BAGIAN 45

3.4K 285 7
                                    

"Kita lagi di mana sih, Ka?" tanya Zeva yang sekarang matanya di tutup kain oleh Azka.

Azka terkekeh kemudian memberhentikan jalannya dan menghadap ke depan Zeva, "dalam hitungan ketiga, buka matanya pelan-pelan, oke, hmm?" ujar Azka sambil melepas kain penutup mata Zeva.

Zeva mengangguk dengan tawaan kecil di bibirnya.

"Satu," Azka mulai menghitung perlahan.

"Dua," hitungan Azka lagi.

"Tiga, sekarang buka matanya," perlahan Zeva menurut dan refleks dia menutup mulutnya ketika melihat rumah pohon di depannya kini, kemudian dia beralih menatap Azka dengan binaran matanya.

"Surprise!" seru Azka kemudian menarik pelan lengan Zeva, mengajak gadis itu naik keatas rumah pohon, "pelan-pelan, awas tangganya licin," ujar Azka.

"Iyah-iyah," balas Zeva sambil terus memijak anak tangga kayu itu dan Azka segera mengikut di belakangnya.

Ketika sampai di atas, Zeva menatap sekeliling dalam rumah itu yang dipenuhi oleh foto-foto mereka berdua dengan ukuran foto yang sangat kecil.

"Gimana? Suka gak?" tanya Azka yang disambut anggukan antusias dari Zeva.

"Ini bisa buat pilihan kedua kalo kamu gak mau ke pantai," ujar Azka.

Zeva mendengus geli kemudian menumpukan tangannya pada jendela kecil rumah itu.

"Suasananya enak Ka."

Zeva berbalik melihat Azka yang sedang memotret dirinya menggunakan kamera polaroid itu kemudian ia segera mengambil hasil foto yang keluar dan mencebikkan bibirnya, "jelek," tukasnya.

Azka terkekeh dan mengambil foto di tangan Zeva itu, "tetap cantik, soalnya ini kamu," ujar lelaki itu apa adanya.

"Aku mau terus sama kamu Zeva, apapun keadannya aku mau terus ada di samping kamu. Itu permintaan sederhana yang aku minta sama Tuhan."

Zeva terdiam mendengar perkataan Azka dengan netra fokus menatap mata laki-laki itu.

Azka menghela napas pelan kemudian menelan salivanya dan berkata kembali, "aku tau banyak hal yang masih kamu simpan dari aku Zev, aku tau tanpa kamu beri tau. Tapi aku juga gak bisa berbuat lebih untuk lindungin kamu dari semua ini, aku gak tau harus apa selain melakukan hal-hal kecil yang bisa bikin kamu lupa dengan semua yang bikin kamu sakit meskipun cuma sebentar."

"Maaf Ka," ujar Zeva menunduk.

"Gak papa, aku selalu nunggu buat kamu beritahu apapun itu Zev," Azka mengusap pelan surai rambut Zeva.

Zeva membasahi bibirnya sekilas, "aku gak mau nambah beban kamu lagi Ka, aku gak jadi pacar yang egois yang apapun harus kamu dengar," kata Zeva jujur dengan apa yang ia pikirkan selama ini.

"Hey, kamu gak pernah nambah beban aku, sayang. Aku cuma mau kamu bahagia Zeva, tanpa senyum palsu yang selalu kamu tunjukin. Mau deeptalk, hmm?"

Zeva mengangguk pelan kemudian mendekatkan tubuhnya dengan Azka. Gadis itu menghembuskan napas pelan dan segera menghapus air matanya kasar, "belum apa-apa aku udah nangis," ujar Zeva terkekeh.

GERIMIS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang