50. Asya dan Mela

30.4K 3K 82
                                    

Gais... Aku butuh tanggapan nih dari kalian. Kalau Update, enaknya dijadwal atau mau berdasarkan jumlah pencapaian vomment yang udah aku tetapin?

Aku tanya gini karena biar aku gak ngulur-ngulur waktu buat cepet selesain cerita ini dan biar kalian juga gak selalu aku php-in.

Kalau mau dijadwal, nanti aku update seminggu itu mungkin satu atau dua bab aja. Tapi, kalau berdasarkan vomment mungkin seminggu bisa lebih dari dua Chapter?🤔 Pokoknya sampai mencapai target vomment yang udah aku tetapin.
Tolong kasih pendapat kalian yaa....

Koreksi juga kalau aku salah🤗

Happy Reading!❤️



👼👼👼

"Sayang, kenapa aku deg-degan ya mau ketemu keluarga kamu?" bisik Asya pada Rey.

Saat ini mereka tengah diperjalanan menuju ke kediaman Kakek dan Nenek dari Rey. Masih ingat bukan ucapan Areta di dapur saat itu? Dan hari ini lah tiba.

"Santai aja, Vi."

"Ini masih jauh ya?" tanya Asya masih dengan nada berbisik. Karena saat ini ia satu mobil dengan Areta, Wisnu, dan supir.

"Sepuluh menit lagi sampe, kok."

Asya mengangguk, ia duduk di kursi tengah diapit oleh Areta dan Rey. Ken tertidur dipangkuan Wisnu saat ini. Areta bahkan sedari tadi juga terlelap.

"Kamu senderan di bahu aku aja, kalau cape." Rey menuntun kepala Asya agar menyender di bahunya. Asya menurut, ia memejamkan mata sejenak. Lelah juga terlalu lama berada di dalam mobil.

Setelah sampai mereka langsung turun. Asya menatap bangunan rumah yang ada di depannya saat ini. Rumahnya besar, tapi tak sebesar rumah orang tua Rey di Jakarta dan apakah rumah sebesar ini hanya dihuni oleh dua orang paruh baya?

"Hey! Jangan bengong," tegur Rey menyenggol bahu Asya dengan bahunya. Asya langsung tersadar dan menatap Rey.

"Ayo masuk, Mami sama Papi udah duluan masuk. Biar koper supir yang bawa," jelas Rey menggenggam tangan Asya.

Asya mengangguk, mulai melangkah memasuki rumah. Kedua telapak tangan Asya basah karena berkeringat. Dan Asya yakini Rey pun dapat merasakannya, entah kenapa dirinya sangat gugup. Meskipun saat di pernikahan mereka Asya sudah pernah bertemu dengan keluarga Rey. Tapi kali ini berbeda, Asya takut jika ternyata keluarga Rey tak menerimanya sebagai menantu, seperti yang ada di film-film.

"Assalamualaikum," ucap mereka berdua. Semua orang menoleh pada Asya dan Rey.

"Waalaikumsalam."

"Waalaikumsalam, pengantin baru," jawab semua orang yang berada disana.

Asya tersenyum kikuk saat para keluarga menatapnya. Lalu ia mengikuti langkah Rey yang mendekati Kakek dan Neneknya lalu menyalimi keduanya.

Setelah itu bergantian pada semua keluarga tertua hingga yang paling kecil. Kakek dan Nenek Rey memiliki empat orang anak, yang tak lain adalah Bunda Metta, Papi, Papa Gibran, dan yang terakhir Bunda Lisa.
Menurut Asya panggilan itu sangat unik dan terkesan lebih akrab.

"Bunda tadi kaget loh waktu pertama liat istrinya Rey, cantik banget," puji Metta, anak pertama Kakek dan Nenek Rey.

"Makasih, Bunda."

Saat ini Asya sudah duduk, bahkan dikerubungi oleh para kerabat Rey dan semuanya sangat Ramah. Tak seperti dugaan Asya sebelumnya.

"Bunda gak dateng sih waktu acara pernikahannya. Istrinya Kakak cantikkk... banget," timpal Azura anak pertama Bunda Metta.

Me, You, and Our BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang