≡ ⸝⸝ 🍀₊ ❲ Goodbye (Bonus) ❳

1.6K 150 7
                                    

JAEMIN X RENJUN
(( JAEMREN ))


4 tahun sudah Jaemin tak bertemu dengan Renjun. Ia merindukan sosok itu. Meski mereka melakukan panggilan melewati video call ataupun telepon biasa, tapi ia sangat merindukan anak itu. Semenjak Renjun pergi, Jaemin menjadi lebih diam dari sebelumnya. Tentu saja teman-temannya yang lain merasa heran. Namun akhirnya mereka mengetahui fakta jika Jaemin menyayangi Renjun, bukan adik Renjun. Dari situ mereka bersalah karena sudah menjodoh-jodohkan Jaemin dengan adik Renjun tanpa memikirkan perasaan Jaemin dan Renjun kala itu.

Ibu dan adik Renjun kini memilih untuk pindah kota demi kebaikan mereka. Adik Renjun disekolahkan dengan benar dan dididik supaya tidak menjadi anak manja. Mereka sengaja pergi setelah mengetahui fakta bahwa Renjun memutuskan untuk pergi karena ulah mereka. Merasa bersalah? Tentu, tapi sudah terlambat.

Hari ini, Jaemin memutuskan untuk mencari makan siang. Ia begitu lapar karena belum mengisi perutnya semenjak malam tadi. Ia melangkahkan kaki menuju sebuah restoran cukup besar. Jaemin memesan beberapa makanan disana. Setelahnya ia mencari tempat duduk. Karena tak berhati-hati, ia menabrak bahu seseorang.

"Maaf maaf." ucap Jaemin.

"Tidak apa." balas orang yang ditabrak Jaemin. Jaemin menatap orang itu tak percaya. Hal itu sama dilakukan oleh orang itu.

"Jaemin/Renjun." ucap mereka bersamaan.

"Ah tidak kusangka kita akan bertemu disini." ucap Jaemin. Renjun tersenyum.

"Bagaimana kabarmu Jaem?" tanya Renjun.

"Kabarku tidak baik setelah kau meninggalkanku selama 4 tahun." ucap Jaemin.

"Lebay Jaem. Padahal kita sering melakukan vidcall." ucap Renjun.

"Tapi sebulanan ini kau tak menghubungiku." ucap Jaemin.

"Hehe itu karena ponselku rusak. Aku belum membeli ponsel lagi." kata Renjun

"Oh seperti itu." ucap Jaemin. Pandangannya beralih pada sosok bayi yang berada digendongan Renjun.

"Ini?" tanya Jaemin sambil menunjuk bayi itu.

"Ah ini-"

"Aish Renjun aku mencarimu kemana-mana. Ayo cepat kita pulang. Ibu menunggu dirumah." ucap seorang wanita lalu menarik lengan Renjun menjauh dari Jaemin sebelum Renjun menyelesaikan perkataannya.

Jaemin menatap kepergian Renjun. Hal yang ia takutkan terjadi. Ia takut Renjun memilih orang lain daripada dirinya. Dan kini yang ia lihat mungkin menjelaskan semuanya. Renjun mungkin telah memiliki seorang anak dan telah memiliki hubungab dengan wanita itu. Jaemin terkekeh.

"Tak guna aku memcintaimu Ren."

"Jaem, sudah jangan minum lagi. Kau sudah minum terlalu banyak." ucap Jeno. Mereka kini berada di club. Dan Jaemin sedang menikmati minuman beralkohol.

"Diamlah." balas Jaemin. Pikirannya sedang kacau karena Renjun. Ia sangat membenci Renjun sekarang.

"Aku harus pulang Jaem. Ibuku sudah menelepon." kata Jeno. Jaemin mengangguk.

"Aku ikut keluar." ucap Jaemin lalu berjalan dengan lunglai karena ia dalam keadaan mabuk. Jeno yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dalam hati ia tertawa karena seorang Jaemin akan seperti ini karena patah hati.

Jaemin memutuskan berjalan sendiri untuk pulang kerumah. Ia menolak tawaran Jeno untuk diantar pulang. Jaemin berjalan sempoyongan sampai akhirnya di gang ia dihadang beberapa preman disana. Jaemin sangat malas keadaan seperti ini. Biasanya jika tidak dalam keadaan mabuk ia akan langsung menghajar. Namun kali ini tubuhnya lemas. Preman itu meminta uang kepada Jaemin. Namun Jaemin tak memberikannya. Seketika itu juga para preman menghajar Jaemin. Yang bisa Jaemin lakukan hanya melindungi kepala dan juga perutnya. Beberapa luka ia dapatkan. Sampai akhirnya ada bunyi sirine polisi yang mengejutkan para preman. Mereka langsung lari terbirit-birit dari sana.

"Shh sial." ringis Jaemin sambil memegangi lukanya. Seseorang datang mendekatinya.

"Kau tidak apa-apa Jaem?"

Jaemin menatap orang didepannya. Ia tersenyum miring.

"Kenapa kau disini?" tanya Jaemin balik.

"Aku habis membeli makanan. Lalu aku tak sengaja melihatmu dihajar. Maka nya aku kesini membantumu." ucap Renjun.

"Aku tak butuh bantuanmu." ucap Jaemin lalu mendorong tubuh Renjun yang tadi berjongkok hingga terjatuh. Jaemin bangkit lalu berjalan dengan pelan. Renjun menatap Jaemin bingung. Ia pun bangkit dan menghampiri Jaemin.

"Kau mabuk ya? Aku antarkan pulang ya?" ucap Renjun.

"Tidak perlu." balas Jaemin.

"Kau ini kenapa Jaem? Apa aku ada salah padamu?" tanya Renjun yang kebingungan dengan sikap Jaemin.

"Diamlah." balas Jaemin sebelum ia terhuyung. Renjun dengan segera menopang tubuh Jaemin agar tak jatuh.

"Kau ini. Biar aku antar kau pulang. Tak ada penolakan." ucap Renjun.

Jaemin terbangun lalu meringis pelan. Pandangan yang ia dapat adalah Renjun yang tengah membersihkan lukanya. Dengan segera Jaemin menepis tangan Renjun.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Jaemin.

"Mengobatimu." balas Renjun.

"Untuk apa? Sudah aku bilang aku tidak butuh bantuanmu." kata Jaemin.

"Tapi jika aku tidak membantumu. Kau akan kesulitan mengobati ini. Lalu jika aku tidak membantumu tadi malam, mungkin kau sudah mati babak belur." kata Renjun. Jaemin membuang mukanya. Renjun kembali membersihkan luka Jaemin.

"Rumahmu kenapa sangat berantakan seperti ini? Kau tau? Aku sampai bersin-bersin saat akan memasakkanmu makanan didapur karena cukup banyak debu." kata Renjun.

"Bukan urusanmu- AW!"

"Hehehe maaf." ucap Renjun yang dengan sengaja menekan luka dipipi Jaemin. Jaemin menatap Renjun.

"Renjun." panggil Jaemin. Renjun menatap Jaemin dengan pandangan bertanya.

"Kenapa?" tanya Renjun.

"Selamat ya kau sudah bahagia." kata Jaemin. Renjun mengerjapkan matanya.

"Ah iya, terima kasih." balas Renjun.

"Siapa nama bayi itu?" tanya Jaemin.

"Jung Sungchan." balas Renjun. Jaemin mengangguk.

"Tunggu tunggu. Kau berpikir jika itu anakku?" tanya Renjun.

"Iya. Itu anakmu kan? Bersama dengan wanita yang kemarin?" tanya Jaemin. Renjun tertawa.

"Itu bukan anakku. Aku belum menikah Jaemin." kata Renjun.

"Hah? L-lalu?"

"Itu anak dari sepupuku. Wanita kemarin adalah sepupuku. Dialah yang menolongku untuk bisa hidup seperti sekarang ini. Jika itu anakku, mana mungkin marganya Jung." kata Renjun. Jaemin menggaruk kepalanya yang tak gatal. Jujur saja ia merasa malu sekarang.

"Begitu ya. Aku sudah salah paham." ucap Jaemin. Renjun mengangguk lalu tersenyum. Ia menatap Jaemin.

"Tenang saja Jaemin. Hatiku masih untukmu."

Jaemin balas menatap Renjun. Mereka saling menatap untuk beberapa saat. Jaemib terkekeh lalu tersenyum. Ia lalu menarik Renjun kedalam pelukannya.

"Maafkan aku karena salah paham." ucap Jaemin.

"Tak apa Jaemin." ucap Renjun lalu membalas pelukan Jaemin.

"Jadi? Kita bisa bersama kan Ren?" tanya Jaemin. Renjun mengangguk.

"Tentu Jaem. Tak ada kata perpisahan antara kita lagi. Tak ada kata selamat tinggal yang harus diucapkan lagi. Tak ada kata penantian yang harus dilakukan lagi. Kita bisa bersama sekarang. Menjalani lembaran yang baru."

"Terima kasih Renjun."

TAMAT




Hehe
Bonus, nanti pada demo digantung. Yang Without you juga insyaallah ada part bonusnya. Tunggu besok saja gimana

THE SADNESS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang