BAGIAN 53

3.1K 278 6
                                    

Zeva berjalan melewati beberapa makam dengan membawa buket bunga mawar merah dan berhenti tepat di makam ibunya, senyum terbit di bibir gadis itu saat ia duduk dan meletakkan bunga di tangannya di atas makam sambil mengelus nisan itu, "Assalamualaikum, Bu, aku datang lagi nih."

Gadis itu terkekeh sekilas lalu mulai menangkupkan tangannya untuk berdoa seperti biasanya. Selesai berdoa, ia mulai menceritakan hal-hal random di makam, meskipun ia tahu bahwa ibunya tidak akan mendengar ataupun menanggapi perkataannya, tetapi Zeva merasa tenang melakukan hal seperti itu.

"Aku ke terima di kampus impian aku, pasti ibu bangga kan?"

"Setelah aku pikir, aku mau jadi pianis sama kayak ibu dulu, biar aku bisa bikin ibu bangga banget sama aku."

"Andaikan ibu masih disini, mungkin aku bisa liat ibu senyum sama ketawa di depan aku," Zeva menghembuskan napas pelan.

Zeva terus berceloteh sendiri hingga ia tidak menyadari bahwa waktu sudah hampir magribh karena terdengar suara orang-orang mengaji yang saling bersahutan dari pengeras suara masjid sekitar dan ia langsung menyudahi ziarahnya, tak lupa sebelum pergi, Zeva mencium nisan itu sekilas.

Sepulang dari makam, ia menatap rumah Rafa yang sudah seminggu ia tidak lagi melihat perawakan lelaki itu.

"Tante," sapanya saat melihat mama lelaki itu.

"Eh, Zeva," sapa mama Rafa membalas senyuman Zeva.

"Aku masuk dulu yah, Tan," pamit Zeva  langsung memasuki pekarangan rumahnya saat mendapatkan respon anggukan dari mama Rafa.

G E R I M I S

Suara deringan handphonenya membuat Zeva menghentikan kegiatan membaca novelnya, tangannya bergerak menekan tombol hijau di sana, "malam, sayang," sapa Azka.

Zeva terkekeh sambil mencari posisi tiduran yang nyaman, "lagi main futsal?" tebaknya.

"Iya nih, tapi lagi istirahat," Azka mengarahkan kamera handphonenya pada rekan timnya.

"Loh, Putra sama Bani main juga?" Zeva bertanya karena melihat kedua lelaki itu di belakangnya sedang mengelap keringat dan bercanda dengan yang lainnya.

Azka berdehem singkat, "sekarang lagi ngapain, hmm?"

"Baru baca setengah," Zeva mengangkat novel yang ia baca itu di depan kamera. Itu salah satu dari beberapa novel yang di beli Azka tadi pagi di gramedia, lelaki itu sering sekali memberikannya hadiah-hadiah kecil setiap harinya dan novel dengan genre roman kesukaannya salah satunya.

"Jangan sampe begadang..."

"Iyaaaaa, nggak kok, kalo gak khilaf," potong Zeva cepat sambil tersenyum lebar, sementara Azka hanya berdecak pelan dan tak lama Putra memanggilnya, "Ka! Lanjut lagi, yok!"

Azka memusatkan kembali pandangan pada handphonenya dan melihat Zeva yang sedang melihat dirinya itu. "Yaudah, aku lanjut main dulu, dadah kesayangan Azka."

Zeva melambaikan tangannya kecil dan mendengus saat Azka mencium kamera handphonenya, "semangat," ucapnya lalu panggilan diakhiri.

G E R I M I S

"Berapa Bang?" Azka merogoh sakunya dan mengambil dompet.

GERIMIS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang