"Semuanya pemanasan terlebih dahulu setelah itu kita akan memulai kegiatan olahraga."
"Baik Pak!" jawab mereka serempak dan mengambil barisan masing-masing. Semua siswa-siswi XII IPS 1 melakukan pemanasan seperti biasa.
Sepuluh menit berlalu, keringat sudah mulai keluar dari badan mereka masing-masing karena terik matahari pagi yang seperti sangat menyengat kali ini.
"Oke, olahraga kali ini permainan volly dan bapak mau kalian buat kelompok masing-masing dengan beranggotakan dua orang saja. Kalian akan belajar passing secara bergantian."
Suara keluhan tidak terima terdengar dari beberapa siswi di belakang saat mendengar itu. Mereka menurut dan segera memilih partner masing-masing.
Zeva melihat teman-temannya sibuk menghampiri yang lain dengan saling rebutan karena ingin bersama sahabat atau teman dekat masing-masing. Memutar bola mata malas, Zeva melirik gadis berpenampilan nerd yang berada di sampingnya yang tak lain adalah teman sebangku nya itu, "lo gak ada yang ngajak?" gadis itu mengangguk dengan bahu lemas sambil membenarkan letak kacamatanya.
"Sama gue aja. Lo bisa main volly?" tanya Zeva.
Gadis itu mengangkat pandangannya dan berbinar mendengar ajakan Zeva tadi, "gue bisa kok cuma gak terlalu jago," jelasnya.
"Zev, satu tim ayok!" ajak Rafa yang tiba-tiba datang dengan sebuah bola volly di tangan kanannya.
Zeva melihat Rafa dan melirik gadis di sampingnya yang sudah menunduk lagi. Zeva menolaknya, "gue udah ada teman, nih," ujar Zeva merangkul pundak gadis itu.
Rafa mengangguk mengerti, "yaudah, nih bolanya buat lo aja. Gue ambil yang lain ke sana."
"Makasih Raf," ujar Zeva setelah menerima bola itu.
"Lo kenapa nunduk mulu sih?" tanya Zeva menghadap gadis itu.
"Gu-gue malu Zev, gue selalu di bully sama anak-anak dan sekarang gue takut kalo lo ikutan di bully juga karena dekat sama gue."
Zeva menghela napas mendengarkan penjelasan gadis itu. "Lo gak perlu dengar apapun kata mereka tentang diri lo. Mereka gak lebih dari sampah yang cuma tau hina orang lain dan berlindung di balik kata bercanda. Angkat kepala lo, gak usah takut."
Gadis itu mengedipkan matanya berulang kali menatap Zeva dengan perasaan speechless. Bahkan tanpa sadar, dia mengangguk dengan bibir yang terangkat keatas. Sepertinya perkataan Zeva barusan mampu mengubah pemikirannya sendiri.
PRIT.......
Guru olahraga meniup peluit yang dia kalungkan kemudian bertepuk tangan memberi instruksi kepada mereka semua, "sudah dapat teman masing-masing?"
"Sudah Pak!"
"Sekarang kalian bisa berlatih dengan teman kalian, bapak keluar sebentar karena ada urusan mendadak. Jangan ada yang meninggalkan lapangan sebelum jam bapak selesai dan bapak sudah meminta Rafa untuk memantau kalian semua." Rafa yang berada di antara teman-temannya mengangguk menyetujui dan beberapa pasang mata sontak menatap sekilas kearahnya.
"Paham semuanya?"
"Paham Pak!"
"Kalo begitu bapak pergi dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
GERIMIS [SELESAI]
Teen FictionStory 2 . "Katanya, harus terluka dulu biar nanti bisa merasakan bahagia. Lantas, luka sedalam apa yang harus manusia dapatkan, karena aku menginginkan hidup bahagia lebih lama dari hidup dalam luka itu sendiri." (Gerimis, 07 September-2021) Notes :...