melukai jarimu dengan ini." lanjutnya. Lalu Hyunjin dan kawan-kawannya pergi meninggalkan Renjun sendirian lagi.

Renjun bangkit bersandar di tembok. Bau amis air kolam membuatnya sedikit mual. Ia pun menatap jam yang ia pakai dan menekan tombolnya.

"Haechan-ah.. Tolong aku.." ucapnya lirih sambil mengeluarkan air mata.

Sementara itu disisi lain, Haechan sedang nongkrong bersama kawannya di cafe. Jam bergetar disaku celananya namun ia tak menyadarinya dan asik mengobrol.

To Be Continue....

Long time no see. Apa kabar??

Hehe maaf baru muncul lagi ke permukaan. Saya lagi masa sibuk-sibuknya dan malah ketemu jodoh.

Jika ga ada hambatan tahun depan saya menikah dengan Renjun🤝🏻gggg

Menikah dengan ayang aku dong🤣 Minta do'anya semoga bisa lancar sampai hari H.

Saya akan tetap menulis jika ada ide. Jadi do'akan juga semoga ide nya lancar jaya. Thancuu..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE SADNESS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang