Seperti ajakan Rafa semalam, Zeva menepati janjinya kepada lelaki itu dan kini mereka sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan. Ada celah sedikit antara Rafa dan Zeva yang sedang berjalan beriringan itu.
Zeva mengenakan outfit simple. Sweater oversize peach, celana jeans, sneakers putih, tas slempang kecil warna putih untuk handphonenya serta rambutnya yang digerai dengan topi hitam di kepalanya memperlihatkan bahwa ia tipikal gadis yang tidak mau ribet hanya karena outfit. Rafa pun sama, lelaki itu memakai baju hitam, celana hitam, dan sneakers putih. Ah-mereka seperti memiliki satu kesamaan saja!
Zeva mengedarkan pandangannya ke sekeliling saat naik eskalator, dia sebenarnya merasa canggung saat ini karena Rafa. Hmmm, sudah lama sekali ia dan Rafa tidak menghabiskan waktu berdua? Hei, ini bukan berdua, karena banyak manusia lainnya disini.
"Mau nonton film?" tanya Rafa ragu.
Zeva menatap lelaki itu dan berpikir sebentar sebelum anggukan singkat ia lakukan, "boleh," balasnya.
"Conjuring? Malam jum'at? Pengabdi---"
"Gue gak suka horor!" potong Zeva cepat.
"Eh-astaga," Rafa nyengir kuda sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, bahkan keduanya kini menjadi pusat perhatian. Ada yang menahan tawa dan ada yang terang-terangan tertawa kecil. "Gue lupa."
"Frozen."
"Gue mau nonton frozen," ulang Zeva kembali.
"Yaudah, lo duduk dulu," ajak Rafa memegang tangan Zeva kemudian mendudukkan gadis itu di kursi, sementara ia akan membeli tiket terlebih dahulu.
Perlahan punggung Rafa menjauh dari penglihatannya, Zeva menghela napas pelan, ia tidak bosan tapi juga tidak tertarik dengan jalan-jalan ini. Memorinya berputar saat dulu Azka pernah mengajak dirinya nonton film.
"Mau nonton apa, hmm?" tanya Azka lembut sambil terus menggenggam tangan Zeva yang sedari tadi tidak berhenti tersenyum.
Zeva mengetuk-ngetuk telunjuknya sambil berpikir, kemudian ia menatap Azka dengan senyuman lebarnya,"nonton----Frozen."
"Gak mau yang lain?"
Zeva menggeleng cepat, "mau nonton Frozen, Ka."
"Yaudah ayo beli tiket dulu."
"Gak usah cemberut." Azka mengusap puncak kepala Zeva, membujuk gadis itu yang wajahnya sedikit berubah.
"Zev, lo gak apa-apa?"
"Zeva!"
"Lo sakit?"
Di pertanyaan ketiga Rafa, Zeva tersadar dari lamunannya. Ia terkesiap melihat Rafa mengibaskan tangannya di depan wajahnya sambil berjongkok untuk melihat jelas dirinya.
"Gu--gue gak apa-apa."
"Lo udah beli tiket?"
"Nih, sama popcorn kesukaan lo," Rafa mengangkat tiket nonton Frozen dan popcorn rasa coklat itu ke udara.
G E R I M I S
Zeva asyik menonton film Frozen sambil terus mengunyah makanannya. Gadis itu tidak sadar, jika Rafa sedari tadi malah asyik menatap dirinya. Bahkan dia tidak sadar, jika lelaki itu memotretnya.
Satu jam berlalu, film baru saja selesai. Semua penonton satu persatu keluar dari dalam bioskop. Begitupun dengan Zeva maupun Rafa. Zeva mengikuti belakang Rafa dengan tangannya yang digenggam Rafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERIMIS [SELESAI]
Teen FictionStory 2 . "Katanya, harus terluka dulu biar nanti bisa merasakan bahagia. Lantas, luka sedalam apa yang harus manusia dapatkan, karena aku menginginkan hidup bahagia lebih lama dari hidup dalam luka itu sendiri." (Gerimis, 07 September-2021) Notes :...