75. Adult Discussion

21.2K 1.4K 137
                                    

Halo?
Apa kabarnya kalian semua?
Yang mau maki-maki aku silakan deh, karena molor update 😭😭

Okeee... sekarang selamat membaca Bestieee...
Jangan lupa vote dan komennya disertakan yaa
Luvv u

Kalau ada typing yang salah, mohon ditandai🙏

👼👼👼

"Sayang?!" panggil Rey saat merasakan Asya tak ada sampingnya. Ia beranjak dari ranjang menuju kamar mandi, ia yakin istrinya berada di sana. Dan benar saja Asya sedang berjongkok di depan kloset.

"Kenapa gak bangunin aku?" tanya Rey ikut berjongkok, ia memijat tenguk Asya dengan lembut.

"Gak tahan."

"Badanku lemes banget," adunya pada Rey. Bahkan ia tak sanggup berdiri terlalu lama, setiap malam semenjak ia tau tengah hamil rasa mual selalu Asya rasakan di saat dini hari, pagi hari, atau mual karena hal tertentu.

"Aku pegangin, yuk berdiri! Cuci dulu mulutnya," dengan hati-hati Rey memapah Asya hingga mereka sampai di kasur.

"Minum air hangat," ucap Rey membantu Asya minum.

"Bobo lagi ya? Aku usap perutnya biar gak mual, mau ya...?" tawar Rey yang saat ini tengah merapikan helaian rambut Asya.

"Gak bisa, aku juga mau tidur tapi ini rasanya mual."

"Ya udah, makanya aku usap-usap siapa tau mualnya ilang."

Asya menatap Rey kesal, matanya kini sudah berkaca-kaca. "Kamu ngerti gak sih?! Aku ngantuk banget rasanya pengen tidur tapi gak bisa tidur! Gak bisa dipaksain, Mas tau gak sih maksud aku?!" Setelah mengatakan itu Asya terisak yang tentu saja membuat Rey panik.

"Iya, yaudah aku gak maksa, sorry..." Rey memeluk Asya, mencoba meredakan tangis istrinya.

"Aku... aku capek mual teruuuss... Aku gak suka rasanya... badanku lemes. Aku capekkk kalau terus-terusan be-begini. Kalau tau hamil itu gak enak, aku gak mau hamil," racau Asya sambil menangis sesenggukan di pelukan Rey.

"Ssstt.... Ssssttt.... Gak boleh ngomong gitu, kamu itu beruntung diberikan anugerah sama Allah untuk mengandung. Harus bersyukur. Di luaran sana banyak lho wanita yang mau mengandung tapi belum dikasih anugerah sama Allah. Inget kata dokter, mualnya gak akan lama kok nanti akan berangsur hilang. Udah ya, jangan nangis. Aku sedih kalau kamu ngomong begitu, lagian kalau rasa mualnya bisa ditransfer ke aku bakal aku lakuin Sayang. Cup... Cup... Cup... Udah ya jangan nangis lagi," ucap Rey menenangkan.

Dan berhasil, tangis Asya mereda hanya tinggal sesegukannya yang belum hilang. "Tapi, aku rasanya capek, bener-bener mau nyerah."

"Sssttt... gak boleh gitu Vio. Ada aku, kamu gak sendirian. Aku jagain kamu, ada Ken juga, Abang kamu terus orang tua kita. Kamu gak sendiri. Jangan sedih, suara kamu udah serak lho...."

"Mau nyemil gak sambil nonton?" Bujuk Rey pada akhirnya.

Asya mengangguk pelan, sambil mengurai pelukannya. "Aku mau sandwich sama susu hangat. Boleh gak?" tanya Asya sambil menatap Rey dengan wajah yang memelas.

Rey terkekeh, mengecup kedua mata basah Asya. "Boleh, Bunda apa yang gak boleh buat Bunda?"

"Mau ikut aku ke bawah apa nunggu di sini?"

"Aku nunggu di kamar aja."

👼👼👼

Terhitung sudah memasuki minggu kedua Rey selalu bangun lebih pagi untuk menyiapkan keperluan Asya dan Ken saat berada di rumah mertuanya.

Me, You, and Our BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang