BAGIAN 48

3.1K 304 9
                                    

"Mungkin sekarang sudah saatnya saya memberitahu kamu yang sebenarnya, Zeva," akhirnya Azizah memutuskan untuk mengatakan semuanya setelah beberapa detik terdiam dan terasa di bungkam oleh pertanyaan Zeva.

Rasanya seperti ada bongkahan besar yang menghantam dadanya dan tenggorokan yang terasa sangat tercekat sekali.

Zeva-gadis itu merasakan darahnya berdesir lebih cepat dengan suhu badannya yang tiba-tiba panas dingin, apa memang benar yang ia katakan tadi jika Azizah mengetahui sesuatu yang sangat berkaitan dengan dirinya?

"Dia perempuan hebat yang sudah melahirkan putri cantik dan baik hati, dia bahkan sering mengatakan jika ingin sekali merawat putrinya, melihatnya berjalan untuk pertama kali, tapi dia tidak bisa menepati janjinya. Dia," Azizah menggantungkan ucapannya dengan bibir bergetar dan menahan tangis, kedua bola matanya menatap fokus netra Zeva yang lagi-lagi membuat ia merasakan sangat bersalah kepada gadis itu, "Kirana Alfiah-ibu kandung kamu."

"Gak mungkin," Zeva menggeleng tidak percaya, "tante pasti bercanda," kekehan tercipta di bibirnya dengan air mata yang perlahan luruh membasahi pipi.

"Dia tidak pernah berniat meninggalkan kamu sedikitpun. Andaikan ada satu kesempatan, mungkin Kirana akan meminta untuk berada di samping kamu, merawat kamu meskipun ia harus menukarnya dengan apapun."

Azizah tidak berniat untuk memeluk Zeva sedikitpun meskipun gadis itu sudah menangis sesegukan di depannya. Dia harus kuat dan akan mengatakan semuanya saat ini, karena bagaimanapun, cepat atau lambat Zeva tetap akan mengetahuinya.

"Keluarga ayah kamu tidak merestui hubungan ayah dan ibu kamu kala itu. Seberusaha apapun ibu kamu mencoba masuk ke keluarga mereka, tetap tidak akan pernah bisa meluruhkan hati mereka. Asra, orang yang kamu anggap ibu-dia adalah perempuan yang di jodohkan oleh orang tua ayah kamu dan perempuan itu tidak menolak sedikitpun. Bahkan ia membuat ayah kamu membenci perempuan yang sangat ia cintai."

"Ibu kamu meninggal setelah melahirkan kamu, sebelum itu dia meminta bahkan sampai berlutut di depan keluarga besar mereka untuk merawat kamu, agar kamu bisa mendapatkan kehidupan yang layak, Zeva."

"Maafkan saya, karena saat itu saya tidak bisa melakukan apapun selain hanya memilih bungkam. Saya menyesal, andaikan bisa, saya saja yang mati, menggantikan posisi mbak saya, agar kalian bisa tetap bersama."

Zeva menutup telinganya dengan kedua tangan meremas rambutnya kuat-kuat dan suara tangisnya yang semakin keras. Kini ia tahu alasan mengapa dia tidak pernah di perlakukan dengan baik oleh kakek dan neneknya.

"Saya akan melaksanakan amanah ibu kamu, apapun resikonya akan saya hadapi, Zeva. Saya akan membawa kamu keluar dari semua kesakitan ini. Saya sudah mengatakan yang sebenarnya dan saya tidak ingin kamu membenci ayah kamu sendiri ataupun Asra-perempuan yang sudah membesarkan kamu."

"Stop!" jerit Zeva terisak, bahkan tangannya bergetar seiring dengan remasan di rambutnya menguat. Sudah, dia tidak ingin mendengarkannya lagi, rasanya menyakitkan. Jika memang semuanya nyata, tolong ia hanya ingin bisa menerimanya.

Kini Zeva semakin mengerti. Pertanyaan yang masih abu-abu dan kerap melintas di kepalanya seperti perlahan menghilang dan mendapatkan jawabannya.

Saat itu, Zeva kecil sangat bingung ketika ia berkumpul dengan keluarga besar orangtuanya dan mereka selalu bersikap dingin dan tak jarang mendapatkan perlakuan tidak baik dari mereka, Zeva sering sekali mengadu kepada Hardi ataupun Asra, tapi yang terjadi tidak pernah seperti yang ia harapkan.

Azizah segera memeluknya erat.

"Maaf selama ini kamu merasakan semua kesakitan ini sendiri, maafkan saya," lirih Azizah.

GERIMIS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang