"Lembur lagi, Mas?" Azizah langsung memberikan pertanyaan pada Hardi saat pria itu baru saja sampai di rumah jam setengah dua petang. Azizah bersikap seperti biasanya, bahkan ia sekarang sudah memakai pakaian yang memperlihatkan lekuk tubuhnya membuat pria itu selalu merasakan gairah.
Hardi berjalan kearahnya dan segera memeluk tubuh Azizah, mencium bibir Azizah sekilas. Azizah menarik tubuhnya sedikit dan menangkup pipi Hardi, "kenapa Mas, hmm?" tanyanya lembut.
Bukannya menjawab, Hardi malah menarik tengkuk Azizah dan melumat bibir wanita itu rakus kemudian melepaskan ciumannya saat merasakan Azizah perlu mengambil oksigen.
"Aku menginginkan kamu malam ini, sayang," bisik Hardi dengan suara beratnya lalu menarik badannya kembali untuk menatap wajah wanita yang sudah membuat dia menjadi pria yang sangat bernafsu itu.
Azizah mendengus geli dan menaikkan sebelah alisnya lalu berkata, "sure, tapi kamu mandi dulu," ujarnya yang sudah bangkit dan melepaskan dasi serta kemeja pria itu.
Hardi menunjukkan smirknya dan lantas segera berlalu menuju kamar mandi di kamar mereka. Azizah melihat pintu yang sudah tertutup itu dengan kedua tangan bersedekap, kemudian dia menuangkan segelas wine dan membawa wine itu menuju balkon kamar.
"Mbak, apa kabar di sana?" monolognya menatap kearah langit yang penuh dengan taburan bintang, tangannya yang memainkan pelan gelas berisi wine itu ia arahkan ke mulutnya dan meminumnya sedikit.
"Maafkan aku Mbak, aku tau ini semua salah, tapi ini jalan satu-satunya untuk membuat orang yang sudah membuat Mbak menderita, merasakan hal yang sama."
Diam-diam, Azizah selalu mengkonsumsi obat untuk mencegah kehamilan. Ia tidak akan membuat dirinya mengandung benih dari pria pecundang seperti Hardi.
"Sayang," bisik Hardi dengan kedua tangan yang sudah memeluknya dari belakang membuat Azizah terkesiap lalu ia segera mengubah ekspresi wajahnya dan memutar tubuh kearah pria itu.
Hardi mengambil gelas di tangannya dan meletakan di atas meja, lalu dia segera melumat bibir Azizah, merasakan sisa wine di rongga mulut wanita itu. Hardi menatap Azizah karena merasakan ciumannya tidak di balas.
"Jangan disini, Mas," jenakanya mengedipkan sebelah mata dan menggigit bibir bawahnya memberikan kesan sexy, lalu ia membawa Hardi masuk kembali ke dalam kamar, tak lupa menutup pintu balkon.
Hardi berdecak dan geleng-geleng kepala dengan tawa pelan di bibirnya, ia mengikuti langkah Azizah yang membawa dirinya keatas kasur mereka dan Azizah langsung mulai mencium bibirnya hingga aktivitas itu berlanjut.
Suara Azizah seperti membangunkan seluruh gairah dalam dirinya.
"Kirana," ujar Hardi tanpa rasa bersalah. Sedangkan Azizah yang mendengar nama Kirana berulang kali saat mereka melakukan itu hanya bisa membuat emosinya langsung tersulut. Ia mencengkram kuat bahu Hardi yang sudah tidak memakai baju itu hingga membuat banyak sekali luka di sana.
G E R I M I S
Zeva keluar dari dalam kamarnya dengan seragam lengkap seperti biasa. Ia berjalan kearah meja makan, bergabung dengan Hardi dan Azizah dan memulai memakan sarapan yang sudah di siapkan untuknya.
"Kamu, Ibu anter yah, sayang," ujar Azizah lembut.
Zeva mengangguk dengan senyuman tipis tercipta di wajahnya dan melanjutkan makannya.
Hardi terkejut melihat interaksi Azizah dan Zeva kali ini. Ia melihat Azizah yang hanya di balas gendikan bahu oleh Azizah dengan alis terangkat sebelah dan tak lupa senyuman lebar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERIMIS [SELESAI]
Teen FictionStory 2 . "Katanya, harus terluka dulu biar nanti bisa merasakan bahagia. Lantas, luka sedalam apa yang harus manusia dapatkan, karena aku menginginkan hidup bahagia lebih lama dari hidup dalam luka itu sendiri." (Gerimis, 07 September-2021) Notes :...