BAGIAN 42

3.3K 282 12
                                    

Azizah memperhatikan Zeva yang sedari tadi hanya diam sambil menikmati makanan di piringnya, mata gadis itu terlihat sembab meskipun tidak terlalu terlihat. Hardi datang dan ikut bergabung ke meja makan, melirik kearah Zeva sekilas.

Zeva menyudahi aktivitas makannya, segera meminum susunya lalu bangkit berdiri, "aku berangkat dulu," ujarnya mengambil tasnya di kursi yang dia duduki tadi.

"Tangan kamu kenapa luka-luka?" tanya Hardi saat tidak sengaja melihat lengan Zeva yang di penuhi barcode.

Zeva terdiam sebentar, "gak apa-apa," balasnya dan segera berjalan keluar rumah.

"Mas, aku susulin Zeva sebentar," ujar Azizah pamit pada Hardi.

Langkah Zeva terhenti di depan pintu ketika lengannya tiba-tiba di cekal oleh Azizah. Gadis itu menoleh ke sampingnya dan segera menarik tangannya kembali.

"Apa sih!" kesalnya, ketika ia ingin berjalan lagi, Azizah kembali memegang lengannya dan menatap luka-luka itu.

"Tante, ih apa sih!" seru Zeva dengan emosi.

"Siapa yang bikin kamu gini, sayang?" Azizah memegang lembut kedua bahu Zeva.

Zeva mendengus, "kenapa? Aku yang bikin diri aku kayak gini," tunjuk Zeva pada dirinya sendiri, "kaget yah, Tan?" lanjutnya bertanya dan memutar bola mata malas.

"Kamu gak boleh ngelukain diri sendiri seperti ini, kalo ada masalah di sekolah, kamu bisa bilang ke Ibu," ujar Azizah dengan tatapan teduh.

"Masalah aku di rumah ini, Tan. Bukan di sekolah," jawab Zeva membuat Azizah terdiam. Zeva menghentakan bahunya membuat genggaman Azizah terlepas dan gadis itu segera berjalan kembali meninggalkan Azizah.

Sesampainya di Sekolah, Zeva duduk di pembatas rooftop sambil melihat teman-temannya yang lain yang baru saja datang ke sekolah dan beberapa dari mereka ada yang di antar oleh orangtuanya. Gadis itu mendengus dan tersenyum kecut, kepalanya menunduk, bulir bening siap turun kembali dari pelupuk matanya namun dengan cepat dia mengerjapkan matanya berkali-kali agar ia tidak menangis.

Pandangannya terarah pada Azka yang baru juga memasuki area sekolah dengan motor KLX lelaki itu bersama dengan Putra dan Bani yang memakai motor masing-masing. Handphonenya sedari tadi tidak berhenti berdering dan kini berdering kembali setelah beberapa saat, Zeva tau kalau Azka yang menelponnya lagi dan lagi, terlihat dari lelaki itu yang menempelkan benda pipih ke telinganya.

"Belum di jawab juga, Ka?" tanya Bani yang masih duduk di atas motor masing-masing di parkiran itu.

Azka berdecak, kemudian menggeleng kepalanya.

"Yaudah kali, mungkin Zeva lagi ada urusan penting," ujar Putra.

Azka menghela napas gusar dan memperhatikan handphonenya yang menampilkan kontak Zeva di sana, "gue khawatir sama dia. Perasaan gue gak enak, dari semalam dia gak ada kabar sama sekali. Chat gue gak di bales-bales juga."

"Lo berdua duluan aja, gue mau ke kelas dia dulu," putus Azka dan segera berjalan mendahului keduanya.

Azka masuk ke dalam kelas Zeva dan cuma ada beberapa siswa saja di kelas itu. Dila yang sedang duduk di bangkunya tiba-tiba menegang kala bersitatap dengan mata Azka.

Jantungnya bertalu karena takut dengan lelaki itu, dia tidak ingin lagi memiliki hubungan atau masalah dengan Azka dan sudah cukup kejadian waktu itu membuat ia ketakutan.

Azka melihat tas Zeva di bangku gadis itu tetapi dia tidak menemukan pemiliknya. "Dimana Zeva?" tanyanya pada Dila.

Dila meneguk salivanya susah payah, "gue liat dia kearah rooftop--"

GERIMIS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang