Azizah duduk di depan meja kamarnya dengan menatap laptop yang menampilkan foto seseorang di sana. Tangannya mengangkat secangkir teh hangat itu lalu meneguknya dan meletakkannya kembali.
"Sebentar lagi mbak. Aku bakalan lakuin semuanya buat kamu," monolognya.
Sudut matanya menyapu beberapa map yang berisi berkas-berkas di dalamnya itu lalu menghela napas pelan dan mengambil handphonenya mencari nama seseorang di sana.
Terdengar suara seseorang di seberang sana, "hallo Bu."
"Bagaimana?"
"Aman Bu. Semuanya sudah kami bereskan sesuai dengan permintaan."
"Baik, terimakasih. Lakukan semuanya dan tetap kabari saya perkembangan perusahaan."
Tut..
Azizah lalu mematikan sambungan telepon itu sepihak.
G E R I M I S
Zeva keluar dari dalam kamar bersama Arsi dan Sari dengan sama-sama menenteng tas masing-masing. Mereka masuk ke dalam lift menuju lantai satu.
"Gila, gue deg-degan," ujar Arsi sambil memegang dadanya.
"Sama," keluh Sari. "Apalagi nanti bakalan ketemu sama cogan yang kemarin," lanjutnya.
Zeva hanya bisa mendengus mendengar percakapan keduanya sambil geleng-geleng kepala.
"Lo gak deg-degan Zev?" tanya Arsi ketika pintu lift terbuka dan mereka segera keluar, lalu berjalan ke lobi hotel.
Zeva menoleh sambil mengedikkan bahunya santai. Langkah Zeva terhenti kala melihat Fahri berada di lobi.
"Kenapa Zev?" tanya Sari.
Zeva berdehem singkat, "kalian duluan aja, ada yang gue lupain di kamar," bohongnya. Zeva tidak ingin jika nanti Sari dan Arsi melihat interaksinya dengan Fahri dan kedua gadis itu akan mengeluarkan opini mereka yang tidak masuk akal.
"Kita tungguin aja gimana?" tanya Sari sambil melirik arloji di tangan kirinya.
"Iyah, kita nungguin lo aja. Sana cepetan ambil," ujar Arsi sambil menganggukan kepalanya.
Zeva mengibaskan kedua tangannya di depan mereka, "gak usah, kalian duluan aja. Gue bakalan segera nyusul ke sana," tolak nya.
Arsi dan Sari saling pandang lalu mereka menatap pada Zeva kembali, "yaudah deh, kita duluan. Bye," ujar Sari lalu keduanya melanjutkan langkah mereka kelur lobi.
Zeva menghela napas lega. Setelah melihat kedua gadis itu keluar dari dalam hotel, akhirnya dia berjalan kearah Fahri yang sedari tadi melihat kearahnya dan memperhatikan interaksinya dengan Arsi dan Sari.
"Boleh juga tuh, cantik lagi. Ntar kenalin ke gue dong," goda Fahri sambil memainkan alisnya.
Zeva memutar bola mata malas menanggapinya, "gak balik Kak? Lo gak kuliah apa?" Zeva enggan menanggapi perkataan Fahri tadi. Dia malah melontarkan pertanyaan pada lelaki itu.
"Nanti gue kuliah sore. Jadi gue mau nyari pacar dulu di sini. Temen lo yang tadi juga cantik," balas Fahri enteng.
"Gak usah cari anak SMA kali Kak. Lo tuh jadi mirip pedofil," cibir Zeva lalu terbahak.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERIMIS [SELESAI]
Teen FictionStory 2 . "Katanya, harus terluka dulu biar nanti bisa merasakan bahagia. Lantas, luka sedalam apa yang harus manusia dapatkan, karena aku menginginkan hidup bahagia lebih lama dari hidup dalam luka itu sendiri." (Gerimis, 07 September-2021) Notes :...