Pawang Dira

575 24 18
                                    

PLAGIAT JAUH-JAUH!
KALAU MAU JADI PENULIS HEBAT MAKA, BERKARYALAH DENGAN HASIL PEMIKIRAN KALIAN SENDIRI.
JANGAN BERKARYA DENGAN HASIL PEMIKIRAN ORANG LAIN.

INGAT! TUHAN MAHA MELIHAT LAGI MAHA MENGETAHUI.

Typo Bertebaran!


Happy Reading RIDERKECE♡

Matahari mulai menampakkan sinarnya, menembus jendela milik seorang gadis yang masih betah dibawah selimutnya.

"Sehari bolos, nggak bakalan bikin gue bego kan?". Gumam Dira masih menutup matanya.

Tok..tok..tok..

Pintu kamar Dira diketuk. Padahal baru saja dirinya berniat membolos,namun sudah dibangunkan saja.

"Dira! Ini udah mau telat. Kamu nggak mau kesekolah?". Teriak Mauren dari luar kamar.

"Lagi nggak mood!". Balas Dira.

"Jangan gituh dong! Kamu lupa sama pesan Ar---". Ucapan Mauren terhenti kala mengingat jika Dira saat ini sedang berusaha mengikhlaskan Arkan.

"Iya,Arkan bilang dia nggak mau punya calon istri yang bodohkan?. Dira ingat!. Tapi apa Arkan bisa kembali hanya dengan Dira rajin sekolah? Nggak kan?. Arkan jahat! Udah janji tapi malah ingkar". Teriak Dira dari dalam kamar.

Mauren pasrah,disini dia yang salah. Mengapa dia lupa jika dia tidak boleh membahas Arkan dalam waktu dekat ini.

"Maafin Mama,sayang. Mama nggak bermaksud buat kamu ingat Arkan lagi. Mama boleh masuk kan?". Tanya Mauren masih didepan pintu.

Tiba-tiba pintu terbuka menampilkan Dira yang jauh dari kata baik. Matanya yang bengkak masih tersisa bekas airmatanya. Mungkin semalam Dira sudah menangis, dan kini? Menangis lagi.

"Mama". Rengek Dira.

Mauren menarik putrinya kedalam kamar lalu mendudukkannya dipinggir kasur. Memeluk Dira memberikan kehangatan dan kekuatan. Dia tidak tahu masalah apa yang tengah dihadapi putri kesayangannya ini. Tapi dia berharap putrinya selalu bahagia.

"Kamu habis nangis?". Tanya Mauren. Dira terdiam cukup lama lalu akhirnya mengangguk.

"Kenapa?, cerita sama Mama". Ujar Maureen.

"Temen-temen aku udah nggak percaya lagi sama aku, Mah. Bahkan mungkin abang juga". Lirih Dira. Mauren menaikkan sebelah alisnya.

"Mereka marah sama aku, karena Dira nggak percaya kalau pembunuh Arkan itu Vino. Mereka tetap kekeuh untuk balas dendam sama Vino,sedangkan Dira yakin bukan Vino pelakunya". Jelas Dira.

"Lagi". Suruh Mauren. Dia tau kalau bukan hanya masalah ini Dira menangis.

"Mereka ngira aku suka sama Vino". Sahut Dira.

"Tapi sepertinya yang mereka ucapkan benar". Goda Mauren.

"Mama!, aku nggak suka yah sama Vino. Vino juga udah punya pacar kok. Selera Dira seperti Arkan yang nggak brengsek". Bantah Dira.

"Vino nggak kalah jauh tuh sama Arkan". Kekeh Mauren melihat wajah Dira yang sudah memerah.

"Mama ishhh". Cibir Dira.

ZAFANO [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang