17•

2.2K 230 20
                                    

Mew hanya bisa tersenyum setelah memarkir mobilnya di halaman rumah baru mereka, kini Gulf tengah tertidur pulas bersama Alex di pangkuannya. Perlahan Mew mulai turun dari mobil dan mengangkat tubuh Alex yang tertidur diatas Gulf, Mew menggunakan jasnya untuk menutupi kepala Alex, memastikan bahwa tak ada setetes pun air hujan yang menyentuh putranya.

Mereka langsung disambut oleh pelayan kepercayaan Mew dalam mengurus Alex, orang-orang itu kemudian mengambil alih Alex agar Mew bisa segera kembali ke mobil untuk menghampiri Gulf.

Mew terdiam setelah membuka pintu mobil dan mendapati bahwa Gulf tak lagi tertidur, tapi pria itu tak bangkit dari kursinya. "Kenapa hanya menatapku? Aku ingin kau mengangkat ku seperti yang lakukan untuk Alex," ucap Gulf.

"Jangan hanya melamun, Mew. Kakiku keram karena harus menopang Alex sepanjang jalan. Lagipula hujannya sudah mulai kembali deras, nanti kau basah kuyup." Gulf berdecak kesal saat Mew tak kunjung meresponnya.

Mew tak ingin ambil pusing dengan berpikir terlalu lama, ia kemudian mengangkat tubuh Gulf dan membuat Gulf tetap nyaman diposisinya.

"Rambutmu sudah basah," tangan Gulf mengusap rambut Mew pelan. Terakhir kali mereka bersama, Mew sangat anti dengan air hujan. Biasanya Mew akan langsung terserang flu setelah melakukan kontak langsung dengan air hujan.

Mew tersenyum, ia begitu senang hingga tak mampu menganggap semuanya nyata. Tapi Gulf benar-benar berat, dan itu membuatnya yakin bahwa ini bukan mimpi.

"Kenapa kau memilih rumah yang sangat besar? Apa kita bisa merawat rumah ini?" tanya Gulf yang masih berada dalam gendongan Mew.

"Tidak perlu memikirkan cara merawat rumahnya, pikirkan kebahagiaan kita saja." Mew tersenyum, kakinya terus bergerak dan mereka semakin dekat dengan kamar mereka.

Beberapa pelayang mendekati Mew dan Gulf lalu menyodorkan handuk agar tuan-tuannya dapat mengeringkan diri, terutama Mew yang benar-benar basah.

"Kau menyewa banyak pelayan, untuk apa?" tanya Gulf.

Mew menggeleng pelan, "ini tidak banyak. Alex sedikit manja, aku khawatir kau akan kelelahan jika harus mengurusnya sendiri."

"Turunkan aku dulu," titah Gulf. "Aku adalah ibu Alex, mana mungkin aku lelah karena mengurus putraku?"

"Aku percaya, kau ahli dalam segala bidang. Bisakah kau ganti pakaian dulu? Aku khawatir jika kau mungkin akan masuk angin."

"Pikirkan saja dirimu, hidungmu sudah mulai memerah. Aku khawatir flu mu akan menular ke Alex."

Mew tersenyum pada Gulf, "terimakasih sudah menghawatirkan aku."

Gulf melirik ke arah lain, ia kemudian melepaskan sebelah tangannya yang melingkar dileher Mew setelah ia tersadar dengan apa yang baru saja ia lakukan bersama Mew, Gulf hampir saja luluh pada sikap hangat Mew.

"Turunkan aku Mew, aku ingin melihat Alex."

Mew menggeleng, "aku akan mengantarmu ketempat Alex."

"Jangan coba-coba, kau basah. Cepat turunkan aku sebelum aku basah juga."

"Baiklah, tapi bolehkah aku mengkritikmu sedikit?" Gulf langsung menembakkan tatapan tajamnya saat Mew meluncurkan pertanyaan tidak masuk akalnya, pria itu tak kunjung menurunkan Gulf.

"Kau banyak berubah, Gulf. Lebih manja dan lebih imut, hahaha."

Buk!

"Aw," tawa terhenti saat Gulf memukul bahunya dengan cukup keras. Entah marah atau salah tingkah, tapi wajah Gulf mulai memerah.

"Kenapa memukulku? Apa ada yang salah dengan ucapan ku? Aku berkata jujur, kau terlihat lebih seksi saat seperti ini, dengan pipi berisi dan rambut hitam." Ucap Mew menahan tawa, sepertinya ia begitu tertarik untuk menggoda Gulf yang sejatinya belum luluh.

IGNITI2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang