Hai Guys 👋
Selamat Sore,
Gimana puasanya hari ini?Sebelum baca mau ingetin lagi nih, buat vote dulu dan jangan lupa spam komen.
Maap Guys kalau semisal banyak Typo², soalnya habis nulis langsung aku up😅😅
Happy Reading!💚
•
•
•
👼👼👼Setelah mendengar penuturan Ayahnya, ia makin dibuat bingung. Ada apa dengan dirinya dan Rey? Pikir Asya.
"Lho, maksud Ayah apa si? Apa coba hubungannya aku sama Kak Rey?" Tanya Asya yang sudah benar-benar blank kemana arah pembicaraan ini.
"Gini, Asya...." Kini Giliran Wisnu yang berbicara, Asya pun memusatkan perhatiannya pada Wisnu dan menunggu kalimat berikutnya keluar.
"Saya dan juga Mami Reta, sebagai orang tua dari Reynand. Ingin meminang kamu sebagai calon Istri sekaligus Ibu sambung untuk Ken, apa kamu siap dan bisa menerimanya?" Lanjut Wisnu dengan pembawaan yang tenang dan lembut.
"Apaan si? Kalian gak usah bercanda, deh. Aku ini kan masih sekolah, gak lucu banget tau gak?" Ucap Asya dengan kekehan berusaha menetralkan rasa terkejutnya. Dan kini pandangannya memandang ke arah Rey dengan raut wajah tidak percaya.
Rey yang ditatap dengan tatapan seperti itu hanya diam tanpa menunjukkan ekspresi apapun.
"Kita serius, sayang. Kita gak maksa kamu untuk nerimanya. Tapi, kalau kamu bersedia kita bisa laksana-in pernikahan kamu dengan Rey setelah kamu lulus kuliah, kalau emang kamu ingin kuliah dulu," Jelas Areta yang mengerti keadaan Asya.
Sedangkan, Rey. Ia membulatkan mata terkejut, apa-apaan ini? Pikir Rey. Kenapa Maminya melupakan permintaan Rey kemarin?
"Mami?" Tegur Rey dengan sorot mata bertanya. Reta yang mengerti pandangan putranya hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala memberi kode.
Bukan Rey namanya jika tidak melayangkan protes, "Maaf. Tapi, menurut saya jika Asya menerima lamaran ini, pernikahan akan di laksanakan secepatnya. Karena saya membutuhkan Istri sekaligus Ibu sambung untuk Ken sekarang, bukan beberapa tahun lagi," Ucap Rey, meralat ucapan Maminya dengan menekankan kata 'Sekarang, bukan beberapa tahun lagi'.
Tatapan Asya kini kembali lagi ke Rey, sungguh Asya rasanya ingin sekali menyumpal mulut Rey sebelum ia musnah dari sini. Apa semua orang yang ada disini masih waras?
Orang tuanya juga tidak melayangkan protes apapun, tentang anaknya yang dilamar saat masih bersekolah. Bener-bener sangat mengejutkan.
Tatapan Asya beralih ke kedua orang tuanya yang masih duduk dengan mempertahankan ekspresi ramah seperti biasa tidak ada rasa terkejut sama sekali.
"Bun, Yah?" Panggil Asya dengan raut wajah meminta penjelasan.
"Asya, Ayah sama Bunda gak masalah kalau kamu emang bener-bener mau nerima lamaran dari Rey. Terserah mau itu menikah habis kamu kuliah atau sekarang pun, Ayah dan Bunda tetap setuju. Sekarang Ayah dan Bunda tinggal tunggu jawaban kamu. Kamu terima atau terima?" Jelas Dimas dengan suara lembut dan di akhiri dengan pilihan yang sebenarnya tidak bisa dibilang pilihan.
Asya mengeraskan rahang kesal, "Ayah kenapa jadi gak ada ketegasan gini sih, Yah? Ayah tau kan kalau anak yang masih sekolah itu gak boleh menikah? Kenapa dengan mudahnya Ayah ngerestuin ini? Tadi apa lagi? Pilihan apa yang Ayah kasih? Itu bukan pilihan Ayaahhhh...... Hikss...," Ucap Asya marah dan di akhiri dengan isak tangis.
Lea yang melihat bahu putrinya bergetar, segera ia memeluk Asya. Ia sebenarnya tidak tega jika harus menikahi Asya di usianya yang masih sangat labil.
Tapi, ia sendiri memikirkan apa salahnya jika Asya harus menikah dengan Rey? Ia yakin, Rey pasti bisa membimbing Asya dan membahagiakan putri tersayangnya itu.
Areta yang ikut melihat Asya menangis ia merasa menjadi tidak enak dan bersalah. Tapi, apa boleh buat ini sudah terlanjur terjadi dan hanya tinggal menunggu jawaban Asya.
Jika Asya setuju dengan lamaran ini, maka Alhamdulillah. Jika tidak, ya sudah mungkin bukan jodohnya, Batin Areta.
Sambil memeluk Asya, Lea juga membisikkan sesuatu pada putrinya itu supaya putrinya merasa lebih tenang dan bisa berfikir.
"Asya, kamu dengerin Bunda. Cukup dengerin dan jangan dijawab ya?" Bisik Lea dan di angguki Asya masih dengan sesegukan dan itu semua tak lepas dari pandangan Rey, Dimas, Wisnu dan Areta.
"Keputusan emang ada di kamu, Sya. Tapi, coba kamu pertimbangin lagi, apa salahnya kalau kamu terima lamaran Rey. Bukan untuk Rey ataupun kamu. Kamu liat Ken!" Bisik Lea mencoba memberi pengertian. Asya pun melihat ke arah Ken yang sudah tertidur pulas dipangkuan Rey, entah sudah sejak kapan.
Masih terus tetap menatap Ken, Asya kembali mendengar bisikan Lea, "Ken butuh seorang Ibu, Bunda, Mama. Sejak kecil Ken belum merasakan kasih sayang seorang Ibu, Sya. Coba deh, Asya inget lagi waktu pertama ketemu Ken? Gimana senengnya Ken waktu manggil Asya dengan sebutan Bunda?" Tanya Lea lembut dan membuat Asya mengingat kejadian pertama kali bertemu Ken.
"Bunda dan Ayah percaya sama Asya, maka dari itu Bunda sama Ayah fine-fine aja dengan lamaran ini. Jadi, Bunda harap apa pun keputusan kamu, itulah yang terbaik untuk kamu dan untuk semuanya. Gak mesti kamu jawab malam ini, besok masih ada waktu. Kalau kamu udah yakin dengan keputusan kamu nantinya kamu bisa bilang Bunda. Biar nanti Bunda yang bantu sampaikan sama kelurga Rey, kamu denger kan Sya?" Jelas Lea lagi lembut dan di akhiri dengan anggukan mengerti dari Asya.
Setelah itu Lea melepas pelukannya dan beralih mengusap wajah putrinya yang terdapat jejak bekas air mata.
Lea tersenyum manis kemudian mengecup kedua kelopak mata putrinya."Mas Wisnu, Reta, Rey jadi gini... apa bisa kita kasih waktu Asya untuk berfikir tentang keputusan yang akan dia beri nanti? Karena, aku fikir lagi Asya juga mungkin masih kaget dengan lamaran tiba-tiba begini. Jadi alangkah baiknya Asya memikirkan keputusannya nanti setelah dia agak tenangan, gimana?" Usul Lea pada keluarga Rey.
Semua mengangguk setuju, Ayah Asya pun begitu, "Ya sudah, kalau gitu Asya butuh waktu berapa lama, Nak?" Tanya Areta sambil memandang wajah Asya penuh harap.
Sebelum menjawab Asya kembali memandang wajah sang Bunda. Lea yang mengerti maksud pandangan Asya mengangguk satu kali untuk meyakinkan putrinya, "Dua hari, apa boleh, Mi?"
Areta mengangguk meng-iyakan, kemudian keduanya sama-sama saling melempar senyum. Sampai akhirnya suara deheman Wisnu dan Dimas membuat fokus ketiga wanita tersebut beralih.
"Yaudah kalau bagitu, hari udah makin malem. Ken juga sudah tidur dari tadi. Jadi, mari kita sudahkan acara malam ini," Ucap ramah Wisnu berniat pamit pulang.
"Oh, iya. Yaudah makasih ya udah dateng makan malem. Ken juga sampe kecapean gitu," Balas Lea tak kalah ramah.
"Mas Dimas, Lea, Asya kita pamit pulang dulu ya, makasih loh makan malamnya," Ucap Areta sambil beranjak bangun dari tempat duduk dan di ikuti yang lainnya.
"Mari kita antar ke depan!" Ucap Dimas dan di ikuti yang lainnya menuju ke pintu utama.
Setelah sampai luar, langsung saja Wisnu dan Areta masuk ke dalam mobil dengan Areta yang sudah menggendong Ken.
Sedangkan Rey, sebelum ia memasuki mobilnya terlebih dahulu ia berpamitan karena sejak tadi hanya dirinya yang belum berpamitan.
"Om, Tante, Rey pulang dulu ya? Makasih untuk makan malamnya. Asya saya pamit pulang dulu, terima kasih," Ucap Rey pada ketiga orang tersebut. Mereka hanya mengangguk meng-iyakan.
"Kalau gitu, Rey permisi dulu ya? Assalamualaikum," Ucap Rey kemudian memasuki mobilnya setelah mendapat jawaban dari ketiga orang tersebut.
Dan kemudian mobil Rey berjalan meninggalkan pelataran rumah Asya.
TBC.
See you on my next chapter guys😚
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian berupa vote dan komen👍💚Follow Instagram aku:
@nadiasbl06
@wattpadcoco.backThank you guysss

KAMU SEDANG MEMBACA
Me, You, and Our Baby
Novela JuvenilFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!! Arastasya Viona sebut saja Asya, gadis berparas cantik dan memiliki senyum manis. Di umur yang masih belasan tahun Asya diberi tanggung jawab untuk menjadi istri sekaligus ibu sambung. "Aku dan kamu akan menjadi kita d...