Zeva melingkarkan tangannya pada pinggang Azka dengan dagunya yang bertumpu pada pundak lelaki itu. Angin menerpa wajahnya karena dia tidak menurunkan kaca helm yang dipakainya. Suara deru motor serta kepulan asap dari pengendara lain yang melintas sudah menjadi hal biasa di Ibu Kota.
Azka tersenyum melihat wajah Zeva dari spion motornya, lalu sebelah tangannya mengelus pelan punggung tangan Zeva yang melingkari perutnya itu.
"Tadi aku ada liat brosur tentang festival," ujar Azka.
"Acaranya sekarang sampe nanti malam. Mau ke sana gak?" tawar Azka.
"Boleh, tapi nanti beli jajan yang banyak yah!" balas Zeva dengan sedikit keras.
Azka terkekeh mendengarkannya, lalu dia segera mengendarai motornya menuju tempat festival itu. Sampainya di sana, Azka menarik Zeva agar lebih dekat dengan dirinya dan melepaskan helm gadis itu lalu merapihkan beberapa anak rambutnya karena terbawa angin tadi.
"Ready?" tanya Azka dan langsung mendapatkan anggukan antusias dari Zeva dengan matanya yang berbinar melihat aneka makanan jalanan dan berbagai atraksi di depan matanya.
"Ayo! Aku mau kembang gula itu, Ka!" tunjuknya pada stan yang menjual gulali dengan berbagai karakter di sana.
Azka melihat ke samping mengikuti arah telunjuk Zeva dan terkekeh kecil, lalu mereka segera berjalan ke arah stand gulali itu. "Bang, satu ya," ujar Azka.
"Mau karakter yang mana, Mas?" tanya penjual itu, "nih kita ada banyak karakter, jadi bisa di pilih-pilih dulu," lanjutnya menyodorkan kertas menu dengan banyak sekali karakter yang di bentuk dari gulali itu.
Azka mengambilnya dan Zeva segera melihat-lihat karakter yang dia inginkan, "gak ada karakter olaf ya," gumam Zeva yang masih bisa di dengar oleh penjual itu.
"Gak ada Mbak," jawab penjual itu dengan kekehannya begitupun dengan Azka.
"Doraemon juga bagus," Azka menunjuk kearah gambar boneka kucing dengan kantong ajaib itu.
"Yaudah mau ini aja," putus Zeva lalu penjual itu segera membuat karakter Doraemon dengan keahliannya. Setelah selesai, keduanya kembali berjalan-jalan menelusuri area festival.
Azka menyalakan kameranya dan membidik kearah Zeva yang berada beberapa langkah di depannya itu kemudian mengambil banyak sekali potret gadis itu.
"Liat ke sini dong, cantik," goda Azka yang sudah berada di samping Zeva kembali. Zeva yang tengah asyik menikmati gulali nya kontan menatap kearah Azka dan langsung mendelik saat Azka merekam dirinya.
"Ka, malu!" seru Zeva menutup wajahnya dengan satu tangan.
"Say Hi dulu dong, jangan di tutupin cantiknya," Azka menarik tangan Zeva yang menutupi wajahnya itu dan tertawa kala rona merah tercipta jelas di pipi gadis itu.
Zeva mendekatkan wajahnya dengan kamera itu lalu menciumnya sekilas dan menjauhkan wajahnya lagi. Gadis itu melambaikan tangannya ke kamera, "Hi, aku di suruh sama yang pegang kamera," gerutunya mulai berbicara asal-asalan sedangkan Azka tidak hentinya terkekeh menatap Zeva lewat layar kameranya.
"Sini, gantian," ujar Zeva ingin meraih kamera itu tapi Azka segera menggenggam tangannya dan dia yang mengarahkan ke wajahnya dan juga Zeva.
Kamera itu terus melakukan tugasnya merekam setiap kegiatan mereka di festival, "kamu tau gak hal yang paling luar biasa?"
"Apa?" tanya Zeva dengan keningnya yang terlipat tipis.
"Jatuh cinta," jawab Azka menoleh menatap wajah Zeva sekilas.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERIMIS [SELESAI]
Teen FictionStory 2 . "Katanya, harus terluka dulu biar nanti bisa merasakan bahagia. Lantas, luka sedalam apa yang harus manusia dapatkan, karena aku menginginkan hidup bahagia lebih lama dari hidup dalam luka itu sendiri." (Gerimis, 07 September-2021) Notes :...