BAGIAN 26

4.8K 381 7
                                    

Zeva menselonjorkan kakinya di atas sofa dengan satu bungkus makanan ringan di atas perutnya yang isinya tinggal setengah. Satu tangannya memegang handphone di udara yang sedang menampilkan materi akuntansi di sana. Sedari tadi Zeva tidak beranjak dari tempatnya, hingga gerakan kenop pintu yang di tekan dari luar mengalihkan atensinya.

Zeva segera bangkit dari posisinya saat ini saat melihat Hardi melangkahkan kaki memasuki rumah bersama Azizah dan beberapa orang yang membawa barang-barang masuk seperti beberapa koper dan frame-frame foto berukuran sedang yang masih di bungkus.

"Ini taro di mana Pak?" tanya salah satu dari mereka yang mengangkat barang itu.

"Ke ruangan itu saja," ujar Hardi menunjuk ke arah kamar Bi Ana dulu yang kini sudah tidak ada yang tidur di sana.

"Baik Pak, permisi."

Azizah tersenyum hangat dengan satu tangannya melingkar di lengan Hardi dan sesekali mengusap lengan lelaki itu.

Zeva masih terdiam dengan sorot tajam menatap lurus ke arah ayahnya. Giginya bergelatuk. Kedua tangannya terkepal erat yang salah satunya memegang handphone.

Setelah mereka selesai melakukan tugasnya, mereka langsung pergi meninggalkan pelantaran rumah itu.

"Mas, Zeva beneran bisa nerima aku kan?" ujar Azizah pelan.

Hardi menaikan sebelah alisnya menatap Azizah kemudian memberikan senyuman hangatnya. "Biar aku jelaskan semuanya, dia gak akan bisa nolak permintaan aku sayang," balas Hardi kemudian menatap Zeva yang masih belum bersuara sedari tadi di tempatnya.

Hardi mengajak Azizah berjalan kearah Zeva, "katanya ayah pulang sama ibu. Kok sama tante ini sih, Ibu mana?" tanyanya dengan suara tercekat.

"Mulai sekarang kamu panggil Azizah, ibu. Dia bakalan gantikan posisi Asra di sini. Besok, ayah bakalan nikah dengan Azizah dan dia bakalan tinggal di sini."

Zeva menatap Azizah, dia mendengus geli mendengar jawaban Hardi lantas tertawa keras, "bercandanya gak seru tau Yah," ujar Zeva sambil meredakan tawanya.

"Zeva!" bentak Hardi.

Zeva mengangkat sebelah alisnya dengan kedua tangan bersedekap dada, "Hmm?" balas Zeva.

"Ayah serius! Ayah minta, kamu hormat sama ibu kamu sekarang, jangan bawa sifat kurang ngajar yang Asra ajarkan ke kamu!" seru Hardi.

"Ibu gak pernah ngajarin Zeva kurang ngajar, Yah." Zeva melebarkan senyumnya, "kan Zeva ikutin sifat ayah dari dulu. Zeva anak kandung ayah, gimana sih!" ketus Zeva.

Plak!

Hardi melayangkan satu tamparan keras ke pipi Zeva membuat gadis itu memegang pipinya yang terasa sangat kebas dan berdenyut nyeri seketika.

"Udah Mas, udah tenang. Mulai sekarang biarin aku yang didik Zeva."

Zeva mendengus geli mendengar perkataan Azizah barusan. Zeva menatap Azizah dan beralih menatap Hardi. "Ternyata ayah memang hobi banget nampar pipi anaknya sendiri, padahal kan apa yang aku bilang memang bener."

"Selamat datang di keluarga yang penuh dengan ke harmonisan ini, ibu Azizah," Zeva menekankan dua kata terakhir yang dia ucapkan lalu segera beranjak pergi ke kamarnya dengan sesak yang menjalar di rongga dadanya.

Brak!

Zeva membanting pintu kamarnya lalu melemparkan semua benda-benda yang ada di dekatnya dengan dada naik turun, "HAAAAAAA!!!" teriaknya sambil terus melemparkan barang-barang di sana ke sembarang arah.

GERIMIS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang