BAGIAN 47

3.4K 301 12
                                    

Azka memberhentikan mobilnya ketika lampu berubah warna menjadi merah, lelaki itu menoleh kepada Zeva yang sedari tadi diam dengan pandangan menatap ke jendela mobil.

Azka membuka kaca mobilnya kala seseorang bapak-bapak yang memegang banyak sekali bunga mawar mengetuk pelan kaca mobilnya.

"Bunga, dek?"

Sebuah ide melintas di benak Azka, ia mengangguk, "boleh deh Pak, satu," ujarnya dan lalu bapak itu segera memberikan setangkai bunga mawar pada Azka.

"Pacar saya cantik gak Pak?" tanya Azka.

"Cantik pisan," jawabnya dengan sedikit memiringkan kepala melihat Zeva.

Zeva merasa sedikit salah tingkah mendengarnya, ia memberikan senyuman sopan  dan memukul pelan lengan Azka.

Azka terkekeh dan segera memegang lembut tangan Zeva kemudian memberikan bunga mawar padanya.

"Terimakasih Pak, sudah bantu saya buat pacar saya gak murung lagi."

"Aduh sama-sama atuh, neng jangan murung lagi ya, soalnya neng teh cantik kalo senyum kayak gitu."

"Makasih yah sudah beli bunga bapak."

"Iyah Pak sama-sama."

Lalu Azka menutup kembali kaca mobilnya dan menatap Zeva, "jangan sedih lagi, hmm?" ujarnya mengelus puncak kepala Zeva. Kemudian ia kembali melajukan mobilnya ketika lampu lalu lintas berubah hijau.

Zeva memainkan bunga mawar di tangannya dan sesekali menempelkan ke hidungnya dengan bibir melengkung tipis ke atas. Ia mendengus geli ketika mengingat percakapan Azka tadi dengan bapak penjual bunga, terkadang perlakuan kecil Azka yang seperti ini mampu membuat perasannya menghangat.

"Kamu kenapa iseng banget sih Ka."

Azka menaikan sebelah alisnya dan tertawa, "iseng? Kan emang pacar aku cantik, kok di katain iseng sih, hmmm?"

"Ya-ya gak gitu, cantik darimana coba."

"Kamu cantik dan tetap cantik di mata aku Zev, kamu wanita spesial setelah Bunda aku dan akan tetap seperti itu. Aku janji temenin kamu lewatin semua ini, karena salah satu list yang aku tulis adalah tetap ada di samping kamu, temenin kamu apapun yang terjadi."

"Kamu bikin list kayak gitu?" Zeva bertanya dengan sedikit kejutan di wajahnya.

Azka mengangguk, "iyah."

"Aku boleh liat gak? Kamu kok bisa kepikiran kayak gitu sih Ka?"

"Kamu gak boleh liat sekarang karena itu list rahasia yang aku tulis."

Zeva mendengus kesal membuat Azka dengan refleks mengusap surai rambut Zeva sekilas, "aku berharap semuanya bisa aku lakuin, Zev," tuturnya kemudian membelokkan mobilnya kearah perumahan rumah Zeva dan berhenti tepat di depan rumah gadis itu.

"Kamu hati-hati," ujar Zeva.

Azka mengangguk dan berdehem, "hmm, kamu jangan sedih lagi. Bunganya udah aku kasih mantra rahasia biar bikin kamu senyum terus."

Zeva terkekeh dengan mata yang memanas, ia kemudian segera memeluk Azka sekilas.

"Udah sana kamu pulang."

Azka berdehem dan segera masuk kembali ke dalam mobilnya, ia membuka jendela mobilnya dan melambaikan tangannya pada Zeva yang juga di balas oleh gadis itu, "pacar pulang dulu yah cantiknya Azka."

Azka sempat-sempatnya berkata seperti itu membuat Zeva terkekeh, "hati-hati, gak usah ngebut," ujar Zeva lagi. Setelah itu Azka segera melajukan mobilnya kembali meninggalkan area pelataran rumah Zeva.

GERIMIS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang