≡ ⸝⸝ 🍀₊ ❲ No Longer ❳

1.5K 174 7
                                    

MARK X RENJUN
(( MARKREN ))

Renjun berkumpul dengan para anak tongkrongannya. Sebut saja mereka anak nakal. Mereka nongkrong disebuah gedung tua yang usang. Tempat favorite mereka. Mereka adalah Jeno, Jaemin dan Haechan.

Minuman cola tersedia diatas meja. Tak lupa makanan ringan. Mereka asik mengobrol.

"Jun, kau tau tentang Mark yang akan mengundang teman seangkatannya untuk datang ke pesta anniversary pernikahan orangtuanya?" tanya Haechan. Renjun menggeleng sambil meneguk colanya.

"Kau pacarnya tapi kau tidak tahu." ucap Jaemin.

"Dia tidak mau aku datang mungkin. Jadi dia tak memberitahuku. Kau tahu kan citranya diperkuliahan sangat bagus. Ditambah dia anak pintar dan orang berada. Mungkin saja dia malu mengajak pacarnya sendiri datang ke pesta besar. Mungkin orangtuanya akan malu jika tau anaknya berpacaran dengan anak sepertiku." ucap Renjun dengan santai. Ia memang sudah terbiasa dengan hal ini. Jadi tak heran jika responnya pun biasa.

"Omonganmu secara tak langsung juga menyindir kita yang sama-sama anak berandalan." ucap Jeno. Mereka tertawa setelahnya. Menjadi seorang berandalan bukanlah hal yang buruk bagi mereka. Orang luar saja yang tidak tau apa-apa tentang mereka. Kadang mereka berempat menjadi pengamen malam menghibur orang-orang ditaman. Hasilnya mereka gunakan untuk keperluan mereka. Tak lupa mereka sisihkan untuk donasi anak yatim piatu dan anak gelandangan lainnya.

Apa Mark mengetahui akan hal itu? Tentu saja tidak. Anak itu berpandangan jika Renjun dan kawannya tetaplah anak nakal. Tapi ia menyukai Renjun. Jadi ia menjadikan pria itu kekasihnya.

Esoknya mereka berangkat ke kampus bersama. Keempat orang ini memang sangat solid. Selalu pergi bersama. Dan untungnya mereka berada dikelas yang sama.

Mereka duduk berjajar. Pandangan Renjun tertuju pada Mark yang baru datang. Senyumnya ia kembangkan. Ia beranjak dari tempat duduknya lalu menghampiri kekasihnya itu.

"Selamat pagi Mark." sapa Renjun. Mark tersenyum.

"Selamat pagi juga Ren." balas Mark.

"Sudah sarapan?" tanya Renjun. Mark menggeleng. Renjun merengut lalu menarik Mark pergi ke kantin dekat fakultasnya. Keempat sahabatnya hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Renjun yang terlampau bucin itu.

Sampai dikantin mereka segera memesan dan duduk ditempat favorite mereka.

"Oh iya, aku dengar kau akan mengundang teman seangkatan untuk datang ke pesta anniv orangtuamu. Apa itu benar?" tanya Renjun sambil menatap pemuda dihadapannya.

"Eh, i-iya Ren." balas Mark.

"Oh. Kau tak memberitahuku. Kenapa Mark? Apa kau malu?" ucap Renjun dengan pertanyaan sedikit meminta penjelasan.

"Tidak kok Jun. Aku mau mengundangmu tapi nanti sehari sebelum pesta." ujar Mark. Renjun mengangguk.

"Ku kira kau malu memiliki pacar berandalan." kata Renjun. Mark hanya diam. Renjun beranjak.

"Aku mau ke toilet dulu." ucap Renjun lalu hendak berjalan. Namun seorang wanita dengan sengaja menumpahkan teh yang lumayan panas itu kearah Renjun. Membuat pakaian atas Renjun basah dan ia sedikit meringis karena air teh itu cukup panas.

"Kalau jalan lihat dong." ucap Renjun sedikit meninggikan suaranya.

"Maaf aku tidak sengaja." ucap wanita itu.

"Tidak sengaja apanya? Kau sengaja menumpahkannya." kata Renjun. Wanita itu menunduk. Mark berdiri lalu menepuk bahu Renjun.

"Renjun sudahlah. Ia tak sengaja." kata Mark. Renjun menoleh kearah Mark. Ia diam. Biasanya jika ada yang jahat padanya ia akan membela dan membiarkannya membalas. Namun kini? Ia ditahan begitu saja oleh Mark.

Renjun melepaskan tangan Mark dibahunya lalu pergi berlalu ke toilet.

"Mina apa yang kau lakukan?" tanya Mark.

"Aku cemburu kau terus bersama dia!" ucap wanita itu.

"Tapi jangan sampai gegabah." kata Mark.

"Kapan kau akan memutuskan dia sih? Aku lelah menjadi pacar simpananmu. Padahal orangtuamu sudah menyukaiku." katanya.

"Sebentar lagi ya."

Renjun membuka pakaian atasnya. Ia melihat beberapa bagian memerah efek air panas tadi. Renjun menghembuskan napasnya. Ia tak mungkin masuk ke kelas dengan telanjang dada seperti itu jika tak mau kelas heboh. Ia pun menelepon Jeno. Meminta sahabatnya itu untuk meminjamkan jaketnya padanya.

Tak berselang lama suara derap langkah mendekat. Ternyata itu Jeno yang datang sambil membawa jaket.

"Tidak mau disalep dulu Ren? Itu memerah. Takutnya jika kau diamkah malah ada bekasnya." ujar Jeno. Renjun menggeleng.

"Sebentar lagi dosen pertama masuk. Nanti saja saat kelas selesai." kata Renjun. Jeno hanya bisa pasrah karena Renjun anaknya memang keras kepala. Mereka berdua pun masuk ke kelas mereka. Renjun sedikit melirik Mark yang sudah duduk dibangkunya. Renjun memilih duduk bersama sahabatnya.

Dosen pertama pun masuk. Renjun tak fokus memperhatikan penjelasan sang dosen karena ia menahan perih yang datang dari lukanya tadi. Ia menyesal tak mengiyakan ajakan Jeno untuk mengobatinya dulu.

Hal itu tak luput dari pandangan Mark. Pria kanada itu merasa khawatir ketika melihat raut wajah Renjun yang seperti menahan sakit.

Ketika kelas sudah berakhir. Renjun menyandarkan tubuhnya ke tubuh Jeno yang duduk disampingnya. Jujur saja ia tiba-tiba melemah hanya karena ini. Tapi maklum saja, Renjun menahan perih selama berjam-jam.

"Sudah aku bilang untuk diobati dulu. Bandel sih." kata Jeno.

"Sini aku lihat lukanya dulu." ucap Haechan lalu membuka resleting jaket yang dikenakan Renjun.

"Melepuh..." ucap Haechan lirih setelah melihat lukanya.

"Pulang kerumahku ya? Biar Doyoung hyung mengobati luka ini." ajak Jeno. Renjun mengangguk.

"Ayo. Perih ini aku sudah tak tahan." kata Renjun.

"Biar aku yang bawa tasmu Ren." ucap Jaemin.

Mereka pun pergi meninggalkan kelas tanpa mereka sadari ada yang melihatnya. Mark, pria itu sendari tadi berdiri ditembok dekat pintu masuk. Ia mendengar percakapan mereka. Ia jujur khawatir. Ia akan menjenguk Renjun nanti.

"Mark ayo cepat kita ke karnaval!!!"

"Sudah diobati. Lain kali jika kena air panas segera basuh dengan air dingin ya Jun. Biar ga terlalu perih." ucap Doyoung. Kakak Jeno.

"Terima kasih hyung." ucap Renjun.

"Malam ini mau ngeband?" tanya Doyoung. Renjun mengangguk. Meski masih perih tapi ia harus melakukan ini untuk keperluan anak-anak yatim piatu.

"Hyung dengar ada karnaval. Kalian bisa ngeband disana karena otomatis banyak orang disana. Kalian jangan khawatir tentang perizinan. Karena karnaval itu milik teman hyung." ucap Doyoung. Renjun tersenyum.

"Terima kasih hyung!"

Malamnya mereka pergi ke karnaval yang dimaksud oleh Doyoung. Tak lupa mereka membawa peralatan band mereka. Renjun dan Haechan ditugaskan untuk bernyanyi. Sementara Jeno bermain gitar dan Jaemin bermain drum. Kadang jika Haechan sedang malas bernyanyi, ia memilih untuk memainkan piano.

Pandangan Renjun tertuju pada sosok yang ia kenal. Sosok itu tengah menyuapi ice cream kepada wanita yang ia kenal. Renjun tersenyum miring. Dugaannya benar. Ia pun memalingkan wajahnya dan menganggap ia tak melihat apapun. Ia memilih bersama temannya untuk fokus ngeband. Setidaknya untuk malam ini.

To Be Continue...

THE SADNESS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang