22

1.8K 225 9
                                    

"Alex, sudah pasang sepatu?"

Tanya Gulf yang tengah bergegas menuruni tangga, pria manis itu sibuk dengan ransel putranya sementara si bocah hanya duduk diam dengan mulut yang dipenuhi oleh sosis.

"Iya, papa. Sili sedang mengambil sepatu untuk Alex."

"Daddy datang," ucap Mew seraya memeluk Alex dengan erat, setelah mengecup kening Gulf tentunya.

"Daddy tidak memakai jas?" tanya Alex.

"Libur, untuk pagi ini. Tapi nanti sore, daddy akan pergi untuk rapat besar."

"Daddy kemalin Alex belkelahi," ucap Alex dengan damai.

"Berkelahi?" Mew dengan sigap langsung memegang kedua pipi Alex, pria itu memperhatikan tubuh Alex dari atas sampai bawah, bagian mana yang terluka? Pikir Mew.

"Daddy, sakit." Alex menepis tangan Mew yang menekan pipinya dengan kuat, di pipi tembam itulah Fiat menjatuhkan pukulan. Meskipun Alex sudah membalas Fiat, tapi pipi Alex tetap masih sakit.

Mew yang mendengar kata 'sakit' dari mulut Alex langsung menatap wajah anaknya, Mew benar-benar khawatir. "Berkelahi dimana? Dengan siapa? Kenapa tidak bilang dengan daddy, dimana rumah orang yang berkelahi dengan Alex?"

"Sayang, tenanglah. Mereka hanya bermain-main," ucap Gulf yang kini duduk di samping Alex.

"Gulf, tapi wajah Alex terluka. Ini tidak baik-baik saja," keluh Mew.

"Daddy, yang dikatakan papa benal. Alex sudah membalas Fiat," sahut Alex.

"Membalas?" tanya Mew yang semakin heran.

"Papa bilang, kalau ada olang yang melukai Alex tapi Alex tidak salah. Alex boleh membalas lebih kelas."

"Gulf, kau bilang begitu pada Alex?"

"Alex, cepat sarapan lalu pasang sepatunya. Kita harus segera berangkat atau Alex akan dihukum oleh guru." ucap Gulf yang sudah siap dengan ransel Alex. Mendengar instruksi dari Gulf, Alex lantas mempercepat kegiatan makannya.

"Alex, pelan-pelan saja sayang." sela Mew.

"Aw, daddy benal. Papa, semua olang tau kalau Alex anak dari Mew. Tidak ada yang boleh memalahi Alex, iyakan daddy?" Alex menengadah menatap Mew, "kalau begitu Alex tidak pelu cepat-cepat."

"Alex tetap ingin bersantai?" tanya Gulf yang langsung dibalas oleh anggukan penuh semangat oleh Alex.

Awalnya Mew melirik Gulf pelan, takut Gulf tak akan mengijinkan Alex untuk bergerak lambat, atau Gulf mungkin akan memaksa Alex untuk menghentikan kegiatannya memakan sosis. Tapi nyatanya, Gulf hanya menghela nafas dan mengangguk. "Baiklah, kalau itu pilihan Alex. Artinya, Alex sudah membuat keputusan."

Setelah hampir lima menit duduk santai di ruang makan, Siri akhirnya datang membawa sepasang sepatu untuk Alex. Sebelumnya Siri sudah membawa sepasang sepatu juga, tapi Alex menolak untuk memakai sepatu yang dipilihkan oleh Siri. Alhasil Siri harus kembali mencari sepatu yang benar-benar sesuai dengan kehendak Alex.

"Oke, Alex akan pakai yang itu." ucap Alex pada Siri.

"Tunggu, Siri." cegah Gulf ketika Siri akan berjongkok untuk memasangkan sepatu pada Alex.

"Iya, tuan?"

"Sayang, Alex belum bisa memasang sepatu sendiri?" tanya Gulf.

Alex menggeleng pelan, "Sili bisa memasangnya untuk Alex papa."

"Gulf, biarkan saja." pinta Mew.

"Berarti Alex tidak bisa memasang sepatu ya? Mau papa ajarkan bagaimana caranya?" ujar Gulf.

IGNITI2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang