Darah segar lagi-lagi keluar dari hidung Azka mengenai wastafel kamar mandinya. Dengan Azka mengambil tisu dan mengelapnya kemudian membuang tisu ke tempat sampah yang ada di sana.
Azka memandang wajahnya yang pucat pasi kemudian mengerang kesakitan dengan sebelah tangannya memegang kepala, "Arghhhh!" teriaknya menggema dalam kamar mandi itu dengan napas tersenggal.
Bundanya beberapa waktu yang lalu keluar karena ada urusan penting yang harus di urus dan Azka sekarang sendirian. Rasa mual kembali menggerogoti badannya membuat dia memuntahkan kembali isi perutnya.
Dengan tenaganya yang lemah, Azka berjalan keluar dari kamar mandi dan langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur. Tangannya mengambil obat yang dia simpan dalam nakas dan segera menelannya secara bersamaan. Azka mencoba mengatur napasnya sambil menyadarkan badannya di kasur king size miliknya.
Tok tok tok.....
Azka menghela napas pelan mendengar suara ketukan pintu berulang kali di lantai bawah rumahnya. Kemudian Azka mencoba bangkit untuk membukakan pintu itu.
"Ck, siapa sih!" kesalnya.
"Iyah sebentar," lanjutnya lagi dan menarik kenop pintu untuk melihat siapa yang datang ke rumahnya.
Grap...
Dila langsung memeluk Azka dengan erat membuat Azka hampir terhuyung jika saja tidak berpegang pada gagang pintu. Azka mencoba melepaskan pelukan itu, "lo ngapain sih datang ke rumah gue?" kesalnya.
"Lo gak apa-apa kan? Gue khawatir waktu tau lo sakit dan gak masuk kelas," cercah Dila membuat Azka hanya memberikan tatapan datar.
"Gue baik-baik aja. Sekarang mending lo balik ke sekolah sana, belajar yang bener biar sadar kalo gue gak mau sama lo."
"Gue gak mau balik ke sekolah, Ka! Gue mau disini temenin dan jagain lo."
Dila langsung masuk dan menutup pintu kemudian menggeret Azka untuk duduk, "Lo udah makan?"
"Dila-"
"Ih jawab gue dulu, lo udah makan kan? Wajah lo pucet banget-"
"Stop Dil! Gue gak mau nanti Zeva jadi salah paham lagi! Gue capek sama tingkah lo yang kayak gini! Lo ngerti omongan gue gak?!" bentak Azka marah.
Dila mendelik dan berusaha meneguk salivanya susah payah. Dadanya bergemuruh ketakutan melihat Azka sekarang tapi giginya beradu pertanda amarahnya naik saat lagi dan lagi Azka membahas Zeva di depannya, "kenapa sih semua orang suka dia?! Selalu yang di utamain pasti Zeva, Zeva, dan Zeva! Gue muak ngeliat semua orang baik ke dia!"
"Lo mau tau jawabannya?" tanya Azka menatap mata Dila yang sekarang di penuhi dengan amarah.
"Karena Zeva pantas dapetin semuanya dan lo juga, tapi kelakuan lo yang kayak gini bikin orang-orang gak suka sama lo," sambung Azka.
Dila meremas rok nya dengan mata memerah dan air matanya tumpah begitu saja di depan Azka tanpa malu, "maaf Ka, kalo gue bikin lo risih. Tapi izinin gue buat jadi teman lo, gue gak peduli Zeva cemburu kalo lo dekat sama gue. Yang jelas, gue butuh lo juga Azka."
Dila melepaskan cardingan yang dia gunakan kemudian memperlihatkan tangannya yang dia banyak sekali bekas cutter di sana, "gue capek Ka, gue cuma butuh seseorang yang bisa bikin gue gak ngelakuin ini lagi. Gue sadar dengan apa yang gue lakuin sekarang but I don't care! Gue nyaman dekat sama lo dan gue gak akan nyerah sampai kapanpun untuk lo bisa nerima gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
GERIMIS [SELESAI]
Teen FictionStory 2 . "Katanya, harus terluka dulu biar nanti bisa merasakan bahagia. Lantas, luka sedalam apa yang harus manusia dapatkan, karena aku menginginkan hidup bahagia lebih lama dari hidup dalam luka itu sendiri." (Gerimis, 07 September-2021) Notes :...