BAGIAN 08

5.6K 453 3
                                    

"Kata orang-orang, di rooftop ini banyaksetan."

"Lo gak takut disini sendiri?"

Zeva membuka matanya kalau mendengar suara bariton seseorang.

"Gak takut," balasnya singkat. Rafa terkekeh kecil kemudian tersenyum tipis. Ia masih setia berdiri beberapa langkah di belakang gadis itu. Hari sudah mulai sore, semilir angin membuat beberapa anak rambut gadis itu beterbangan.

"Lo kenapa belum pulang?" tanya Rafa sambil mendudukkan dirinya di samping Zeva. Ia ikut mengayunkan kakinya yang menggantung di udara.

Zeva menoleh kearah Rafa dengan tatapan datar,"lo sendiri kenapa belum pulang?" tanya balik gadis itu.

"Karena, nungguin lo," balas lelaki itu santai.

"Raf, gue udah ngomong berkali-kali sama lo, gak usah sok peduli-"

"Gue emang peduli sama lo. Kita udah sahabatan dari kecil, gue gak mau lagi, lo buat jarak sama gue, Zev." Potong Rafa cepat, seakan tau kemana arah pembicaraan itu.

Zeva menoleh kearah Rafa sedari lelaki itu memotong perkataannya. Bahkan ia sendiri seperti tidak bisa membalas perkataan yang keluar dari mulut Rafa.

"Kenapa Zev? Lo takut lagi kalo Azka bakalan marah? Lo gak tau, kalo Azka tadi bareng terus sama Dila? Lo gak liat, Azka anterin Dila? Lo sebenarnya sama Azka jalanin toxic relationship kan?" Rafa memberikan pertanyaan beruntun kepada Zeva, bahkan wajah Rafa sedikit memerah dan tangannya yang terkepal karena menahan amarah. Entah kenapa, saat melihat Zeva yang diperlakukan tidak baik oleh Azka, dia seakan ingin berada di samping gadis itu. Ia ingin menjadi bahu untuk Zeva bersandar.

"Jawab gue, Zeva!" sentak Rafa dengan matanya yang lebih intens menatap Zeva.

"Gue gak tau harus gimana," balas gadis itu pelan sambil memalingkan wajahnya kedepan. Penglihatannya memburam, butiran kristal siap turun membasahi pipinya. Tenggorokannya tercekat karena menahan tangis.

"Azka sebelumnya gak pernah sekasar ini, Raf. Gue gak tau, apa yang ngebuat dia berubah seperti sekarang. Gue takut, gue gak sanggup harus putus dari dia. Segimanapun gue jelasin ke lo, lo gak bakalan ngerti, Raf. Karena yang jalanin hubungan ini, gue sama Azka, bukan lo."

Rafa seperti tertampar dengan jawaban Zeva, lelaki itu berusaha mengendalikan dirinya. 'Bodoh' kata yang tepat untuk dilayangkan kepada lelaki itu, apa yang di katakan Zeva memang benar. "Sorry, gue gak ada maksud apa-apa. Gue cuma gak mau liat lo sedih terus. Gue mau kita sahabatan lagi."

"Gue bakalan ada buat lo, saat gak ada satu pun orang yang bakalan ada di sisi lo."

Hening, hanya ada semilir angin yang kian terasa mengenai kulit keduanya, Zeva maupun Rafa hanyut dalam pikiran masing-masing.

"Udah mau sore, lo masih belum mau pulang?"

"Apa gak ada tempat pulang lain selain rumah?" tanya gadis itu sambil tersenyum miris.

"Gue."

"Maksudnya, lo bisa jadi tempat gue pulang?" tanya gadis itu yang tiba-tiba mengeluarkan tawanya,"ngaco!" lanjutnya.

"Apa harus gue kasih lo jawaban?" Zeva menggeleng sambil berusaha untuk meredakan tawanya.

"Kalo kayak gini, lo keliatan cantik," puji Rafa terang-terangan.

"Dih, apa sih Raf? Kayak anak kecil."

Rafa ikut terkekeh,"sorry, lagian dulu, lo suka banget kalo gue bilang, lo cantik."

GERIMIS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang