BAGIAN 11

5.7K 470 10
                                    

Hujan masih turun dengan deras, suara petir menjadi pengiring di tengah gelapnya malam. Detik demi detik jarum jam berlalu begitu cepat. Hujan membuat suasana malam ini semakin dingin.

JDER!!!!

"Azka, gue takut!" seru Dila kemudian lebih mengeratkan genggamannya pada lengan Azka.

Sedangkan Azka dengan cepat melepaskannya, sambil menatap kesal kearah Dila,"gue mau balik sekarang, lagian lo gak usah manja-manja sama gue, bisa?" sinisnya.

"Tapi gue beneran takut Azka!"

"Gue gak peduli! Dua jam gue disini nemenin lo dan sekarang gue mau balik."

Dila menggelengkan kepalanya, ia terus memikirkan bagaimana caranya agar Azka mau terus menemani dirinya disini, "satu jam lagi, please," ujar Dila memohon sambil menampilkan puppy eyesnya, bukannya Azka merasa gemas dengan tingkahnya, tetapi sebaliknya. Azka semakin membenci Dila.

"Gue gak betah sama lo. Lagian lo gak bakalan mati cuma karena takut sama petir, kecuali kalo lo di sambar petir."

"Nyokap-bokap gue belum balik, masa lo tega biarin gue sendirian di rumah. Gue takut kalo nanti gue kenapa-kenapa kayak tadi gimana?"

Azka membuang napas lelah, mencoba sabar menghadapi Dila.

"Satpam komplek ada. Nanti gue bilang buat minta jagain lo disini. Lagian asisten rumah tangga lo juga ada. Gak usah manja deh sama gue, basi."

"Azka ih lo kok gitu! Aku maunya dijagain sama kamu! Ngerti gak sih?!" Dila semakin menjadi.

"Lo gak ada harga dirinya yah?"

"Maksud lo?" Dila mengernyitkan keningnya.

"Pertanyaan sederhana dari gue aja, lo gak ngerti, pantes lo gak bisa ngalahin cewek gue," Azka tersenyum meremehkan.

"Azkaaaa!!!" geram Dila dengan wajahnya yang merah karena kesal.

"Gue balik, cewek gue nungguin dirumah. Gara-gara lo, gue jadi bohong sama Zeva." Azka mengambil jaketnya dan segera berlalu dari hadapan Dila yang saat ini sedang menatapnya dengan tatapan amarah.

"Gue lebih baik dari Zeva! Lo bakalan putus sama dia, Azka!"

"Kenapa semua orang apa-apa harus Zeva?!" kesalnya kemudian ia membuang vas bunga yang ada di ruang tamu hingga menimbulkan suara dan pecahan di mana-mana.

"Gue benci lo Zeva! Gue benci!"

G E R I M I S

Azka sampai di kediamannya, lelaki itu melepaskan jas hujannya dan menaruhnya asal.

"Anak bunda yang ganteng baru pulang, hmm?" Azka menoleh kearah Rita yang duduk disofa sambil melipat kedua tangan di depan dada.

Azka meringis kecil sambil berjalan kearah Rita, belum sempat ia berbicara, Rita sudah berdiri dan menjewer telinga Azka hingga membuat lelaki itu kesakitan,"aww bunda, maafin Azka."

"Selalu aja lupa waktu Ka, kalo udah ngumpul bareng temen-temen kamu itu."

"Ma-maaf bunda, lepasin dulu, sakit telinga Azka."

Rita menarik tangannya kemudian melipatkan satu sama lain, ia bisa melihat telinga anaknya itu memerah dan Azka yang masih meringis sambil memegang telinganya.

"Bunda tega sama anak sendiri, nanti Azka bilang ke Ayah."

"Bilangin aja, paling nanti kamu yang bakalan dimarahin sama ayah." Azka berdecak kesal,"iya juga sih," lirihnya.

GERIMIS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang