Dila memekik kaget saat melihat Zeva pingsan dengan hidungnya yang mimisan. Bahkan bukan cuma Dila saja tetapi seluruh siswa di sana, lalu mengerubungi Zeva. Pengawas laki-laki yang tadinya tenang di bangkunya segera bangkit dan menggendong Zeva keluar dari ruangan itu.
Dila dengan cepat mengambil tasnya serta tas Zeva lalu ikut menyusul keluar. Azizah datang setelah mendapatkan telefon dari Bu Eva, wanita itu segera menghampiri Bu Eva dan Dila yang duduk di depan UGD.
"Bu Azizah,"
"Bagaimana keadaan anak saya?" cercah Azizah cepat pada Bu Eva.
"Kami masih menunggu Bu. Saya mewakili sekolah meminta maaf karena ini semua kelalaian kami."
"Tat-tapi maaf tante, dari tadi pagi memang wajah Zeva pucet banget," tambah Dila.
Azizah mendesah pelan lalu mengangguk mengerti.
Suara derit pintu membuat perhatian Azizah, Bu Eva, dan Dila mengarah pada dokter yang baru saja keluar. "Saya bisa bicara dengan wali pasien?" tanya dokter itu sambil membenarkan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya.
"Saya walinya dok. Saya ibunya," Azizah mendekat.
"Baik, ibu bisa ikut saya ke ruangan karena ada hal penting yang ingin saya sampaikan terkait kondisi anak ibu." Azizah mengangguk dan segera berjalan mengikuti belakang dokter itu, sementara Bu Eva dan Dila masuk ke dalam ruangan UGD untuk melihat keadaan Zeva.
Zeva menoleh tatkala derap langkah kaki terdengar. "Bagaimana keadaan kamu Nak?" tanya Bu Eva.
"Baik bu, maaf tadi Zeva bikin semuanya panik."
Bu Eva mengelus lembut surai rambut Zeva, "kamu tidak boleh berkata seperti itu."
"Oh yah, nih tas lo," Dila menyodorkan tas Zeva yang sedari tadi dia pegang. Zeva menerimanya dan tak lupa mengucapkan terimakasih.
"Emm, kalo gitu gue keluar bentar," pamit Dila, gadis itu membiarkan space untuk Zeva dan Bu Eva di sana. Dila menutup pintu UGD lalu duduk kembali di depan ruangan itu sambil menghela napas pelan.
"Setelah saya memeriksakan keadaan anak ibu, sepertinya dia mengalami tekanan di dalam dirinya dan hal itu membuat kondisi pasien menurun. Kalau saya boleh saran, ibu ataupun suami jangan sampai hal ini terulang lagi karena bisa berakibat fatal sekali."
"Berbagai hal yang sering membuat remaja mengalami stres dan depresi adalah masalah kehidupan sosial, seperti hubungan keluarga, percintaan, pertemanan, hingga persoalan akademis di sekolah. Tekanan-tekanan tersebut bisa menjadi penyebab stres pada remaja dalam tingkat ringan, namun jika dibiarkan dalam waktu lama akan menyebabkan depresi."
"Saya harap, ibu bisa lebih bisa untuk berkomunikasi yang baik dengan pasien. Terkadang, orang tua menganggap hal-hal yang mereka lakukan kepada anak mereka adalah semua yang terbaik, tanpa mempedulikan bagaimana kondisi dan mental anak."
Azizah terdiam mendengarkan penjelasan dari dokter di depannya itu. Wanita paruh baya itu mengulum bibirnya dan berkata, "anak saya tidak pernah mendapatkan tekanan kok dokter. Dia baik-baik aja, bahkan di rumah pun dia tidak pernah memperlihatkan jika dia merasa tertekan. Anak saya memang sukanya belajar dan belajar karena dia di pilih sebagai perwakilan sekolah untuk mengikuti lomba," jelas Azizah membantah semua perkataan dokter yang mengatakan hal tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERIMIS [SELESAI]
Teen FictionStory 2 . "Katanya, harus terluka dulu biar nanti bisa merasakan bahagia. Lantas, luka sedalam apa yang harus manusia dapatkan, karena aku menginginkan hidup bahagia lebih lama dari hidup dalam luka itu sendiri." (Gerimis, 07 September-2021) Notes :...