BAGIAN 05

6.1K 478 7
                                    

"PANGGILAN KEPADA ZEVANYA ALFIAH, SISWI KELAS XII IPS 1 DIMOHON UNTUK SEGERA KE RUANG BK."

"SEKALI LAGI, PANGGILAN KEPADA ZEVANYA ALFIAH SISWI KELAS XII IPS 1 DIMOHON UNTUK SEGERA KE RUANG BK."

Zeva yang baru saja merapikan alat-alat tulisnya itu pun seketika berhenti. Baru saja pelajaran kedua berakhir. Ia menarik napasnya sebentar guna mengontrol kekhawatirannya.

Gadis itu segera bangkit berjalan keluar dari dalam kelasnya melewati para perkumpulan tukang bully itu. Tatapan sengit diberikan kepadanya, tapi ia sama sekali tidak peduli. Ia hanya melirik sekilas dari ekor matanya sambil memutar bola mata malas.

Sepanjang perjalanan, ia tidak lagi mendengar siswi lain membicarakan dirinya. Mungkin mereka benar-benar takut akan ancaman dari Bani dan Putra tadi. Sesampainya di depan ruang BK, iya mengetuk pelan pintu itu kemudian membukanya perlahan.

"Permisi bu," sapa nya. Jantung Zeva berpacu lebih cepat saat ia melihat Bu Ratna, Bu Aya, dan Hardi juga ada di ruangan itu sedang duduk bersama dengan satu pria paruh baya lagi. Sepertinya, dia wali dari Dila.

Tiba-tiba Hardi berjalan kearahnya dan langsung memberikan satu tamparan keras di pipi Zeva, hingga membuat pipinya seketika merasa kebas dan bekas tangan Hardi tercetak jelas di sana.

PLAK!

Kepalanya langsung menoleh kesamping, ia menahan lelehan air matanya yang ingin keluar tanpa permisi, sedangkan Bu Ratna dan Bu Aya terkejut melihat itu. Bu Ratna membuka suaranya,"bapak jangan emosi, kita belum mendengar penjelasan dari Zeva," ujar beliau.

Bu Aya dengan cepat berjalan kearah Zeva untuk melindungi gadis itu. Ia tidak memberontak sama sekali, lebih tepatnya tidak memberikan reaksi apapun selain menghapus kasar air matanya.

"KAMU MAU JADI APA ZEVA! AYAH GAK PERNAH NGAJARIN KAMU MELAKUKAN KEKERASAN SAMA ORANG LAIN!" bentak Hardi tanpa peduli perkataan Bu Ratna.

Ayah dari Dila masih diam, sambil memberikan tatapan kejam kearah dirinya. "Pak silahkan duduk dulu, jangan main tangan seperti itu sama anak bapak sendiri," ujar Bu Aya ikut memberikan perhatian.

Dengan dada naik turun menahan emosi, serta tangannya yang terkepal erat, Hardi segera duduk kembali. Namun sebelum itu, ia sempat melontarkan perkataan yang membuat rongga dada Zeva semakin terasa sesak,"kamu mempermalukan ayah, Zeva."

Zeva berusaha mengontrol dirinya meskipun sangat susah, Bu Aya menatap kearahnya, kemudian memegang tangannya,"ibu mohon, kamu jujur tentang semua yang kamu lakukan kemarin," ujar beliau.

Mendengar itu, ia langsung menolehkan pandangannya kearah Bu Aya dengan mata memerah,"iyah bu, saya akan menjelaskan semuanya seperti kemarin. Karena saya tidak berbohong sama sekali," balasnya kemudian berjalan melewati Bu Aya.

"Duduk nak," ujar Bu Ratna mempersilahkan dirinya. Dengan segera Zeva duduk di samping Bu Ratna, yang langsung berhadapan dengan Hardi serta ayah dari Dila.

Ia menundukkan kepalanya karena takut menatap mata kedua pria itu. Kedua tangannya saling terpaut guna menetralkan gugupnya. Bu Ratna memegang lembut tangannya, sambil menatap gadis itu dari samping.

"Jelasin semuanya nak, biar semuanya jelas. Jika kamu tidak bersalah, jelasin ke kami," ujar Bu Ratna.

Lagi-lagi, dadanya terasa sesak mendengar itu. Harus sampai berapa kali ia menjelaskan jika semuanya bukan salah dirinya? Perlahan ia mengangguk, dan memberanikan dirinya menatap mata tajam ayahnya.

GERIMIS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang