JAEMIN X RENJUN
(( JAEMREN ))
☁Para pemuda itu kini tengah nongkrong didepan sebuah kedai. Mereka menikmatinya ditemani dengan cola dan coffee.
"Adiknya Renjun cakep ya. Kapan mau ajak dia main kesini Jun?" tanya Haechan.
"Kalo dia mau aja. Dia jarang mau kalo diajak keluar." jawab Renjun.
"Sayang sekali. Anak secakep itu pasti kerjaannya ngurung dikamar." kata Haechan lagi. Renjun hanya berdehem sebentar.
"Tapi bukannya Jaemin sudah bertemu dengan adik Renjun itu? Bagaimana penampilannya Jaem?" tanya Jeno.
"Dia lucu menurutku. Intinya dia menggemaskan." kata Jaemin.
"Aku jadi ingin bertemu dengannya dan melihat seberapa gemasnya dia sampai-sampai Jaemin yang tak peduli dengan lingkungan berkomentar seperti ini." kata Haechan.
"Hahaha, tapi serius dia memang menggemaskan." kata Jaemin.
Renjun menatap Jaemin dalam diam. Renjun menghela napas pelan. Semua orang disini membahas adiknya itu. Membuatnya sedikit terganggu.
'Tidak dirumah, tidak disini. Yang mereka pikirkan hanya adikku.' batin Renjun.
'Tatapanmu Jaem. Membuatku iri saja pada adikku.' lanjutnya.
Andai Jaemin tahu, bagaimana perasaannya... Tapi tidaklah mungkin, apalagi orangtua Jaemin tidak menyukainya karena ia hanya seorang berandalan. Orangtua Jaemin lebih suka melihat adiknya. Karena orangtua Jaemin pernah bertemu dengan adiknya.
☁
"Pulang larut lagi? Apa yang kau lakukan diluar sana?!" bentak sang ibu. Renjun hanya diam menatap kosong. Tatapan yang sudah bertahun-tahun ia gunakan.
"Tidak punya mulut? Jawab!" sentaknya lagi.
"Main bersama teman." kata Renjun.
"Siapa? Jaemin lagi? Sudah berapa kali jauhi anak itu! Kau tak pantas bersanding dengannya. Biarkan adikmu yang bersamanya." katanya. Renjun tersenyum tipis.
"Aku mencari kebahagiaanku sendiri. Apakah itu salah? Selama ini aku selalu mengalah untuk adikku. Untuk semua orang. Aku juga ingin dicintai, tapi dunia ini rasanya terlalu enggan untuk memberikan kasih sayang padaku." kata Renjun.
"Itu pantas, karena kau hanya seorang berandalan yang tak memiliki masa depan." kata ibu. Renjun kembali tersenyum.
"Kalau begitu, biarkan aku keluar dari dunia ini agar kalian tenang." kata Renjun.
"Pergilah. Aku tak peduli." ucap sang ibu lalu pergi meninggalkan Renjun seorang diri.
Renjun menatap dirinya dicermin yang berada disampingnya. Ia menghembuskan napasnya berat sebelum akhirnya ia kembali keluar dari rumah. Keputusannya sudah bulat untuk pergi dari rumah ini. Ia sudah tak tahan dengan tekanan yang diberikan.
Ia berjalan menuju sebuah rumah sederhana yang letaknya cukup jauh dari rumahnya. Ia mengetuk pintu tua itu.
"Nak Renjun."
Ketika pintu terbuka, sesosok wanita tua keluar dari sana. Dia terkejut dengan kedatangan Renjun. Namun ia paham kenapa Renjun datang kemari.
"Masuk nak, diluar dingin. Rumah ini selalu terbuka untukmu nak." kata wanita itu. Renjun mengangguk lalu masuk kedalam. Ia duduk dikursi tua yang ada disana. Renjun kini berada dirumah bibi. Mantan pembantu di rumahnya yang sangat mengerti tentangnya.
"Nak Renjun sudah memutuskan untuk keluar ya?" tanya wanita itu sambil menyuguhkan teh hangat untuk Renjun.
"Iya bi. Percuma Renjun disana. Tidak ada yang peduli. Kini Renjun sudah tak memiliki teman. Karena ibu melarang Renjun untuk dekat dengan teman Renjun." kata Renjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SADNESS
De TodoKumpulan sad/angst story about Huang Renjun and other cast Happy reading!