62. Pindah 2

25.7K 2.5K 65
                                    

Hai! Maaf ya aku telat up, tadinya mau up malam tapi malah ketiduran😫😫

Makin rajin dong vote dan komennya...

Happy Reading!💙



👼👼👼

"So, jadi Bunda sama Mami mau masak apa buat kita makan siang?" Asya bertanya sambil mengamati kedua perempuan paruh baya yang tengah membongkar barang belanjaan mereka.

Lea mendongak menatap putrinya. "Ini jam berapa, Sya?" Bukannya menjawab justru Lea, Bunda Asya malah kembali bertanya.

Tak banyak bicara Asya melihat jam lewat ponselnya, "jam sepuluh lewat lima menit, Bun."

"Berarti masih sempet dong ya kalau kita tambah iga bakar sama sayur sop?" tanya Lea pada Areta yang tengah menyusun bumbu dapur.

Yang ditanya menoleh, lalu mengedarkan pandangannya pada plastik belanjaan mereka.
Areta tampak berfikir sejenak. "Disini gak ada panci presto sih. Kalau ada kan buat masak yang daging-daging, biar cepet empuk," jawabnya.

"Emang kalau pakai panci biasa lama ya, Mi?" tanya Asya penasaran.
Asya kira peralatan dapur yang diri beli sudah lengkap, mengingat saat itu  ia dan Rey berkeliling mencari peralatan dapur sampai tiga toko yang mereka datangi. Dan barang-barang yang Asya beli pun jumlahnya sangat banyak.

"Ya lumayan. Kayaknya yang daging-daging biar Asya aja besok-besok yang masak. Hari ini kita masak gurame asam manis, capcay, rolade, sama ayam kecap aja, deh. Itu juga udah cukup kayaknya. Nanti tinggal bagi tugas aja," putus Areta yang diangguki ibu dan anak itu.

"Oke, kalau gitu aku harus bantu apa?" tanya Asya ikut duduk di lantai bersama Bunda, dan Ibu mertuanya.

"Nih, Sya kamu urus bumbu dapur dulu! Bunda mau cuci ikan, udang sama ayamnya, biar Mami Reta yang potongin sayur," ucap Lea memberi arahan. Asya dengan segera berperan bersama bumbu dapur begitu pun Bunda dan Maminya yang fokus pada tugasnya masing-masing.

Tak lama ponsel Asya berdering. Icha pelakunya. Ia menanyakan alamat pas rumah barunya. Setelah itu panggil diputus sepihak oleh Icha, emang temen akhlaknya cuman secuil ya begitu.

Hingga benar saja beberapa menit kemudian terdengar suara klakson mobil yang ia hafal itu mobil Cecil.
Asya izin pada Bunda dan Maminya untuk menyambut kedua temannya yang datang.

"ASSALAMUALAIKUM....! BU ASYA...!" teriak keduanya berbarengan. Kompak sekali memang.

"Gak usah pake teriak juga kali," demal Roland keluar rumah, lalu disusul Asya.

Dua perempuan itu terkekeh tanpa ada raut bersalah. "Ya maap, Bang," ucap Icha sambil cengengesan.

"Bang Roland belum jawab salam kita loh, bye the way," sindir Cecil dengan pandangan sebal.

"Waalaikumsalam."

"Udah kan?" tanya Roland, setelah itu dirinya kembali masuk duduk di ruang tamu dan kembali bermain ponsel. Meninggalkan Icha dan Cecil bersama Asya.

"Ih rada ngeselin juga ya Bang Roland, untung aja cakep," gumam Icha yang masih dapat di dengar Cecil dan Asya. Asya terkekeh mendengar dan melihat muka masam milik kedua temannya itu.

"Udah elah, yuk buruan masuk! Bantuin masak," ajak Asya menarik kedua temannya.

Icha dan Cecil saling melempar tatap. Jauh-jauh mereka datang berkunjung kesini eh malah disuruh bekerja di dapur.

"Belom aja kita dikasih minum, Sya udah main ditarik ke dapur aja," protes Icha dengan wajah sebal.

"Asli belum juga ini diajak duduk," timpal Cecil.

Me, You, and Our BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang