BAGIAN 23

5.3K 447 20
                                    

Dila tidak berhenti tersenyum dan berteriak histeris dalam kamarnya yang luas itu karena besok dia akan berangkat bersama Azka.

Dia tidak mengabaikan kesempatan emas tadi dan smirk tercetak jelas di wajahnya. "Besok gue harus bersikap gimana yah sama Azka biar Zeva panas terus mereka putus!" gumamnya dengan tubuh terlentang di atas kasur dan menatap langit-langit kamarnya.

Tok.. Tok.. Tok...

Suara pintu membuat lamunannya buyar seketika. Dila berdecak kesal kemudian segera bangkit untuk membuka pintu itu, "ada apasih?! Ganggu aja!" kesalnya menatap pembantu rumahnya yang sudah menunduk gara-gara perkataannya itu.

"Non di tunggu sama tuan sama nyonya untuk makan malem."

"Ya-yaudah, nanti aku nyusul."

Brak...

Dila menutup kasar pintu kamarnya. Tanpa sadar, jantungnya berdegup kencang saat mendengar nama orang tuanya sendiri. Kebiasaan buruk Dila saat seperti itu, dia mengadukan jari-jarinya dan meremas kuat.

Menarik napas pelan, Dila memutuskan untuk segera bergabung bersama kedua orangtuanya. Sesampainya di ruang makan, Dila menundukkan dirinya di meja bersebelahan dengan sang ibu, sementara ayahnya berada meja ujung.

Lima belas menit mereka menikmati makan malam bersama itu hingga ayahnya memberikan sebuah map ke hadapannya, "apa ini Yah?" Dila bertanya saat melirik sekilas map itu.

"Sebentar lagi sekolah kamu akan mengadakan pemilihan perwakilan Olimpiade dan kamu harus menjadi perwakilan dari sekolah kamu kali ini. Pelajari semua soal dan jawaban yang ada disitu dan jangan sampai kamu kalah lagi dari teman kelas kamu yang namanya Zeva itu. Dalam keluarga kita, kegagalan adalah hal yang memalukan dan kamu jangan sampai mengecewakan ayah. Paham?"

Dila meneguk ludahnya susah payah dengan kedua tangannya yang terkepal masih memegang garpu dan sendok di atas meja. Ayahnya yang melihat itu pun tersenyum miring menatap netra anaknya itu dan kemudian segera bangkit meninggalkan area ruang makan.

"Dengar kata ayah kamu dan jangan sampai kecewakan kami yah sayang," ujar ibunya lembut lalu mengecup sekilas kening Dila yang masih diam sedari tadi.

G E R I M I S

Zeva melangkah menuruni anak tangga menuju lantai bawah.

"Zeva," panggil Hardi yang melihat Zeva berjalan melewatinya di ruang tamu dengan koran yang berada di antara kakinya yang dia angkat di atas kaki lain itu.

Zeva melihat kearah Hardi dengan malas sambil menunggu ucapan lelaki itu.

"Kemari, ayah mau bicara sama kamu," ujar Hardi tegas.

Tidak mau membuat moodnya rusak, Zeva menurut saja dan duduk di kursi depan Hardi dengan meja sebagai penghalang.

"Gimana sekolah kamu?"

"Baik."

"Besok kita akan ke Bandung, ke tempat kakek dan nenek kamu dan ayah akan perkenalkan tante Azizah ke mereka semua," Zeva menggertak giginya menahan amarah.

"Zeva gak mau pergi dan sampai kapanpun Zeva gak akan restuin ayah sama dia!" setelah berkata seperti itu, Zeva lantas bangkit dan berjalan keluar dari rumahnya tanpa peduli dengan Hardi yang berteriak memanggil namanya.

GERIMIS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang