BAGIAN 22

5.2K 388 40
                                    

Beberapa jam sebelumnya :

Bel istirahat berbunyi, Azka berjalan santai menuju kelas Zeva dengan kedua tangannya di masukkan kedalam saku celana.

"Sumpah yah, kalo gue yang di posisi Zeva tadi mending ngalah sama Dila."

"Gue setuju sama lo, jangan sampe dia kena masalah deh dari sekolah."

"Tapi gue salut sih sama Zeva, dia berani dan gak takut hadapin Dila. Padahal kan itu bukan masalah dia."

"Udah deh mendingan kita diem aja daripada nanti kena masalah kalo Dila dengar."

"Ck, santai aja kali lagian dia juga pasti udah pergi sama dayang-dayangnya itu."

"Gue sebenarnya gak suka sekelas sama Dila tapi yah mau gimana lagi, protes juga gak mungkin."

"Ihh gak cuma lo aja yang gak suka dia. Kita-kita juga gak suka kali sama dia. Udah sok berkuasa lagi."

Azka berhenti di depan pintu kelas Zeva mendengar gosip itu sedari mereka menyebutkan nama Zeva.

"Zeva dimana?" tanya Azka berdiri di ambang pintu. Mereka memekik kaget melihat Azka dan saling melihat satu sama lain.

"Kita gak tau. Dari tadi gak ada yang ngeliat dia juga kan?" tanya salah satu gadis itu kepada teman-temannya yang lain dan kompak mereka mengangguk mengiyakan. Tanpa sepatah katapun Azka meninggalkan kelas itu.

Sebuah notifikasi chat dari Dila membuat ia segera membukanya.
|Azka, lo dimana?
|Bisa temuin gue di rooftop?

Azka menggeram marah, dia segera berlari kearah rooftop setelah membaca pesan dari Dila. Sesampainya di rooftop, Azka melihat Dila yang menghirup oksigen dengan inhalernya. Amarah Azka seketika hilang melihat gadis itu, dia segera berjalan kearah Dila, "lo ngapain ngajakin gue kesini?" tanya Azka dingin.

Dila mendongak menatap Azka yang berdiri di depannya itu kemudian segera memeluk tubuh tegap Azka, "maaf Ka, kalo lo gak suka tapi gue cuma mau bilang kalo gue bakalan aduin semua perbuatan Zeva ke bokap gue. Dia keterlaluan banget, dia bahkan permaluin gue tadi Ka. Padahal gue gak apa-apain dia. Tadi dia nampar gue di depan teman-teman kelas, cuma karena gue gak sengaja lemparin bola ke temen satu kelompok dia," Dila tersenyum miring dalam pelukan Azka kemudian segera merubah ekspresinya saat Azka menarik tubuhnya dan menatap lekat matanya.

"Lo sekarang gak kenapa-kenapa kan? Ngapain lo aduin ke bokap lo? Gue mohon, jangan lakuin hal itu. Gue gak mau sampai Zeva dapat masalah lagi."

"Gue bakalan tetap lakuin itu Azka," ujar Dila dan segera mengotak atik ponselnya.

"Kecuali, lo mau ngelakuin semua yang gue mau," Azka mengepalkan kedua tangannya, "lo mau apa?"

Dila tersenyum smirk mendengarkannya, "lo prioritasin gue sama seperti Zeva. Gue gak masalah kalo kita gak jadian."

"Oke." Jawab Azka.

"Sekarang gue mau, lo ajak Zeva ketemu di sini dan tampar dia seperti yang dia lakuin ke gue."

G E R I M I S

"Lo mau kemana? Ayo biar gue anter," ajak Rafa.

"Gak usah Raf, gue mau pergi sendiri. Lo balik duluan aja gak apa-apa dan thanks tadi udah mau nemenin gue."

GERIMIS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang