57. Bukti Cinta

33.7K 2.9K 83
                                    

Sorry guys lupa mau up kemarin dan baru keinget waktu bangun pagi tadi.
Guys, cukup aku aja yang lupa, jangan sampai kalian juga lupa vote😥

Coba spam love buat Asya❤️

Buat Rey?

Ken?

Aku?

Happy Reading!❤️



👼👼👼

Ketukan pintu sedari tadi tak berhenti diketuk. Areta sedari tadi mengetuk pintu kamar anaknya tapi tak kunjung dibuka. Bahkan hingga Ken bangun dan merengek karena tak menemukan Asya.

"REY! KAMU GAK KE KANTOR? INI UDAH JAM TUJUH LEWAT LOH. ASYA? KAMU GAK MAU SARAPAN? INI KEN CARIIN KAMU LOH, SYA." Areta berkacak pinggang menatap jengkel pintu kamar Rey dan Asya. "Ini suami istri tumben-tumbennya masih ngebo. Kalah sama anaknya yang bangun pagi," gumamnya.

"Bunda... bukain... Ken mau masuk... Bunda...." Ken menempelkan telinganya ke pintu dengan tangan yang tak berhenti mengetuk pintu. Suaranya melirih ingin menangis.

"Ken, kita sarapan dulu yuk? Udah siang loh, biarin aja Bunda sama Papa masih bobo yang penting nanti selesai Ken sarapan Bunda sama Papa udah bangun. Oke? Ken sarapannya sama Oma hari ini." bujuk Areta pada cucunya.

Ken menggeleng mentah-mentah. Ia hanya ingin sarapan bersama Asya tak ingin dengan yang lain.
"Gak mau! Maunya sama Bunda Oma.... Huaa...." tolak Ken yang malah berujung menangis.

Areta tentu panik, ia segera menggendong Ken dan kembali gencar mengetuk pintu kamar Rey. Kali ini dengan brutal, tak peduli tangannya nanti menjadi sakit.

Sedangkan di dalam kamar Asya menggeliat tak nyamam. Tubuhnya terasa berat dan pegal, kepalanya berdenyut pusing, di tambah mendengar kebisingan rasanya kepala Asya ingin pecah.

Asya melirik Rey yang nampak pulas dengan tidurnya, tak merasa terusik sedikit pun. Perlahan Asya menggoyangkan tubuh Rey agar sang empu bangun. Dan benar saja tak lama Rey membuka mata sembari bergumam menanyakan jam.

"Bangun. Ken nangis kamu samperin gih, kasian," ucap Asya lirih. Rey malah tak bergerak bangun, ia malah memeluk Asya.

Mata Rey langsung terbuka lebar saat merasakan tubuh Asya yang teramat panas. Bibirnya pucat. "Kamu demam, Sayang!" pekiknya kepalang panik.

Berbanding terbalik dengan Asya yang hanya memasang ekspresi datar. Asya tak bisa menyembunyikan bahwa dirinya tak baik-baik saja disaat seperti ini. Matanya berat, berair dan terasa panas. Bahkan untuk menatap Rey lama pun ia tak sanggup.

"Kamu tunggu sini. Aku mau bilang Bude suruh buat bubur." Rey secepat kilat bangkit, ia bahkan membiarkan tubuh bagian atasnya tak berbusana.

"Bawa Ken kesini, loh! Kasian dia nangis!" perintah Asya sedikit berteriak karena suaranya serak.

Rey mengangguk berjalan menuju depan pintu. Ia tak peduli dengan muka bantalnya.

Saat pintu terbuka ia langsung disambut dengan tatapan protes Maminya dan suara tangis Ken yang terdengar pilu.

"Kamu ya?! Dari tadi di bangunin gak bangun-bangun! Papi udah berangkat ke kantor dari tadi, ini Ken nangis gak berhenti nanyain Asya. Ini anak kamu belum sarapan karena nungguin Asya. Kalian ini!" sembur Areta membuat Rey berdecak kesal.

"Abis olahraga semalem, Mam. Makanya kesiangan."

Mendengar itu Areta langsung mengulum bibir, dalam hati tersenyum senang. "Tumben yang ini kesiangan. Yang kemaren aman-aman aja, emang abis berapa sesi?" tanya Areta kepo

Me, You, and Our BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang