BAGIAN 31

4.3K 307 11
                                    

Zeva menutup buku paket serta beberapa buku yang membahas tentang akuntansi di atas meja yang dia pakai untuk belajar sedari tadi dalam perpustakaan. Merenggangkan otot-otot badannya sebentar, lalu dia segera bangkit untuk menaruh buku itu kembali ke tempatnya.

Zeva berdecak kesal tatkala dia hendak menaruh salah satu buku yang di tangannya itu ke tempat semula. Rak tempat buku itu lumayan tinggi hingga membuat Zeva kesusahan. Tadi di sampingnya ada tangga kecil hingga dia dengan mudah mengambil buku itu tetapi sekarang entah kemana tangga itu.

Zeva kehilangan keseimbangan saat dia hampir berhasil meletakkan buku itu hingga dengan refleks dia menutup matanya dengan badan menegang saat rak di depannya bergerak, tapi sepersekian detik Zeva tidak merasakan adanya buku yang mengenai tubuhnya. Perlahan Zeva membuka mata dan terbelalak saat Azka berada tepat di depannya dengan menopang rak itu.

"Kamu gak apa-apa?" tanya Azka.

Zeva tidak bergeming, tanpa sadar kepalanya menggeleng. Zeva menggigit bibir bawahnya, "thanks," cicit Zeva pelan.

Azka tersenyum tipis lalu segera mengambil buku-buku di tangan Zeva dan dia letakkan sesuai tempatnya. "Lain kali hati-hati," peringat Azka.

Setelah itu Azka tiba-tiba memegang perutnya lalu meringis pelan karena merasa nyeri. Mungkin karena aksinya tadi, hingga bagian perutnya yang terkena tusukan beberapa waktu lalu terkena dampaknya.

"Ka, lo kenapa?" Zeva memegang lengan Azka yang sedang memegang perutnya.

"Gak papa," Azka mengangkat sebelah tangannya yang bebas tidak memegang apapun itu. Tetapi perutnya semakin terasa nyeri membuat Azka berusaha untuk mengambil napas sedalam mungkin dan berusaha meredam kesakitannya.

"Ayo gue anter ke UKS," tanpa peduli dengan bantahan dari Azka, gadis itu membawa Azka ke luar dari dalam perpustakaan. Zeva hanya merasa bersalah karena dirinya Azka merasa kesakitan seperti itu.

Azka duduk di salah satu brankar yang ada di UKS, sedangkan Zeva berdiri di sampingnya. Dokter khusus sekolah SMA Satu membuka tirai putih tempat mereka berdua.

"Perut kamu masih sakit?" Azka mengangguk jujur menjawab pertanyaan dokter karena rasanya sangat nyeri.

"Biar saya periksa," Dokter itu menyikap pelan baju Azka membuat Zeva terbelalak melihat jahitan yang cukup panjang di perut Azka.

Zeva beralih menatap Azka yang sedang mengigit bibir menahan ringisannya keluar.

"Jahitan di perut kamu ada yang terputus dan itu membuat rasa nyeri yang kamu rasakan karena lukanya belum terlalu mengering." Dokter itu menghela napas lalu segera menangani luka Azka.

Setelah selesai, Azka langsung bangkit dari brankar. "Ka," panggil Zeva memegang lengan Azka. Banyak sekali pertanyaan di benak Zeva dan salah satunya dia ingin menanyakan tentang luka itu.

"Aku mau bicara sama kamu Zev," Azka dengan cepat berkata sebelum Zeva mengeluarkan suaranya.

G E R I M I S

Azka mengulurkan tangannya dengan senyum tipis menghias bibir lelaki itu. Zeva menatap Azka dengan teduh. Angin rooftop membuat beberapa helai anak rambut Zeva bergerak menutupi wajahnya.

GERIMIS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang