60. Titip anak, Buat anak

34.3K 2.9K 70
                                    

Sorry, baru up. Minggu kemarin aku lagi kurang sehat jadi mau buka hp mager bgt😌

Btw semangat yang lagi PAS💙
aku juga lagi PAS hehehe....

Koreksi kalau ada salah🙏

Semoga sukakk...

Happy Reading!💙



👼👼👼

Malam ini Asya, Rey, Ken dan kedua orang tua Rey tentunya, sedang bersantai di ruang keluarga seusai melaksanakan makan malam.

Ken saat ini tengah sibuk bermain game di ponsel didampingi Wisnu, Papi Rey. Asya yang sedang fokus menonton acara talkshow yang disiarkan di TV. Serta Rey yang merebahkan diri di sofa dengan paha Areta yang menjadi bantalan sambil bermain ponsel dan Areta sendiri sama dengan Asya fokus menonton acara TV, tapi tangannya tak berhenti mengusap rambut Rey.

"Pi, Mi, Mas, pada mau salad buah gak? Aku mau ke dapur ambil salad," tawar Asya.

Rey bangkit menatap Asya penuh binar. "Kamu hamil ya?" tanyanya semangat yang langsung mendapat tatapan aneh dari Asya.

"Enggak. Kamu dari kemarin ngomong itu mulu ih!" jawab Asya dengan protes.

Rey memekik kala Areta mencubit lengannya. "Ih gak asik nih, Mami cubit-cubit."

"Lebay," cibir Ken. Membuat semua menatap manusia kecil itu terheran-heran.

Tak lama tawa Asya mengudara mengundang Wisnu dan Areta tertawa. Berbeda dengan Rey yang menatap anaknya dengan pandangan seolah-olah dia tersakiti. Padahal Ken sendiri tak melihat Rey, matanya tetap fokus pada layar ponsel.

"Anak kamu aja tau Bapaknya lebay," timpal Areta membenarkan. "Kamu tuh dari kemarin-kemarin bilang Asya hamil. Asya makan stroberi dibilang ngidam, Asya mau martabak dibilang hamil, ngeliat Asya belanja banyak dibilang hamil, terus denger Asya mau makan salad buah dibilang hamil. Hamil, mulu.... Baru juga seminggu!" lanjut Areta.

"Ya siapa tau aja, Mam. Kecebong Rey kan unggul," balasnya berbangga diri. Asya berdecih dalam hati mendengar Rey yang sudah berubah menjadi narsis.

Tak ingin lama-lama menunggu, Asya kembali bertanya pada suami dan mertuanya. "Jadi? Ada yang mau salad juga?"

Ketiganya menggeleng serempak.

"Enggak, Sya. Tapi bisa gak kamu buatkan Papi kopi?"

Asya mengangguk senang hati, lalu tatapannya beralih pada Rey.
Rey yang tak paham malah balas menatap Asya sambil tercengir bodoh. Jarang-jarang loh melihat ekspresi seorang Rey seperti ini.

"Mau kopi juga?" tanya Asya malas. Rey menggeleng masih dengan cengirannya. Entah lah apa yang dipikirkan Rey. Ia tak tahu.

Setelah itu, Asya bangkit dan pamit menuju dapur untuk mengambil salad dan membuatkan kopi untuk mertuanya.

Setelah kepergian Asya, Rey beralih menatap Maminya.
Areta yang sedikit risih dengan Rey membalas menatap Rey dengan raut wajah kesal.

"Kenapa sih?"

"Rey mau pindah ya, Mam?"

"Ya udah sana pindah gak usah deket-deket Mami!" balas Areta mendorong pelan bahu Rey.

Rey berdecak kesal. Bukan pindah tempat duduk maksudnya. "Pindah tempat tinggal loh, Mammmm!"

Areta menatap selidik putra semata wayangnya begitupun Rey. "Sakit kamu tiba-tiba minta pindah tempat tinggal? Rumah ini kan dari kamu kecil loh, gak betah kamu tinggal sini?"

Me, You, and Our BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang