58. Gigi Tigi

27K 2.7K 63
                                    

Drop vote dan komen gais... Thanks..🙏

Happy Reading!💙



👼👼👼

Seminggu berlalu dimana Asya sebelumnya terserang demam. Tak berselang lama, pada malam harinya demam Asya sudah berangsur turun.

Dan hari ini Asya dan Rey berencana untuk makan siang bersama di salah satu restoran yang cukup terkenal di wilayahnya. Tentu bersama Ken.

Semenjak Asya mengalami demam Ken makin posesif dengan Asya. Sedangkan dengan Rey justru Ken sangat galak padanya. Bahkan sudah empat malam Ken terus memaksa minta tidur di kamar Rey dan Asya yang berakhir Rey tak bisa bermanja dengan istrinya.

Mereka tengah menikmati makanan penutup saat ini. Dengan Ken yang saat ini menikmatinya tanpa meminta Asya menyuapi makannya. Oh ya, jangan lupakan juga Ken yang mulai mandiri dengan hal-hal kecil.

Rey, bahkan kedua orangtuanya serta asisten rumah tangganya sampai terheran melihat Ken yang kekeuh tak ingin disuapi saat makan, bahkan dirinya juga tak ingin dibantu saat menyikat gigi. Alasannya saat ditanya adalah, "nanti Bunda cape, Ken takut Bunda sakit lagi."

Berbalik dengan Rey yang justru mulai menonjolkan sifat manja pada Asya. Asya sendiri sampai geleng kepala melihat perubahan Rey yang sangat signifikan.

"Ken udah selesai?" tanya Asya sedikit menunduk melihat Ken.

Ken mengangguk meletakkan botol minumnya. "Bunda Ken boleh minta es klim lagi gak?" pintanya imut.

Asya tersenyum melirik Rey yang tengah mengelap mulutnya dengan tisu. "Coba minta sama Papa, kan Papa yang bayar."

"Papa... Ken boleh minta es klim lagi gak?"

"Gak boleh. Nanti pilek, Papa makin susah deket-deket Bunda," jawab Rey spontan membuat Ken mengerucutkan bibirnya.

"Kamu tuh ya! Anak sendiri juga."

"Sayang, Ken itu jangan terlalu dimanja gak baik," imbuh Rey berbisik.

Asya memutar bola mata malas. Suaminya itu sedikit aneh. "Ya namanya juga anak kecil, wajar kali manja. Kamu tuh yang gak wajar, udah Om-om juga masih mau dimanja-manja. Gak kebalik apa? Harusnya kan aku yang dimanja," semprot Asya yang dibalas cengiran kuda oleh Rey.

"Papa, Papa... kalau Ken mau yang itu boleh gak?" tunjuk Ken pada seorang pelayan yang tengah membawa pesanan berupa es teler pada meja lain.

Keduanya menoleh, mengikuti arah yang Ken tunjuk. Mereka akui tampilan es teler itu sangat menggoda, bahkan Rey saja sampai meneguk ludah.

"Papa juga mau, Ken. Ya udah kita pesen es teler aja," jawab Rey semangat menatap Ken dengan binar penuh semangat.

Namun binar itu berubah jadi kecewa saat suara Asya menginstruksi.
"Eitttsss..... enak aja mau pesen-pesen. Tadi Ken mau es krim dibilang takut pilek sekarang es teler kamu bolehin?! Es teler lebih parah! Kamu gak liat itu banyak batu es-nya? Pesen es krim aja kalau gitu!" dumalnya dengan sorot mata galak.

Ken menatap cengo Asya yang tengah mengomeli Papanya. Ia tak paham karena Asya berucap dengan sangat cepat.

"Sayang tapi aku mau...," jawab Rey dengan nada merengek. Ken yang melihat ekspresi Rey menatap Papanya dengan pandangan aneh.

"Gak usah ngalem!" tekan Asya membuat Rey terdiam. Untung saja meja mereka berada di ujung. Jika tidak apa tanggapan orang yang melihat dan mendengar rengekan suaminya.

"Galak banget," cibir Rey bangkit untuk memesan es krim untuknya dan Ken.

Tak lama Rey kembali sambil bermain ponsel. Sedangkan Ken dengan tenang memperhatikan sekitar sambil menunggu pesanan es krimnya tiba. Asya? Ia juga sama seperti Ken, memperhatikan sekitar hingga tak lama seorang pelayan membawakan es krim pesanan mereka.

"Kok punya Papa besal dan banyak?" tanya Ken, matanya bergantian menatap mangkuk es krim miliknya dan milik Rey.

Wajahnya memerah, tak terima es krim miliknya lebih sedikit dari milik Rey.

"Kan Papa orang besar makanya es krimnya juga besar," alibi Rey tanpa peduli raut wajah anaknya, ia memakan es krimnya dengan santai.

'Emang gini ya kalau anak tunggal kalau udah punya anak dijadiin saingan?' batin Asya.

"Ken juga sudah besal. Gosok tigi sendili!"

"Kamu itu udah lancar ngomong, tapi ngomong gigi aja tigi. Berarti masih kecil," balas Rey tak mau kalah.

Ken memberengut, tapi tak ingin kalah dari sang Papa. "Bisa, kok. Tigi!" ucapnya penuh penekanan. "Tuh kan bisa," sambungnya.

Rey dan Asya terkekeh. Mereka tau Ken tak sadar dirinya masih mengucapkan pelafalan gigi yang salah.

"Coba ngomong GI-GI yang bener," tutur Asya mengeja kata 'gigi'.

Ken diam. Mengerjap menatap Asya lucu. Lidahnya terasa kelu, karena tak terbiasa mengucap kata 'gigi' yang benar.

Rey tertawa, lucu melihat anaknya yang tampak sulit mengucapkan satu kata itu. Tapi kalau dipikir memang mengucapkan 'tigi' lebih terasa ringan dilidah dari pada 'gigi', terkhusus untuk Ken yang memang banyak kosa kata yang belum pernah ia dengan dan ucapkan.

"Kan benar Papa bilang, kamu itu masih kecil. Jadi es krimnya ya ukuran segitu," ucap Rey sombong, lalu melahap es krimnya.

Ken bersiap untuk menangis kalau saja ucapan Rey berikutnya tak berisi iming-iming.

"Gini aja deh. Kalau Ken udah bisa ngucapin kata GI-GI yang benar nanti papa beliin es krim yang banyak biar anak Papa puas makannya."

Ken mengangguk dengan bibir yang mengerucut. Asya mengecup pucuk kepala Ken sekilas. "Pinter. Dimakan es krimnya."

Selesai makan es krim mereka belum beranjak dari sana. Bahkan Rey dan Ken tampak asik bermain ponsel, membiarkan Asya menjadi penonton mereka. Ya, ponselnya dipakai oleh Ken.

Hingga tiba-tiba seseorang mendatangi meja mereka membuat Asya dan Rey terkejut.

"Hai! Boleh ikut duduk?" tanyanya menatap Rey dan Asya dengan senyum manis. Lalu matanya mengarah pada Ken yang fokus dengan film animasinya.

"Padahal masih banyak meja yang kosong, lho?" Rey menatap sinis orang tersebut. Yang ditatap menampilkan wajah tak tahu malu, membuat Rey muak melihatnya.

"Aku rasa lebih enak kalau makan ada temennya, deh. Lagian kursinya pas untuk empat orang," kilahnya menduduki kursi yang kosong di samping Rey.

Rey melirik Asya yang saat ini tengah menatap terang-terangan tak suka pada Mela.

TBC.

Nextnya nanti agak maleman lagi... biar makin kepo😅

Me, You, and Our BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang