78. Khawatir

17.4K 781 129
                                        

Halow!
Aku muncul lagi setelah sekian lama nih. Masih ada yang setia nunggu gak nih?

Maaf ya udah ghosting-in kalian, hhe...😥

Tandain kalau ada typing yang salah ya...

Jangan lupa vote dan komen!

Enjoy ya...
Happy Reading

👼👼👼

Rey berjalan di lorong rumah sakit dengan perasaan yang berkecamuk. Bagaimana tidak, belum sampai sehari ia di Bali sudah mendapat kabar bahwa istri dan anaknya mengalami kecelakaan.

"Yah?" panggil Rey pada Dimas yang duduk di depan ruang inap. Rey menyalimi Dimas.

"Gimana Vio dan Ken?"

Dimas terkekeh, "sudah aman. Silahkan cek sendiri sana istri dan anakmu."

"Tapi gak ada masalah dengan kandungan Vio kan, Yah?" Raut wajah Rey memang tidak bisa ditutupi jika ia benar-benar khawatir.

"Gak ada masalah, Rey. Cuman dokter menyarankan untuk bed rest."

Hembusan nafas lega lolos begitu saja, "Alhamdulillah. Kalau gitu Rey izin ke dalam ya?" Dimas mengangguk saja, ia menepuk bahu Rey dua kali sebelum Rey kembali melangkahkan kaki.

Belum sempat meraih handle pintu ruangan suara Dimas kembali menginstruksi. Namun dengan suara yang lebih tegas.

"Setelah ini kita butuh bicara Rey. Ada yang ingin Ayah bicarakan, tentu saja mengenai masalah ini."

"Iya, Yah," jawabnya kemudian masuk ke dalam ruang inap Asya.

Hal pertama yang Rey lihat saat memasuki ruang inap Asya adalah anak dan istrinya yang tengah tertidur pulas sambil berpelukan. Lalu tatapannya mengedar ke sisi ruangan yang lain, Maminya yang tertidur pulas dengan posisi duduk di sofa dan disebelahnya terdapat ibu mertuanya yang tersenyum pada Rey.

"Kok gak telfon kalau sudah sampai, Rey?" tanya Lea menyodorkan air mineral pada Rey.

"Makasih, Bun. Tadi aku buru-buru, Bun makanya gak sempet kasih kabar," balas Rey menyalimi Lea.

"Terus naik apa kamu kesini, Rey?"

"Taxi."

"Tuh kan, kalau kamu kabarin nanti Bunda suruh Roland jemput kamu di bandara."

Rey terkekeh menanggapi ucapan Lea. "Gak apa-apa, Bun kan aku udah sampai disini dengan selamat."

"Iyasih, tapi kan kamu masih capek. Yaudah kamu duduk dulu aja ya sambil jagain Asya. Bunda mau ke kantin beli makan minum."

"Iya, Bun." Sepeninggalannya Lea, Rey mendekat kearah anak dan istri yang sedang tidur. Dikecupnya kening Asya dan Ken. Ia meneliti beberapa bagian yang terdapat luka pada Asya dan Ken yang sudah mulai mengering.

"Kapan sampenya?" tanya Asya begitu membuka mata. Ia terbangun karena merasakan usapan di kepalanya.

"Baru aja."

"Mau minum?" tanya Rey lembut. Asya menggeleng, ia membenarkan posisi tidur Ken. "Bobo lagi kalau gitu ya?" tanyanya lagi.

"Gak. Gak mau peluk aku? Tangan aku luka nih!" Menunjukkan punggung tangannya yang terdapat luka gores. Wajahnya nampak lucu dengan bibir yang mengerucut.

Dengan gemas Rey menjawil hidung Asya. "Gemesin banget sih. Sini peluk!" Rey memeluk Asya dan mengecup dahinya berulang kali. "Maaf ya aku baru bisa nemenin kamu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Me, You, and Our BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang