BAGIAN 51

3.2K 297 13
                                    

Hardi bersedekap dada dengan pandangan remeh pada seorang polisi yang duduk di depannya itu. Sedari tadi ia sangat bosan berada di ruangan itu, hingga tak lama suara ketukan pintu terdengar.

"Silahkan," polisi itu mempersilahkan pria yang sangat Hardi kenali, yang tak lain adalah pria yang semalam membawa berkas padanya.

Hardi berdiri, memasukkan kedua tangan pada masing-masing saku celananya dan memandang pria itu dengan raut kesal lalu ia menghembuskan napas berat.

"Bisa Anda beri kami waktu sebentar?" ujar pria itu kepada polisi yang sedari tadi bersama Hardi.

"Lima belas menit." Pria itu mengangguk mengerti mendengar jawaban yang di berikan pihak kepolisian.

Setelah ia dan Hardi berdua di ruangan itu, diam-diam ia tersenyum miring dengan sangat tipis lalu segera merubah ekspresinya kembali.

"Aku sudah menunggu lama disini, bodoh! Kenapa kau lama sekali?!" Hardi segera melayangkan pertanyaan dengan nada sarkasnya.

"Maaf Pak."

Bugh!

Hardi melayangkan bogeman mentah pada pipi pria itu hingga membuatnya tersungkur sambil memegang sudut bibirnya yang berdarah, Hardi memainkan tangannya yang ia gunakan untuk memukul pria itu.

"Lakukan tugasmu, berikan semua uang yang di berikan oleh orang yang mau menyewa perusahaan ku untuk menyuap para polisi itu."

Pria itu bangkit dengan susah payah, ia menundukkan setengah badannya dan berkata, "maaf Pak, ini kelalaian saya. Sampai sekarang, mereka tidak mentransfer uang yang sudah di sepakati, dan mereka menghilang setelah menerima surat perjanjian yang sudah bapak tandatangani," jelasnya lalu menunduk lagi.

"APA?!"

"Maafkan kelalaian saya, Pak."

"DASAR TIDAK BERGUNA! BAGAIMANA BISA KAU MEMBERIKAN BERKAS ITU KEPADA MEREKA SEDANGKAN MEREKA BELUM MENTRANSFER UANG KESEPAKATAN ITU!"

BUGH!

Hardi melayangkan bogeman mentah berulang kali ke wajahnya, sedangkan pria itu hanya pasrah saja merasakan tubuhnya yang sudah sangat kesakitan, ia hanya menggunakan kedua tangannya sebagai perlindungan diri tapi ternyata sia-sia karena amarah Hardi yang sangat buas, Hardi bahkan menendang perutnya hingga membuat dia langsung memuntahkan darah di lantai.

"DASAR BODOH!" teriak Hardi dengan napas memburu.

Seorang polisi yang sedang berjalan melewati ruangan itu pun tersentak kaget mendengar suara Hardi, lalu ia masuk dan segera memegang bahu Hardi untuk menjauh dari badan pria itu.

G E R I M I S

Azizah melihat rintik hujan yang turun dari dalam salah satu cafe bersama Fahri. Intensitas mereka bertemu setelah kejadian waktu itu semakin sering. Usia Fahri yang lebih muda beberapa tahun dengan Azizah, ternyata bisa mengimbangi pemikiran wanita itu. Azizah menghela napas pelan setelah ia menceritakan kepada Fahri bahwa ia akan mengajak Zeva pergi setelah semuanya berakhir. Setelah Hardi mendekam di balik jeruji besi.

"Gue gak setuju." Azizah menatap Fahri yang baru saja berkata. Ah, sekarang mereka lebih memilih memanggil dengan sebutan lo-gue, entahlah semuanya mengalir begitu saja.

"Fahri...." panggil Azizah pelan.

"Gue tetap gak setuju. Gue tau lo bisa ngelakuin ini, tapi apa lo mikirin gimana Zeva? Lo juga belum bilang hal ini ke dia. Zah, gue mau kalian berdua tetap di kota ini, lo bisa pilih pindah dari rumah itu dan gue bakalan bantu lo cari rumah baru. Seenggaknya, gue bisa tetap ngeliat kalian baik-baik aja di sini," sela Fahri menatap netra Azizah.

GERIMIS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang