Zeva merebahkan tubuhnya di kasur yang sudah tiga hari tidak ia tempati. Baru saja gadis itu sampai di rumahnya dengan badan yang sangat letih sekali tetapi senyum terukir di bibirnya kala mengingat jika ia memenangkan lomba olimpiade kemarin.
"Kira-kira gimana yah reaksi ayah?" monolognya dengan tatapan ke langit-langit kamar.
"By the way, tumben sih tante itu gak ada di rumah jam segini," Zeva mendengus. "Ketahuan kan sifat aslinya kalo di belakang gue sama Ayah," lanjutnya.
Zeva mengambil handphonenya yang tergeletak di sampingnya itu lalu dia berdecak pelan karena handphonenya mati total. Bangkit dari rebahannya, Zeva langsung berjalan kearah stop kontak yang ada di tembok meja belajarnya dan segera mencharger handphonenya itu.
Tiba-tiba perutnya berbunyi, dia lupa jika tadi hanya sarapan bersama dengan Bu Eva dan sekarang sudah masuk waktu sore saja. Zeva memutuskan turun ke bawah dan melangkah kearah dapur lalu membuka kabinet-kabinet dapur untuk mencari mie instan tetapi dia tidak menemukan satu pun di sana. Zeva beralih membuka kulkas dan sama saja, nihil, hanya ada buah-buahan dan susu saja di sana.
Dia lantas menutupnya kembali dan akhirnya memilih untuk pergi ke minimarket yang ada di dekat rumahnya saja.
Rafa yang sedang duduk sambil memainkan gitarnya di atas rooftop rumahnya terkejut saat melihat Zeva yang baru saja keluar rumah itu.
"Zev!" seru Rafa dari atas.
Zeva berhenti dan mencari suara Rafa yang memanggilnya tadi. Sedangkan Rafa terkekeh melihat tingkah Zeva.
"Gue di atas sini!" Zeva mendongak dan langsung melambaikan tangannya pada Rafa.
"Mau kemana?" tanya lelaki itu.
"Minimarket bentar," balas Zeva.
"Bareng yuk! Gue turun sekarang!" Zeva mengangguk sambil mendengus geli melihat Rafa yang segera berlari kecil masuk ke dalam rumah, lalu turun ke lantai bawah untuk menyusulnya.
"Ayo," ajak Rafa semangat.
Zeva terkekeh, "ngapain harus lari sih Raf, lo kek anak kecil tau gak," ujarnya dan mereka lantas jalan bersama.
Rafa ikut terkekeh mendengarkan itu, lalu dia mengusap belakang kepalanya karena salah tingkah. Rafa berdehem singkat lalu membuka suaranya, "biar lo gak nunggu lama."
Zeva mendengus geli mendengarkan alasan klise itu.
Sampainya di minimarket, Rafa segera membuka pintu dan membiarkan Zeva masuk duluan dan setelahnya dia ikut masuk lalu menutup pintu itu kembali.
Keduanya berjalan kearah lorong rak-rak roti dan para keluarga ciki-cikian. Rafa mengambil keranjang yang di tangan Zeva, "biar gue aja yang pegang," ujarnya saat Zeva dengan refleks langsung menatap kearahnya.
Zeva mengangguk lalu segera memasukkan beberapa roti serta ciki ke dalam keranjang tak lupa juga dia menaruh ice cream cornetto coklat. Setelah itu, keduanya berjalan kearah lemari pendingin dan Zeva mengambil satu kaleng minuman bersoda di sana.
"Lo mau beli apa?" tanya Zeva saat sadar bahwa sedari tadi Rafa hanya berjalan di sampingnya saja sambil memegang keranjang belanjaannya.
"Gak tau," balas Rafa membuat dahi Zeva terlipat samar.
"Gue cuma mau ikut aja tadi. Tapi gue jadi pengen beli ini," balas lelaki itu mengambil satu kaleng minuman bersoda yang sama seperti yang diambil Zeva tadi.
"Astaga Raf, random banget sih," ujar Zeva tak habis pikir.
"Yaudah ayo, gue udah selesai belanjanya," keduanya berjalan menuju kasir dan setelah semuanya Zeva bayar, gadis itu mengambil kantong kresek belanjaannya lalu mereka keluar dari dalam minimarket itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERIMIS [SELESAI]
Teen FictionStory 2 . "Katanya, harus terluka dulu biar nanti bisa merasakan bahagia. Lantas, luka sedalam apa yang harus manusia dapatkan, karena aku menginginkan hidup bahagia lebih lama dari hidup dalam luka itu sendiri." (Gerimis, 07 September-2021) Notes :...