66. Masi Punya Muka?

25K 2.5K 72
                                    

Hai!

Oh, iya kemarin banyak yg minta Ken punya adik, nih. Pada setuju gak nih kalau Ken punya adik?

Vote dan komennya jangan diskip yaa.... Lop uuu❤️

Koreksi kalau ada salah gais🙏

Happy Reading!❤️



👼👼👼

"Sini, Sayang buruan kita mau ketemu Papa," panggil Asya pada Ken yang tengah sibuk memilih sepatu yang ingin ia kenakan. Padahal Asya sudah memilihkannya, tapi Ken menolak dengan keras.

Begini katanya, "pakai itu gak kelen, Nda.... Masa Abang sepatunya walna bilu."

Asya bahkan geleng kepala mendengar cara bicara Ken yang sudah seperti orang dewasa. Dan Ken sendiri yang memutuskan dirinya dipanggil dengan embel-embel 'Abang' sehabis tadi pagi ia kembali dari rumah Zidan.

Memang sepertinya Asya sudah harus mengandung. Kasian juga Ken yang terus-terusan memanggil dirinya sebagai Abang padahal adik saja tak punya. Dan lagi diantara teman-temannya, Ken adalah yang paling muda. Zidan bahkan sudah menginjak usia lima tahun. Aylia dan Feli menginjak usia empat tahun. Dan Ken? Ia saja baru akan menginjak usia tiga tahun.

"Bunda... yang itu! Abang mau pakai yang campul-campul." Ken menunjuk sepatu yang letaknya lumayan tinggi. Sepatu yang ternyata juga kembar dengan milik Rey.

"Yang mana sih?"

"Itu loh yang duaan itu?"

Asya terkekeh melihat Ken yang berjinjit-jinjit. "Sepatu kan emang sepasang berduaan, gimana sih."

"Bukan itu loh, Nda... yang ada sepatu Papa juga! Yang led, black sama white itu, Nda...." Tunjuk Ken sambil menjabarkan warna sepatu yang ia maksud.

Tawa Asya pecah. Ia segera mengambil sepatu yang Ken maksud dan langsung memakaikannya di kaki mungil Ken.

"Selesai," gumam Asya menepuk pucuk kepala Ken.

"Udah kelen kan, Abang?" Ken melipat kedua tangannya di depan dada, meminta pendapat Asya.

Asya yang semakin gemas dibuatnya mengangguk lalu mencium gemas pipi Ken.

"Let's-"

"GOOOO!" seru Asya dan Ken berjalan keluar rumah.

Mereka menuju kantor Rey dengan dijemput oleh supir. Tentu saja itu atas perintah Rey. Dan tak lupa Asya sudah membawa bekal masakan yang ia buat tadi. Tak lupa juga Asya membawakannya untuk Papi mertuanya. Memang mantu idaman bukan dirinya?

"Nda... nanti Abang mau main mandi bola di luangan Papa ya?" ucap Ken di yang sedari tadi hening melihat jalanan.

Asya tentu saja mengernyit. Memang di ruangan Rey ada tempat bermain? Memangnya sebesar apa ruangan Rey? Seriusan. Ini ucapan Ken bikin Asya penasaran dengan bentuk dan luas ruangan Rey, deh.

"Emang ada?"

Ken mengangguk antusian. "Ada tau! Seluuuu banget. Nanti kita jailin Papa aja bial makin selu," celetuk Ken membuat Asya terkekeh. Anaknya ini kenapa bisa punya ide seperti itu coba?

"Kamu dapet ide dari mana sih? Makin pinter aja anak Bunda," puji Asya memeluk Ken dari samping.

Ken terkekeh membalas pelukan Asya. "Dali Feli, Ndaaa... Kemalin kan main di lumah Ayala, telus ada Kokonya. Nah, telus kata Feli kokonya Ayala galak, Nda.... Jadi kita halus jailin Kokonya Ayala bial Kokonya Ayala malah-malah."

Ken mengambil nafas sebentar lalu kembali bercerita. "Tapi sama Jidan Felinya di cubit, jadinya Feli nangis. Telus gak jadi jailin Kokonya Ayala, deh," lanjutnya diakhiri kekehan yang diikuti Asya. Bahkan Pak supir pun ikut tertawa.

Me, You, and Our BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang