BAGIAN 59

2.8K 193 6
                                    

Berita duka kematian Azka sudah di umumkan oleh salah satu pihak masjid di komplek kediaman lelaki itu dan juga media online SMA Satu, mantan SMA nya pun juga sama. Tetangga, keluarga, anak-anak tim futsal, perwakilan osis, mantan teman-teman kelas dan masih banyak lagi beramai-ramai berdatangan.

Sedangkan di belahan negara lain, Rafa terhenyak melihat berita itu, laptop di depannya menampilkan chat dari Azka beberapa hari yang lalu, tetapi dia tidak pernah berniat membukanya. Tapi sekarang dengan pelan dia membuka dan membacanya.

Azka

Raf, apa kabar lo?

Masih nyimpan nomor gue kan?
gue tau kalo lo pasti kaget ngeliat gue tiba-tiba ngehubungin lo, hahaha.

gue titip Zeva sama lo ya bro, gue gak tau bisa bertahan lama lagi.

gue juga minta maaf kalo gue punya salah sama lo, ya meskipun gue gak ngerasa juga.

gue gak percaya cowok lain selain lo, gue percaya kalo lo bisa ngebuat Zeva lebih bahagia daripada gue karena lo udah kenal dia dari kecil.

Rafa lalu segera keluar dari roomchat itu dan menutup laptopnya. Di dalam apartemennya, dia mengepalkan tangannya bersamaan dengan setetes air matanya yang keluar begitu saja. Takdir macam apa yang sebenarnya Tuhan persiapkan?

Niat hatinya untuk berlari jauh dari kehidupan Zeva agar perlahan bisa membuat perasaannya berubah seperti saat dia kecil, menganggap Zeva hanya sebagai sahabat lagi, tidak lebih. Tapi, sekarang sepertinya Tuhan sedang menggoyahkan pertahanannya.

Rafa kalut sendiri dengan perasaannya. Semalam juga mamanya berkata di telefon bahwa wanita itu sangat rindu dan sampai menangis dan Rafa hanya bisa diam saja. Ya bagaimana tidak, dia anak satu-satunya. Rafa juga sempat berpikir, apakah keputusannya untuk kuliah di sini adalah sebuah kesalahan fatal?

"Gue gak bisa gini," monolognya dan segera bangkit lalu memasukkan semua baju-bajunya ke dalam koper, mengambil pasportnya dan memutuskan untuk pulang ke Indonesia.

Pertama kalinya dia mengambil keputusan secara tergesa-gesa seperti itu dan semoga saja dia tidak akan menyesali semuanya.

G E R I M I S

Entahlah sudah yang ke berapa kali Rita tidak sadarkan diri setiap melihat tubuh Azka yang sudah terbujur kaku di ruangan tengah rumah mereka dan Wira memutuskan membawa istrinya ke kamar di temani oleh ibu dan mertuanya. Hati wanita itu sekarang sangat berantakan, penyemangatnya sudah pergi, anak kesayangan semata wayangnya di ambil kembali oleh sang pencipta. Wira menguatkan hatinya sendiri, selain karena melihat kerapuhan istrinya, namun juga karena banyak sekali teman-teman anaknya yang datang hanya untuk berkata turut berduka cita.

Sementara Zeva menatap dengan sorot mata kosong dan penuh keputus-asaan di samping tubuh Azka. Azizah yang tadinya ingin menghampirinya, di tahan oleh Fahri. Sementara Putra dan Bani sedari tadi menyambut teman-teman mereka yang baru datang.

Zeva mengendipkan matanya berulang kali, menghalau cairan bening itu untuk turun kembali. Lalu dia kembali mencium kening Azka lagi untuk yang terakhir kalinya, benar-benar terakhir kali sebelum lelaki itu akan di mandikan, ia berbisik lirih, "gimana caranya biar aku bisa ikhlas biarin kamu pergi, Ka? Sementara ngeliat kamu tidur dari kemarin sampai sekarang aja, hati aku hancur."

GERIMIS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang