Matahari menembus kedalam netra mata gadis yang matanya masih tertutup di atas kasur queen sizenya. Perlahan Zeva membuka matanya sambil menyesuaikan dengan cahaya. Tangannya bergerak mencari handphonenya di atas nakas dan melihat jam sudah menunjukkan pukul 06:30 pagi.
Tangannya terhenti ketika melihat ratusan chat dari Azka. Pikirannya kosong, hatinya berkata untuk menyuruhnya membalas semua pesan itu tapi logikanya menolak.
Memilih mengabaikan semua pesan-pesan dari Azka, Zeva langsung bangkit dan menaruh kembali handphonenya di atas nakas. Tersadar akan sesuatu, Zeva lantas mendengus geli dan tersenyum kecut, dia langsung mengingat ketika Azka memberikannya handphone itu, "lucu yah Ka, semesta seakan gak mau bikin aku lupa sama kamu," monolognya.
G E R I M I S
Zeva berjalan melewati koridor-koridor kelas bersama Rafa, keningnya mengerut kala melihat Azka keluar dari dalam kelasnya dan berjalan kearah yang berbeda sehingga dia bisa melihat punggung lelaki itu yang semakin menjauh.
"Zev, hubungan lo sama Azka gimana?" tanya Rafa menoleh ke samping.
"Ha-hah? Tadi lo ngomong apa?" tanya balik Zeva setelah tersadar dari lamunannya.
Rafa menggelengkan kepalanya lantas tersenyum tipis, "gak ada, gue tadi nanyain tentang tugas akuntansi," alibi Rafa.
"Perasaan gak ada tugas deh Raf," balas Zeva.
"Ck gue lupa, kemarin kan udah di kumpulin," Rafa pura-pura menepuk jidatnya pelan.
Zeva menggelengkan kepalanya tidak menyangka, "faktor umur," ujarnya acuh.
"Sembarangan kalo ngomong. Udah ayo," Rafa kemudian merangkul pundak Zeva.
"Yang duluan sampe kelas, dia menang!" seru Zeva melepaskan rangkulan Rafa dan berlari setelah berkata seperti itu.
"Curang lo!" balas Rafa tidak terima.
"Biarin! Wleee," Zeva memeletkan lidahnya seakan mengejek lelaki itu, lalu dia segera berlari menuju kelas.
Rafa terkekeh melihat tingkahnya, "gue gak bakalan biarin lo menang!" Dia segera berlari mengejar Zeva.
Sesampainya dalam kelas, Zeva mengatur napas yang masih menggebu dan duduk di kursinya. Teman sekelasnya yang sudah ada di situ di buat melongo tidak percaya ketika Zeva yang di kenal sebagai siswi anti sosial, sifat dingin, pendiam, tidak pernah senyum, serta sikapnya yang kejam itu tertawa bersama Rafa yang menyusulnya masuk dalam kelas.
"Kalah lo," ujar Zeva.
"Lo curang," balas Rafa tidak terima.
Pertikaian keduanya terhenti kala suara bel masuk berbunyi di koridor kelas, "gue ke bangku dulu," ujar Rafa segera berjalan ke belakang tempat di mana dia duduk.
Zeva membenarkan posisi duduknya. Merasa ada yang aneh, Zeva menatap ke sekelilingnya dan melihat teman sekelasnya memperhatikan dirinya lalu mereka berpura-pura tidak memperhatikannya saat tertangkap basah oleh Zeva.
Zeva mengendikkan bahunya acuh dan memilih tidak memperdulikan hal itu. Zeva beralih membuka tas nya dan mengeluarkan buku paket serta buku tulisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERIMIS [SELESAI]
Teen FictionStory 2 . "Katanya, harus terluka dulu biar nanti bisa merasakan bahagia. Lantas, luka sedalam apa yang harus manusia dapatkan, karena aku menginginkan hidup bahagia lebih lama dari hidup dalam luka itu sendiri." (Gerimis, 07 September-2021) Notes :...